Perusahaan bijak, perlu memiliki sikap yang dinamis dan sigap akan perubahan perilaku pasar. Pada saat ini kita beruntung karena hidup di zaman digitalisasi, yang dimana semua sudah dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi yang dapat kita manfaatkan untuk menunjang berbagai keperluan kita. Digitalisasi di bidang bisnis mengakibatkan ritme dan tingkat persaingan industri yang semakin ketat dan cepat (Veit dkk, 2014). Dengan cara pengembangan produk baru yang merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan, serta menggantikan produk-produk sudah tidak diminati oleh pasar maupun memperbaiki hal yang kurang untuk menunjang keefektifan di dalam menciptakan suatu produk yang baru/ yang sudah ada. Saya mengutip dari halaman Mckinsey, dengan artikel yang berjudul Modern CPG product development call for a new kind of product manager - 2020, “Consumer-goods companies need to balance rapidly changing consumer and market needs with relevant product experiences”. Yang dapat diartikan bahwa perusahaan perlu menyesuaikan produk mereka dengan pasar yang dimana pasar terus mengalami perubahan produk yang cepat, dan kondisi perusahaan dituntut agar dapat mengikuti perkembangan pasar yang masih banyak belum terpenuhi.
Saya mengutip dari halaman journals.sagepub, dengan judul artikel Co-Creation in new product development: which drivers of consumers participants? - 2020, “Co-creation encompasses a broad range of activities, such as proposing ideas for new product or service development or the improvement of existing ones, by means of supporting the design phase, evaluating ideas and alternatives, or contributing to the definition of the launch campaign”. Pada tahap berkreasi bersama pelanggan dalam menciptakan produk baru, pada perspektif pelanggan, mereka akan mendapatkan produk maupun jasa seperti yang mereka inginkan. Sedangkan, untuk perspektif perusahaan mereka akan mendapatkan perkembangan profitabilitas, karena mampu menawarkan sesuatu yang memang dicari oleh pasar.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil analisa berikut, saya mengutip hasil analisis dari Atlantis-press, dengan judul Customer Value Co-Creation Behavior and Customer Loyalty: a Case Study in The Mobile Application Industry - 2017 , “value co-creation behavior has an influence on the perceived service quality and customer satisfaction. It also confirms that perceived service quality and customer satisfaction have an influence on customer loyalty”. Yang pada proses penelitian ini menganalisis hubungan antara nilai perilaku co-creation, kualitas layanan, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan, dengan menggunakan logika Service-Dominant dan menggunakan sampel 350 produk online di Indonesia. Dan dari hasil analisis empiris memberikan bukti konklusif bahwa perilaku nilai co-creation memiliki mempengaruhi kualitas layanan yang dirasakan dan kepuasan pelanggan.
Menurut christine crandell,dengan judul artikel Customer Co-Creation Is The Secret Sauce To Success - 2016, ada 2 contoh perusahaan yang berbeda yang menggunakan strategi co-creation untuk mendorong nilai :
Pertama adalah DHL, yang memahami inovasi harus berfokus pada pelanggan, jadi cara mereka untuk menjalankan hal tersebut dengan mengkolaborasikan pelanggan dan mitra layanan DHL untuk berbagi praktik dan menciptakan nilai dan pada akhirnya menciptakan berbagai ide inovasi.
Kedua, Phononic, Pendiri dan CEO, Dr. Tony Atti, percaya bahwa “perusahaan harus memahami pengalaman yang diinginkan pelanggan mereka dan menggunakan pengetahuan itu untuk bekerja mundur guna menentukan proses dan budaya perusahaan .” Menurut pendapat Atti, bagian inti dari keterlibatan pelanggan B2B harus didasarkan pada emosi versus istilah teknis atau teknis. “Co-creation adalah tentang membantu pelanggan membayangkan masa depan yang berbeda.”
Menurut, christine crandell, “pelanggan strategis anda mengharapkan ini dari dari anda. Meskipun demikian, tidak semua pelanggan dan pasar siap untuk menerima komitmen, transparansi, dan tanggung jawab penciptaan bersama”.