Melewati panjangnya malam, banyak bunyi yang kami dengar dan rasakan sensasi daripada dentuman gerimis dan mendung malam tanpa bergelimang
Menikmati kopi memang pahit tapi menyeduh yg menghangatkan
Banyak tubuh beristirahat bermimpi dengan tampil beda berharap ada titik celahÂ
Sepintas terlihat estetik, ternyata mimpi bukan lahir dari mimpi mata butaÂ
Fajar itu telah sinari, tak jauh dari tempat dimana burung surga menari
Ayam berkokok lantang, agar yg berkedok mesti terus mencariÂ
Membongkar perlahan walau tak tepati sebab hanya secangkir kopi yg temani
Malam yang panjang tak sepadan merubah posisi
Bergelut beban bukan gengsi yg dihadapi tapi keadaan adalah saraf merubah diriÂ
Siuran burung tiada henti, bertanda keluh kesah datang membisu bukan ambisi bukan pula kunci namun samar-samar mengecap intisari
Kami mengakhiri malam, melawati bulan, menjemput sinar deraian penuh rentetan
Terkesan seberkas cahaya yg terpatri di embun pagi
Namun apalah daya, entahlah hari esok kami kan kembali duduk ngopi lagi.Â
[YT]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H