Depok, 30 Agustus 2019
Kapal Depok saat ini hampir tenggelam diterpa badai Pilkada, Kapten dan Wakilnya sudah tak lagi kompak, Kapten sedang kebingungan soal tujuannya membawa Kapal ini sementara, Wakilnya coba merampas kendali sementara, penumpang kapal mulai resah dengan keadaan ini. Begitulah gambaran Kota Depok saat ini!
Tahun ini, Kota Depok akan mengahadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada bulan Desember mendatang, uniknya meski belum dibuka pendaftaran resmi dari KPUD setempat namun, diduga kuat Wali Kota Depok Mohammad Idris akan berlawanan dengan Wakilnya sendiri yakni Pradi Supriatna.
Mohammad Idris akan menggandeng rekan satu partai dari Partai Keadilan Sosial (PKS) yakni Imam Budi Hartono yang masih menjabat Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat sedangkan, Pradi Supriatna dari Partai Gerindra menggandeng wanita cantik Afifah Alia dari Partai PDI-P.
Percaya atau tidak, suka atau tidak, mau atau tidak yang jelas itu sangat berdampak pada masyarakat, bayangkan saja seharusnya pasangan yang saling mengisi dalam menjalankan roda Pemerintahan itu justru harus bertentangan.
Menurut Wikipedia, tugas seorang Wakil Wali kota adalah menjalankan sebagaian tugas yang diemban oleh Wali Kota dalam melayani masyarakat ditempatnya menjabat.
Beberapa masyarakat dari berbagai kalangan mulai mengeluhkan kinerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok dipenghujung masa jabatannya yang kini, sedang sibuk-sibuknya mengais dikit demi sedikit pundi-pundi suara.
Ini adalah dinding tembok Pemkot yang transparan, kita dapat melihat bagaimana ketidak-kompakannya kerja pemimpin Depok itu, jika memang senada  mengapa tak dilanjutkan saja, mengapa harus bercerai???
Memang tak diketahui pasti apa yang terjadi didalam ruangan dingin protokoler Pemerintah Kota Depok, namun harus disepakati bahwa langkah yang diambil masing-masing mereka adalah keputusan untuk tidak bersama lagi alias putus, begitulah kaum milenial menyebutnya.
Namun dalam politik ada istilah "The Last Minute" atau menit terakhir bahkan detik terakhir, dalam waktu itu semua bisa berubah yang lawan jadi kawan, yang kawan jadi lawan.
"Mungkin saja, ini trik politik yang sedang dimainkan Idris-Pradi," kalimat itu ternyata tak cukup menenangkan, politik daerah itu biasanya berkaca dari perpolitikan nasional.
Kita semua tahu, Presiden kita saat ini berasal dari PDIP setelah mengalahkan lawannya dari Gerindra, perpolitikan nasional sempat sangat panas betapa tidak isu agama terlibat didalamnya juga.
Namun, semua berubah jadi adem ketika Prabowo dengan lapang dada menerima kemenangan Jokowi dan bersedia bergabung dalam kabinetnya mengemban tugas sebagai Menteri Pertahanan itu berarti Jokowi-Prabowo sudah senada.
Tinggalkan Istana, kembali ke DepokÂ
Hari ini, Pradi Supriatana mendapatkan surat rekomendasi dari Partai Gerindra untuk maju sebagai Calon Walikota Depok didampingi Afifah Alia dari PDIP.
Pada paragraf diatas harus kita sepakati jika memang benar, perpolitikan di daerah tentunya tak lepas dari kontrol pusat.
Ini juga sekaligus menjadi tanda bahwa, harapan Idris dan Pradi agar dapat bersatu kembali dalam membangun Kota Depok hanyalah omong kosong!
Sebagai masyarakat, hal yang tak boleh kita lupakan adalah harus objektif dalam menyikapi hal ini, kita harus melihat dan menakar soal siapa yang mampu menahkodai 'Kapal Depok' ini sehingga berhasil sampai ke tujuan dalam 5 tahun kedepan. (Gerard Soeharly)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H