Mohon tunggu...
G.M Philip Pande Iroot
G.M Philip Pande Iroot Mohon Tunggu... -

easy going & keep it simple

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Idealisme vs Politik Transaksional, Siapa Pemenangnya?

24 Januari 2015   08:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:28 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secercah Harapan melambung tinggi saat IDEALISME Presiden Jokowi melakukan proses seleksi anggota Kabinet dengan dasar Idealisme "Revolusi Mental" dan Pemerintahan yang bersih maupun bebas dari Politik Transaksional membumbung tinggi. Saya dan "mungkin" hampir seluruh Rakyat sangat kagum dan kaget dengan terobosan dan idelisme Presiden Terpilih dalam  memulai tradisi baru dalam seleksi Kabinet melalui track record dan latar belakang Para kandidat Mentri dengan melibatkan KPK dan data dari PPATK. Sesuatu Tradisi baru dan memperlihatkan Idelisme sang Presiden dalam memulai era "Revolusi Mental" dan Pemerintahan bersih.

Menarik ketika eskalasi politik Indonesia kembali memanas dimulai saat penetapan/penunjukan KAPOLRI yang telah menjadi Tersangka oleh KPK yang diperkuat dari laporan rekening yang mencurigakan dari PPATK. Aroma Politis dan Politik transaksional sangat terasa saat Presiden Jokowi tetap "kekeuh" dalam menetapkan dan penunjukan Budi Gunawan sebagai KAPOLRI baru menggantikan Jendral Polisi Sutarman, meski saat proses seleksi anggota Kabinet terdahulu Budi Gunawan telah mendapart "RAPORT" merah dari KPK dan PPATK. meski Presiden Jokowi menunda sementara Pelantikan Kapolri, tapi saya yang hanya rakyat biasa maupun Publik bukanlah rakyat yang "Merem/Buta" Politik lagi, Rakyat sudah semakin Cerdas dalam politik.

Politik Transaksional /Politik Balas Budi /Politik "Dagang Sapi" kembali terlihat jelas saat pengangkatan anggota WANTIMPRES. bukan saya pribadi mendeskreditkan kredibilitas para anggota WANTIMPRES terpilih, yang menjadi kenyataan hampir sebagian merupakan tim sukses pemenangan Presiden dan berasal dari Partai Politik Pengusung Presiden jokowi. Meski Elite Politik Pro Pemerintah berkelit bahwa hal tersebut adalah Hak Prerogatif Presiden, dalam hati kecil saya apakah tidak ada Politisi, Pemuka Agama maupun Cendekiawan yang lain di Bumi Indonesia ini sehingga terpilih lah para anggota WANTIMPRES tersebut? atau mulai tergerus-kah IDEALISME sang Presiden yang begitu di Idolai rakyat nya dan mendapat dukungan besar  dari rakyat Indonesia dengan POLITIK TRANSAKSIONAl dan Kepentingan PARTAI POLITIK dan Kelompoknya?

Dampak dari IDEALISME VS POLITIK TRANSAKSIONAL bahkan menimbulkan Friksi di tubuh Partai bahkan hari ini 23 Januari 2015 penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjayanto oleh BARESKRIM POLRI kembali membuka lika lama Perseteruan 2 buah Institusi Hukum dalam pemberantasan Korupsi KPK VS POLRI yang seharusnya bekerja sama dan bahu-membahu dalam Pemberantasan Korupsi. Layaknya seperti Sinetron TV : Cicak VS Buaya Season 2 berlanjut. Meski Presiden, Plt KAPOLRI kembali "Berkelit" tidak ada Politisasi tapi sekali lagi Rakyat Indonesia tidak "Merem Politik".

Saya pun Bertanya-tanya dan coba menganalisa IDEALISME VS POLITIK TRANSAKSIONAL saat ini dengan  massa REFORMASI tahun'98 (Saat itu saya Mahasiswa Swasta di Jak-Pus). Saat Massa Reformasi tersebut  melalui pemberintaan media massa, banyak nama-nama aktivis yang beken yang menjadi penggerak munculnya REFORMASI di Indonesia dengan KRITIS, IDEALISME Tinggi, Bahkan sampai Di Penjara untuk Memperjuangkan IDEALISME nya dengan mengusung memperjuangkan keberadaan hak Rakyat yang tertindas oleh Tirani Pemerintah ORBA dengan tujuan menegakan DEMOKRASI yang benar di Indonesia melalui IDEALISME REFORMASI.

Hingga saat ini para AKTIVIS'98 tersebut masih Eksis baik sebagai Politisi, Ketua Partai, sebagai Wakil Rakyat di DPR dan AKTIVIS INDEPENDENT (Non Partai). Saya memperhatikan dan coba menganalisa (mungkin saja saya salah, semoga!!) para aktivis yang tergabung / menggabungkan diri dengan beberapa PARTAI POLITIK sebagi kendaraan mereka dalam memperjuangkan IDEALISME nya saat REFORMASI,  Beberapa nama beken yang sangat KRITIS, GALAK dan 1/2 GILA di massa Reformasi (menurut saya) seperti "Tersandera" dengan Kebijakan maupun garis haluan Partai Politik VS IDEALISME Pribadi-nya? Haruskah IDEALISME tergerus dengan POLITIK TRANSAKSIONAL (Baca: STRUKTURAL di PARPOL, JABATAN POLITI, dll) ?

Dilain pihak Saya membaca dan mengamati beberapa nama juga masih menjunjung IDEALISME nya meski dengan gaya yang berbeda-beda. Ada yg KRITIS, KALEM, dsbnya, bahkan beberapa nama dianggap sebagai "PEMBELOT" oleh Partai nya bahkan ada juga yang GILA Beneran dengan Keluar dari PARPOL meski orang tersebut mendapatkan Jabatan Politik dari PARPOL yang mengusungnya.. FR, MG, BTP, BS, IP, dll adalah beberapa inisial nama Aktivis Non Partai & Partai (Inisial Biar ga GE-ER  dan luntur IDEALISME-nya) yang masih tetap eksis dengan IDEALISME-nya.

IDEALISME VS POLITIK TRANSAKSIONAL, Siapa Pemenangnya ? Harapan saya Semoga Presiden JOKOWI yang mendapat Ekspektasi tinggi Publik/Rakyat  dapat mengambil pengalaman dari KEGADUHAN POLITIK yang bermula: Penunjukan KAPOLRI, Politik Transaksional, pelemahan KPK melalui Komentar "Pribadi" pengurus teras Partai sampai penangkapan Wakil Ketua KPK yang menimbulkan ekses dn meningkatnya suhu politik di Indonesia saat ini. Semoga Tuhan menuntun Bapak Presiden Jokowi dalam menjalankan IDEALISME Revolusi Mental, Pemerintahan Bersih tanpa Traksaksional, Penegakan Demokrasi yang kesemuanya bertujuan untuk mengangkat Martabat Bangsa Indonesia dan Meningkatkan Kesejahteraan seluruh Rakyat Indonesia.. God Bless Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun