Mohon tunggu...
Gerend Razaq
Gerend Razaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar/ mahasiswa

hobby aku jalan jalan makan dan masih banyak lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemukiman pada Masa Prasejarah

24 November 2023   10:42 Diperbarui: 24 November 2023   12:00 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ILUSTRASI PEMUKIMANPada Masa budaya Mesolitik atau juga yang disebut masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut merupakan satu era budaya yakni masyarakat sudah mulai mengembangkan kehidupan menetap (Semi-sedentaire), baik untuk sementara maupun untuk waktu yang agak lama. Untuk tempat menetap mereka memanfaatkan gua-gua atau ceruk yang tersedia di alam, yaitu tempat mereka melangsungkan kehidupannya.
Dalam kronologi tersebut budaya ini diperkirakan berkembang pada akhir masa plestosen ( 2000 -- 1000 SM ) dan mengalami puncak pada masa awal holosen ( 3000 -- 1000 SM ). 
Pada masa itu mereka sudah mengenal api dan mengembangkan berbagai bentuk peralatan batu untuk berburu dan keperluan sehari-hari dengan cara memanfaatkan bahan batuan yang tersedia di alam, seperti batu obsidian, jasfer, calsadon. Batuan tadi dijadikan alat serut, gurdi, mata panah dan pisau. 
Selain batuan mereka memanfaatkan tulang binatang untuk dijadikan daging babi. Manusia penghuni gua telah mengenal kehidupan religi dan mengembangkan seni. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan manusia yang dikubur di dalam gua, seni lukis gua, serta benda seni yang mereka olah dari gigi binatang, kerang dan ikan untuk perhiasan Bukti-bukti kehidupan masyarakat prasejarah yang telah memanfaatkan gua sebagai tempat terjadinya yang cukup lengkap disertai manusia pendukungnya dan sisa artefaknya ditemukan di Gua Pawon, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil penelitian ahli geologi, jutaan tahun lalu Bandung merupakan lautan yang mengalami proses pergerakan tektonik lempeng bumi dan memunculkan gunung-gunung purba. 
Kemunculan gunung-gunung purba ini menciptakan sebuah cekungan besar yang akhirnya menghasilkan danau raksasa. Danau tersebut kemudian dinamakan Danau Sunda Purba, yang digadang-gadang menjadi awal mula peradaban leluhur orang Sunda di Bandung.
Tempat ini menjadi magnet bagi wisatawan, seperti menjadi wisata edukasi, arkeologi maupun wisata yang hanya ingin berfoto. Hal ini karena terdapat hamparan batu-batu raksasa yang berbentuk unik pada puncak gua.Gua Pawon sampai saat ini merupakan satu penemuan baru dalam penelitian prasejarah. Penelitian gua ini telah di lakukan pada tahun 2003, 2004, dan 2005oleh balai arkeolog bandung. Sebenarnya penelitian gua ini telah di lakukan dari tahun 1930 -- 1935. Yang di lakukan oleh peneliti berasal dari Belanda yang bernama AC De Yong dan GHR von Koenigswald pada saat itu mulai kah di temukan yang menandakan bahwa ini bekas para manusia purba seperti pisau, anak panah, peneyerut, lalu ada batu Asahan yang di Kitakan dari zaman preneolitik. Kemudian mulai tahun 2003 sampai 2017, penelitian dan penggalian yang dilakukan Balai Arkeologi Jawa Barat menemukan tujuh kerangka manusia purba yang disebut sebagai Manusia Pawon. Temuan tujuh manusia ini ditemukan pada lapisan-lapisan yang berbeda.
Rangka I, dan rangka II yang ditemukan hanya tulang tengkorak bagian belakang, sedangkan rangka III merupakan salah satu rangka yang paling utuh dan diperkirakan berumur 7.300 tahun yang lalu. Sekitar 20 cm di bawah rangka III, Rangka IV ditemukan untuk umurnya diperkirakan 9.500 tahun yang lalu. Selanjutnya rangka V terdapat bagian rahang atas dan bawah, ketiga rangka tersebut diperkirakan berumur 5.600 tahun yang lalu. Rangka VI ditemukan di kedalaman 235 cm dan diperkirakan berumur 10.000 ribu tahun yang lalu. Sedangkan Rangka VII ditemukan di kedalaman kurang lebih 245 cm dan diperkirakan berusia 11.000 ribu tahun yang lalu.
Pada saat kita datang ke gua ini bau aroma penghuni gua tersebut langsung tercium oleh hidung kita karena sangan jelas sekali itu bau kelelawar dan di dalam gua tersebut terdapat batu -- batu besar yang terletak di dekat jurang dan menurut penduduk di sana gua ini pernah di tinggali oleh manusia purba karena pada saat masuk ke dalam gua tersebut terdapat ruangan -- ruangan dan benda -- benda yang di pakai oleh manusia purba untuk bertahan hidup seperti benda untuk memasak ada juga benda untuk berburu dan ada ruangan khusus yang isi nya kerangka -- kerangka dari manusia purba. 
Gua ini di yakini oleh masyarakat sebagai tempat tinggal sekaligus pemakaman dari manusia purba tersebut. Tulang -- tulang yang ada disana tidak dapat dipindahkan ke museum karena takutnya akan merusak tulang yang sudah sangat rapuh tersebut. Maka tulang belulang tersebut di tempatkan di tempat asalnya saja. Makanan, sisa perhiasan dari Moluska, taringnya bintang, dan gigi ikan, serta temuan -- temuan lainnya yang perlu penanganan dan analisis lebih lanjut di bawa dan harus di tempatkan di ruangan tertutup untuk observasi lebihnya (gedung museum yang didirikan di zona pengembangan gua Pawon tersebut). 
Bangunan tersebut didirikan selain diharapkan dapat menampilkan hasil dari data penelitian arkeologi dengan berbagai latar belakang budaya, kehidupan, dan lingkungan di masa lalu yang pernah berlangsung pada saat masa lalu Juga diharapkan juga dapat menampilkan berbagai data sejarah alam kawasan karst yang melingkungi kawasan gua Pawon agar masyarakat bisa tau bahwa gua Pawon ini menyimpan banyak sejarah dari masa lalu di zaman purba.
Gua pawon dan gunung sekitarnya masih berkaitan erat dengan cerita Sangkuriang. Terutama dengan bagian persiapan pernikahan dengan sang pujaan hati yang tak lain dan tak bukan ternyata ibu kandungnya sendiri. Di gua Pawon ini adalah tempat pasukan Sangkuriang meracik makanan dan memasaknya, pawon dalam bahasa Sunda berarti dapur. Alasannya karena ada bagian dalam gua ini yang menyerupai pawon atau dapur. 
Kemudian di tempat itu ditemukan pula artefak dan sisa tulang belulang yang kemungkinan dahulunya merupakan tempat memasak dan makan bersama manusia prasejarah penghuni gua Situs Gua Pawon telah ditetapkan menjadi kawasan cagar lindung arkeologi setelah kerangka manusia purba ditemukan di sana pada 2009. 
Sementara itu pada 2010, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI telah mengajukan pada UNESCO agar situs Gua Pawon bisa menjadi salah satu cagar alam warisan dunia. Keberadaan situs itu membuktikan kepercayaan manusia prasejarah telah tumbuh dan adanya hubungan baik antara mereka dengan lingkungan. fenomena persebaraan Manusia Pawon. Fakta pola migrasi ini ditemukan dari kemiripan penguburan manusia yang terlipat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Fenomena ini juga ditemukan di Song Keplek di Pacitan, (5.900 tahun lalu), Song Gentong di Tulungagung, (8.760 tahun lalu), Song Terus di Pacitan, (9.200 tahun lalu), Gua Braholo di Gunung Kidul (9.780 tahun lalu) hingga menyebar ke arah timur Nusantara. Pola pemakaman ini sama dengan cara penguburan di Gua Pawon. "Mereka berpindah seiring migrasi hewan buruan. Artinya, pola yang terjadi masa itu adalah kebutuhan untuk bertahan hidup," terangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun