Mohon tunggu...
gerry setiawan
gerry setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aktivis jaringan epistoholik jakarta (JEJAK) Editor Buku "Internasionalisasi Isu Papua, Aktor, Modus, Motiv" Penerbit: Antara Publishing (2014)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Sejarah PON Berawal dari Ketersinggungan Bangsa Indonesia

14 September 2012   04:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:29 8029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga tadi malam (13/9/2012)pukul 22.00 WIB, Jawa Barat masih kokoh di puncak klasemen dengan perolehan 32 medali emas, 28 perak, 35 perunggu. Diikuti Jawa Timur dan DKI Jakarta. Sementara Papua yang kita kenal sebagai ‘gudang’ atlet nasional, posisinya bergeser dari urutan ke-9 pada hari sebelumnya ke posisi 10 dengan 6 emas, 3 perak dan 5 perunggu. Dan Provinsi tetangganya, Papua Barat masih terpuruk di urutan ke-27 dengan 2 perak dan 1 perunggu.

Apa kendalanya?

Wakil Ketua Litbang KONI Papua, DR. Ferdinand Risamasu mengakui bahwa prestasi tim PON Papua dari PON ke PON terus menurun. Kendala utamanya adalah soal sarana dan prasarana yang berarti pula terkait erat dengan persoalan anggaran untuk menunjang atlet-atlet Papua ke arena PON.

Fasilitas Olahraga yang ada saat ini hampir semuanya peninggalan almarhum Acub Zainal semasa menjadi Gubernur Papua era 1970-an. Mulai dari GOR, fasilitas Angkat Besi, Bina Raga, tinju, renang dan lainnya. Ketika Barnabas Suebu menjadi Gubernur, hanya lapangan Mandala yang dipugar menjadi stadion sepakbola. Sementara fasilitas-fasilitas lainnya untuk cabang-cabang atletik belum tersentuh.

Barangkali tak salah kalau sedikit dari triliunan rupiah dana Otsus yang dikucurkan ke Papua setiap tahun, sebagian kecilnya disisihkan untuk membangun dan memperbaiki fasilitas olahraga, memperkuat aspek keorganisasian mereka untuk membina prestasi para atlet serta mengembangkan semua cabang olahraga di wilayah Papua. Supaya di tingkat Nasional orang Papua juga diberi kesempatan untuk naik panggung. Selanjutnya jika prestasinya terus digembleng akan dapat mewakili bangsa Indonesia di pentas Olimpiade. Agar seluruh bangsa di dunia mengakui bahwa Papua memang Indonesia, bukan yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun