Berangkat dari ketersinggungan sebagai sebuah bangsa itulah, tahun 1948, PORI (Persatuan Olahraga Indonesia) menggelar konferensi daurat di Solo dan memutuskan untuk menggelar PON, sebagai penanda bahwa Indonesia itu ada.
Ruh kejuangan seperti itulah yang selalu menjadi daya hidup PON dari masa ke masa. Maka sangat disayangkan, jika pembinaan prestasi olahraga di Papua terkesan dipinggirkan. Padahal kita tahu, salah satu gejolak Papua disebabkan karena masalah kedaulatan yang terus dikompori pihak asing.
Barangkali tak salah kalau sedikit dari triliunan dana Otsus yang setiap tahun dikucurkan ke Papua disisihkan untuk membangun dan memperbaiki fasilitas olahraga, membina prestasi para atlit serta mengembangkan semua cabang olahraga di wilayah Papua. Supaya di tingkat Nasional orang Papua juga diberi kesempatan untuk naik panggung, yang selanjutnya jika prestasinya terus digembleng akan dapat mewakili bangsa Indonesia di pentas Olimpiade. Agar seluruh bangsa di dunia mengakui bahwa Papua memang Indonesia, bukan yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H