Mohon tunggu...
Geri Frandianto Lumbantobing
Geri Frandianto Lumbantobing Mohon Tunggu... Insinyur - God Never Make Mistake

Pembaca buku diwaktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nihilisme dan Sapiens

4 Agustus 2020   15:22 Diperbarui: 4 Agustus 2020   16:46 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun karena tak bisa langsung untuk dikomsumsi, karna butuh untuk dikuliti, menggiling, dan memasak maka sapiens butuh waktu untuk dapat mengolahnya, sehingga membuat tempat untuk tinggal sementara waktu. Namun kelama kelamaan gandum menjadi pangan utama, karena kemungkinan biji gandum tercecer dijalan ke tempat penyimpanan kemumgkinan mulai menumbuhkan gandum gandum baru yang siap dipanen.

Kemudian Sapiens mulai meninggalkan kehidupan pemburu pengumpul. Ini adalah titik dimana kepercayaan mulai terbentuk. Dalam kelompok kecil yang kemungkinan 30 sapiens, lama kelamaan berkembang menjadi lebih besar karena disebabkan lahirnya  sapiens sapiens muda yang menambah anggota kelompok. Lalu bagaimana kepercayaan terbentuk. 

Untuk pemburu pengumpul, bekerjasama efektif dalam kelompok hanya dapat bertahan dalam 30 anggota lalu bagaimana untuk bekerja sama dalam satu kelompok besar yang anggota nya dapat terdiri dari ratusan, atau ribuan bahkan jutaan ketika sebuah camp 1 kelompok sapiens berubah menjadi kota atau bahkan Negara. Dalam perkembangannya menjadi kelompok yang lebih besar, manusia mulai mempercayai sebuah tatanan moral yang dibuat, biasanya oleh pemimpin untuk mempertahankan kedudukannya. Boleh jadi dia menyebut bahwa dia adalah titisan sang mahakuasa, atau dewa pelindung.

Dengan memberikan tatanan moral kepada anggota masyarakatnya juga meminimalisir pemberontakan, serta menjaga keamanaan masyarakatnya, maka mulailah Sapiens memberikan makna kepada dirinya sendiri. 

Diatur pulah lah untuk apa dan bagaimana seharusnya mereka hidup dengan batas batasan tertentu. Dengan demikian diciptakannya tatanan moral atau dalam buku homo dues harari mengungkapkan realitas intersubjective maka sapiens mampu untuk hidup teratur dalam kerumunan massa yang banyak. 

Seperti hidup untuk memberikan kurban kepada yang mahakuasa, dll, merupakan contoh ilusi intersubjective atau ilusi yang dipercayai oleh satu kawanan sapiens dalam jumlah besar. Namun lama kelamaan kepercayaan ini menyingkirakan kehendak untuk survive dan berkembang biak, namun energy kehendak itu tersalurkan kepada kepercayaan tatanan moral yang baru.

Buku sapiens menceritakan lebih panjang dari penjelasan singkat saya, intinya adalah manusia memberikan makna yang baru, kepada dirinya sendiri dalam ilusi intersubjective. Namun lama kelamaan dengan munculnya pegangan kepercayaan baru ini manusia memiliki makna yang lain selain kehendak alaminya. Ketika tatanan moral mulai menjadi patokan untuk bertindak, lama kelamaan sapiens takkan lepas dari hal tersebut. Nietzche menganggap manusia modern masa kini akan kebingungan ketika tatanan seperti ini dilepas dari manusia, manusia akan goyah karena tak tau arah, seperti ketika para pendaki kehilangan peta tracking untuk mencapai puncak, mereka tersesat dalam ketiadaan makna.

Revolusi Science
Kemudian setelah mendapatkan pemaknaan baru dalam dogma dogma kepercayaan. Manusia kemudian melangkah ke revolusi science. Ilusi intersubjective yang semula diciptakan sebelumnya mulai dibongkar, dan dijungkir balikkan oleh science. 

Yang menarik adalah Nietzche menyebutkan bahwa manusia mengganti tongkat atau patokan yang lama yaitu dogma kepercayaan yang lama, ke kepercayaan yang baru, yaitu kepercayaan terhadap science. Selama revolusi pertanian manusia mengenal dogma dogma agama yang mengatur hidup dan memberikan makna kepada sapiens itu sendiri.

Kebutuhan untuk Percaya
Nietzche berkarya diabad 19, sementara harari di abad 21. Wajar jika untuk saat ini Harari banyak berpendapat dari kajian kajian ilmiah, yang pada masa Nietzche belum ada. Namun jika kita telaah ada pertemuan pertemuan yang menarik antara pendapat kedua tokoh ini walapun tak sepenuhnya sama. Salah satunya adalah konsep NIetzche tentang kehendak untuk percaya.

Nietzche menganggap manusia selalu dikendalikan oleh kehendak. Ada sesuatu dalam diri manusia yang membutuhkan sesuatu yang harus dipercayai, dan dipegang untuk memberikan makna bagi dirinya. Nietzche menganggap bukan kualitas kebenaran lah yang menentukan kepercayaan itu tapi dalam diri manusia itu sendiri yang membutuhkan kepercayaan itu. Ketika kebenaran itu di jungkir balikkan, bukan tidak sering manusia akan tetap mempercayai nya, karena itu adalah kebutuhan baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun