Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmat Kopi Arang Berteman Malam

9 November 2018   11:44 Diperbarui: 9 November 2018   12:04 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan dari Tugu Jogja ke Selatan kita akan disambut tenda-tenda berjajar benderang dikanan-kiri. Satu per satu mulai menawarkan untuk singgah sembari menikmat menu yang tersaji. Usai parkir didepan landmark Yogyakarta dimuka stasiun, penjaja dipersilahkan memilih duduk kursi maupun lesehan. Maka Selamat Datang! Sambutan angkringan kopi joss mempersilahkan kita sekalian menutup penat hari yang sebentar lagi berlalu.

Bermula pada tahun 90an, angkringan kopi joss mendirikan tenda berjumlah empat belas. Kala itu masih berjajar ditepat utara Stasiun Tugu, belum mengular seperti sekarang. Para pedagang itu kemudian berserikat, berunding lalu memutuskan menambah jamaknya tenda-tenda. Sampai dengan yang bisa kita temui saat-saat ini, penjaja dapat kita temukan kian bertambah pada sepanjang Jalan Margo Utomo; selatan Tugu Yogyakarta kearah Malioboro.

Kopi Joss! Varian angkringan yang mewarnai nostalgia Yogyakarta. Menu prasmanan yang lebih berwarna, menjadi pelengkap sajian kaki lima yang telah menjamur sebelumnya. Kopi hitam ditambah celupan arang panas, serta sangitnya yang khas menjadi identitas menarik yang siap bersanding dengan kudapan. Nama minuman ini memang serta merta diambil dari suara seketika saat arang diangkat dari anglo, kemudian menyelam pada gelas kopi selepas diaduk dengan gula kadang dengan tambahan susu.  

Angkringan kopi joss menjadi penyedap rasa Yogyakarta yang diakui menjadi wisata World Heritage. Sudah barang tentu orang-orang pun setuju terhadap penyematan citra tersebut. 

Ada predikat yang disandang, namun jangan lupa untuk tetap menjaganya tetap lestari. Ada seorang Bambang Soepijanto yang menyadari tanggung jawab tersebut, bersama masyarakat menjadi paduan senikmat kopi sedap kental nan pekat. Biar kita semua kian dapat menikmat Yogyakarta dengan nostalgia, seperti lagu Katon Bagaskara.

Yogyakarta memang tak kunjung memberi rasa jemu para penikmatnya. Ada saja sudut kota yang selalu membuat pelancong terkesima. Jangan lewatkan hari ketika tidak bertemu hujan, lekas mengantri berfoto bersama yang terkasih didepan Tugu kemudian lanjut ke selatan. 

Selepas lelah bercengkerama, silahkan duduk dan bersandar sebab tanpa terasa rintik gerimis mulai mengundang. Tidak perlu terburu pulang, karena malam masih panjang. Lihat saja lampu-lampu malioboro masih benderang tak kunjung padam. Sesekali kereta malam menyapa membunyikan klaksonnya sebelum tiba diperhentian. Jadi sayang sekali jika hari ini terlewat begitu saja seperti waktu-waktu sebelumnya.

Ahh malam ini memang dingin sekali! Geliat hujan sedari siang tak kunjung pergi. Tapi mau bagaimana, memang sekarang ini musimnya. Tapi tenang pesanan kopi arang telah datang, tinggal menunggu gorengan dan sate yang oleh penjual masih dibakarnya. Ditambah kecap yang mengucur tidak beraturan menambah selera yang telah tergugah. Memang kau teman sempurna kopi arang kental pekatku! Nikmat sekali sahabat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun