Mohon tunggu...
gerry katon
gerry katon Mohon Tunggu... Dosen - UNISA Yogyakarta - Pengajar dan Pemerhati

Hidup Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dosen dan Mahasiswa sebagai "Agent of Change"

19 Februari 2018   12:09 Diperbarui: 19 Februari 2018   12:24 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: http://universitynews.edu.pl

Dosen dianggap menjadi salah satu profesi yang mulia karena diantaranya bertugas untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain (mahasiswa), dimana hal tersebut dijanjikan ganjaran pahala dalam ajaran agama. Salah satu peran dosen bagi lingkungan akademis maupun masyarakat umum dianggap sangat mulia karena mengajak atau mengajarkan kebaikan dan mencegah hal-hal buruk dalam konteks duniawi maupun akhirat. 

Dosen secara umum memiliki tiga tugas utama, yakni pengajaran, penelitian, dan pengabdian (Tridharma Perguruan Tinggi). Pengajaran mencakup perkuliahan dalam kelas, penelitian mencakup riset yang dilaksanakan dan dikembangkan dilaboratorium maupun tempat eksplorasi lainnya, serta pengabdian masyarakat yang berfokus pada aksi nyata transfer ilmu pengetahuan, seni dan teknologi kepada kelompok masyarakat. Jika seorang dosen mengajar di perguruan tinggi keagamaan, masih ditambah satu tugas lagi yang berkaitan dengan penyebaran dakwah agama yang juga tidak kalah penting untuk dilaksanakan.

Tugas-tugas tersebut selayaknya dapat berjalanan beriringan agar nantinya dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi perguruan tinggi, mahasiswa dan masyarakat luas. Salah satu tugas tridharma yakni bidang pengajaran dalam lingkup perguruan tinggi saat ini sering kali hanya diartikan oleh dosen sebagai proses penjelasan materi kuliah (teori dan praktikum) dalam kelas atau laboratorium. Sebenarnya jauh lebih dari itu, pengajaran dalam lingkup perguruan tinggi sudah saatnya diartikan lebih luas oleh para dosen profesional.

Apalagi saat ini muncul tren, dimana banyak sekali anak muda dengan rentang usia 24-29 tahun yang sudah lulus Strata 2 (S2) dan langsung masuk kedalam dunia akademisi untuk menjadi dosen profesional. Hal tersebut tentu saja tren positif dan menjadi modal sosial yang kuat bagi perguruan tinggi untuk mengeksplorasi kemampuan dosen zaman nowyang masih "fresh from the oven"dengan ditunjang kemajuan teknologi untuk menciptakan pola-pola pengajaran yang atraktif dan anti-mainstream. 

Dosen di era milenial seperti saat ini seharusnya lebih dapat mengeksplorasi bidang pengajaran supaya lebih menarik, mudah dipahami, dan sekaligus mampu mendidik, membimbing dan juga menanamkan nilai-nilai akademisi sekaligus moral kepada mahasiswa.

Kemampuan ini mutlak dimiliki dan dilakukan oleh para dosen profesional mengingat pada zaman yang serba modern seperti saat ini mahasiswa sangat rentan terpengaruh dampak negatif dari modernisme seperti perilaku hidup hedonisme, materialisme pragmatism, dan acuh terhadap permasalahan sosial. Jika pola tersebut tidak kunjung diperbaiki oleh civitas akademika (perguran tinggi dan dosen) tentu saja upaya mewujudkan mahasiswa sebagai agent of changeakan semakin sulit tercapai. 

Dalam hal ini perguruan tinggi jangan hanya berfikir pragmatis dengan menerima mahasiswa sebanyak mungkin tanpa memiliki konsep mendidik dan "merawat" mahasiswanya secara jelas, aplikatif, dan berkesinambungan. Dosen juga dituntut agar tidak hanya mengejar karir individual dan "proyek" diluar kampus tanpa memperhatikan perkembangan mahasiswanya. 

Kepragmatisan perguruan tinggi dan dosen harus segera diminimalisir agar nantinya tidak membuat mahasiswa "latah" untuk ikut berfikir pragmatis tanpa mempedulikan masalah-masalah sosial masyarakat yang seharusnya menjadi bagian dari tanggung jawab mereka sebagai agent of change and problem solver.

Sinergi Dosen dan Mahasiswa

            Saat ini, sudah saatnya bagi para pengajar di perguruan tinggi (dosen profesional) agar mampu meredefinisi konteks pengajaran menjadi lebih luas dan mampu menjangkau tidak hanya hard skill(kemampuan akademis) namun juga soft skill(sikap) para mahasiswa. Hal ini menjadi urgensi yang harus dilaksanakan oleh setiap dosen di perguruan tinggi yang ada di Indonesia karena tidak dipungkiri, dengan semakin pragmatisnya perguruan tinggi dan dosen, ditambah trend mahasiswa zaman nowyang seringkali dicap kurang beretika ketika berbicara, kurang peka terhadap masalah sosial, hingga seringkali dicap lebih sering menghabiskan waktu di caf daripada di perpustakaan membuat institusi perguruan tinggi semakin jauh dari masalah-masalah masyarakat dan bangsa yang sudah menunggu untuk diselesaikan bersama. Sudah saatnya semua saling berbenah untuk mengembalikan fitrah masing-masing sehingga mampu mencapai tujuan dan kemaslahatan bersama. 

Diperlukan sinergi yang baik antara dosen dan mahasiswa dalam mencapai upaya tersebut. Dosen, selain tetap menjaga kualitas pengajaran (teori dan praktikum) di dalam kelas atau laboratorium, dosen profesional juga harus mampu mengarahkan, membimbing, dan menumbuhkan sikap kepekaan serta peduli bagi para mahasiswa zaman nowakan berbagai permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun