Tanggal 3 februari 2010 adalah awal pertama masuk pesantren, di situ juga awal pertama jauh dari orang tua dengan jangka waktu yang cukup lama. Senang dan sedih campur jadi satu karena ketemu teman baru dan jauh dari orang tua. Tidak terasa sebulan berlalu rasa kangen kepada orang tua perlahan mulai pudar dan rasa senang dan bahagia pun mulai tumbuh di situlah karir di mulai.
Mulai belajar dengan pelajaran ciri khas pesantren yaitu nahwu, sharaf dan bahasa arab dan memulai belajar mandiri seperti mencuci baju sendiri, tidur dengan alas seadanya. Tidak terasa setahun berlalu libur idul fitri pun tiba saatnya kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga, pada saat itu meninggalkan pesantren serasa berat padahal awalnya di pesantren ingin banget pulang tapi tidak dengan sekarang.
Enam tahun berlalu, tidak terasa sudah lulu pesantren saat itu ditawari Kyai untuk mencalonkan diri menjadi ketua MUI. Pada saat itu melihat yang sama-sama mencalonkan ketua MUI adalah lulusan Al-Azhar Mesir sedangkan saya hanya lulusan pesantren jawa timur. Ingin menolak penawaran kyai tetapi tidak enak, akhirnya tetap mencalonkan menjadi ketua MUI dan tidak di sangka-sangka terpilih nenjadi ketua MUI.
Inilah sedikit cerita perjuangan menjadi ketua MUI
Ditulis oleh: Roihan Putra Alfarisy
Santri Al Nahdlah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H