Mele, kata ini berasal dari bahasa Mek dengan huruf awal M dan terdiri atas 4 huruf. (Me) artinya Anak atau seorang anak kecil, dan (Le) artinya jangkirik, dan kita gabungkan jadi MELE maka sebutan dengan bahasa indonesia adalah (Anak Jangkirik) dan kata mele memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna bisa digunakan sebagai Pasword atau sapaan yang dikhususkan kepada pengguna bahasa mek, Mele artinya kawan, sahabat, bisa juga saudara/i dan ketika orang-orang di suku ini datangi tamu atau antara mereka dengan mereka yang saling ketemu.Â
Saat itu karena hari lain sibuk dengan kesibukan atau aktivitas mereka, maka kata ini sekaligus menjdi serba fungsi artinya bisa digunakan untuk memanggil seseorang atau juga menyapa dan memberikan ucapan salam, selamat datang, Â selamat pergi kepada sesorang yang hendak mau pergi keluar menginggalkan rumah atau tempat tinggalnya dan juga kepada seseorang yang hendak datang atau datangi maka mereka akan ucapkan mele, dan itu menandahkan bahwa mereka senang atas kedatangan seseorang atau juga pergi.Â
Dan orang-orang sesuku ini mereka sudah seperti begini adanya dari nenek moyang, adat isti adat dan budaya atau kebiasaannya tidak sama dengan suku yang lain di kabupaten Yahukimo, Mengapa...? Karena memang orang-orang di suku ini, adat atau kebiasaan mereka tidak pernah memberikan salam dengan cara saling perpegang tangan, jabat tangan dan saling perbeluk seperti suku lain itu sama sekali tidak bisa bahkan memberikan senyum.Â
Kepada sesama  saja dilarang dari adat mereka, dan disini saya tidak menjelaskan mengapa adat melarang orang di suku ini tidak memberikan salam dengan saling jabat tangan atau memberikan senyum kepada orang-orang dari suku lain, karena terkaid itu karena saya belum punya data.Â
Ok kembalii ke topik, karena memang nenek moyang mereka di suku ini seperti itu dan kita tidak mengatakan itu salah karena memang ini bukan kesalahan orang-orang dari suku ini tetapi kita mengakui dan bangga bahwa adat dan kebiasaan di setiap suku Itu Unik.
Mari melestarikan bahasa daerahmu agar kelak jangan hilang.
sumber cerita dari para orang tua di Honai, kampung saya Wenput
(Penulis Adalah: Jemat Pinggiran Penikmat Debu Jalanan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H