Mohon tunggu...
Gerardo Axel
Gerardo Axel Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sel Punca, Obat Tanpa Efek Samping

25 Oktober 2017   22:16 Diperbarui: 25 Oktober 2017   22:36 2010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai para kompasianers! Kembali lagi bersama penulis yang kali ini akan memasuki kedalam dunia kesehatan. Di dunia kesehatan yang modern ini, pernahkah pembaca mendengar tentang pengobatan menggunakan transplantasi sel punca? Teknik ini dikatakan lebih baik dalam mengobati para pasien penderita penyakit terutama penyakit degeneratif. Penasaran dengan teknik tersebut? Simak lebih lanjut tentang bagaimana penerapan teknik tersebut dan juga perkembangannya!

Sel punca berasal dari kata punca yang berarti awal mula, yaitu sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan -- pertumbuhan sel lain yang membentuk keseluruhan tubuh organisme. Sel punca sudah ada pada organisme sejak fase awal kehidupan (fase embrio). Sel punca ini sel yang belum terdiferensiasi atau belum menjadi sel yang khusus. 

Oleh karena itu, sel punca nantinya akan berdiferensiasi menjadi sel yang lebih khusus dan melakukan pembelahan sehingga memproduksi sel punca yang lebih banyak. Dalam dunia medis, sel punca lebih dikenal dengan sebutan sel multifungsi, karena fungsinya yang sangat beragam, yaitu sel punca bisa terdiferensiasi menjadi sel apapun sesuatu dengan apa yang sedang dibutuhkan tubuh saat itu. Karena itu, sel punca juga berfungsi sebagai sel yang bisa memperbaiki atau menyembuhkan berbagai penyakit dalam tubuh.

Sel punca yang ditemukan di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sel punca embrionik dan sel punca dewasa. Sel punca embrionik adalah sel punca yang ditemukan saat perkembangan individu dalam tahap embrio, lebih tepatnya saat tahap blastula (3 -- 5 hari dalam kandungan). Sel punca embrionik ini bersifat pluripoten yaitu dapat menjadi sel apapun yang berasal dari lapisan embrional (ektoderm, mesoderm, endodrem). Dari sifat itu, tentunya tidak ada satu pun penyakit degeneratif (menyebabkan kerusakan pada jaringan atau organ tubuh) yang tidak bisa diobati. Tetapi pengobatan menggunakan sel punca embrionik beresiko tinggi karena dapat menimbulkan tumor yang disebabkan dari daya proliferasi yang tinggi.

Sel punca dewasa merupakan sel punca yang ada di antara sel -- sel lain yang telah berdiferensiasi dalam suatu jaringan dewasa. Sel punca terletak paling banyak pada sumsum tulang belakang atau darah tali pusar. Tetapi selain di lokasi tersebut, bisa juga ditemui sel punca di bagian -- bagian tubuh yang lain. Sel punca dewasa ini belum terdiferensiasi dan dalam keadaan inaktif. Sel punca ini nantinya berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang rusak dengan cara meregenerasi sel yang sudah mati. Misalnya pada mata, karena mata kita sering menatap layar ponsel atau komputer atau TV lama, lama kelamaan mata kita akan menjadi rusak. Ketika sel -- sel mata itu mulai rusak, sel punca yang terletak di mata akan mulai meregenerasi sel -- sel yang rusak untuk menjadi sel -- sel mata yang baru.

Dari teori singkat diatas, tentu diketahui bahwa sel punca yang ada dalam tubuh kita sangat penting untuk kesehatan diri kita. Dibandingkan dengan obat -- obatan yang ada saat ini, sel punca menang jauh dalam pengobatan. Mengapa bisa begitu? Karena sel punca dapat mengobati penyakit degeneratif, yaitu penyakit akibat kerusakan sel -- sel dalam jaringan atau organ yang bersifat irreversible. 

Sedangkan obat -- obatan yang tersedia saat ini hanya bisa memperlambat atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan atau organ yang lebih luas. Contoh dari penyakit degeneratif yaitu, stroke yang terjadi karena terganggunya pasokan darah ke otak, Alzheimer yaitu mengecil dan mengkerutnya otak, diabetes melitus yaitu gangguan metabolisme insulin, aterosklerosis yaitu peradangan pembuluh darah, dan infark miokard yaitu serangan jantung.

Karena kemampuan pengobatan saat ini yang kalah jauh dibandingkan sel punca, para ilmuwan dan dokter mencari cara alternatif dalam penyembuhan penyakit degeneratif. Salah satunya yaitu dengan menggunakan sel punca yang ditransplantasi. Teknik transplantasi sel punca ini sudah dicoba dalam regenerasi sel pankreas penghasil insulin pada penderita diabetes melitus. Pengobatan dengan transplantasi ini terbukti lebih ampuh dan bersifat permanen dibandingkan pengobatan cara sebelumnya yaitu dengan menyuntikan insulin kedalam pasien penderita diabetes melitus atau disebut IDDM (insulin dependent diabetes mellitus) yang hanya bersifat sementara dan hanya meringankan gejala penyakit.

Cara transplantasi sel punca untuk meregenerasi sel pankreas penghasil insulin yaitu sebagai berikut, Pertama -- tama sel punca yang akan digunakan untuk regenerasi sel pankreas penghasil insulin dikultur di dalam laboratorium. Berikutnya ketika jumlah sel punca sudah cukup untuk dilakukan transplantasi, sel punca tersebut dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan didiferensiasikan menjadi sel pankreas. Lalu sel punca yang telah menjadi  sel pankreas ditransplantasikan ke organ hati.

Selain untuk pengobatan diabetes mellitus, ada juga beberapa kasus pengobatan menggunakan transplantasi sel punca misalnya, untuk pengobatan penyakit Kanker. Salah satu rumah sakit di China yaitu Modern Cancer Hospital Guangzhou menjadi rujukan untuk terapi kanker berbasis sel punca. Rumah sakit ini telah membangun fasilitas untuk kultur atau budidaya sel punca embrionik berbasis tulang sunsum pasien, yang nantinya akan dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah vena. 

Sel punca yang dimasukkan itu telah mengalami berbagai proses stimulasi yang akan mendorong sel punca untuk membentuk sel-sel baru yang bebas kanker. Sel-sel baru bebas kanker ini akan melawan dan menyingkirkan sel-sel yang telah terkontaminasi sel-sel kanker. Tentunya pengobatan berbasis sel punca ini akan jauh lebih efektif ketika dikombinasikan dengan terapi lain seperti kemoterapi atau cryosurgery.

Kasus lainnya yang menghebohkan dunia yaitu terjadi pada tahun 2007. Waktu itu, Timothy Ray Brown yang sedang menderita HIV bisa disembuhkan dari penyakit HIVnya yang sudah diderita bertahun -- tahun. Sembuhnya penyakit HIV dari Brown ini akibat dari sel punca yang memproduksi sel darah baru yang lalu dapat menyingkirkan virus HIV.

Saat ini teknik terapi transplantasi sel sendiri ada tiga teknik, autologos yaitu menggunakan sel punca dari pasien sendiri, allogeneic yaitu menggunakan sel punca orang lain, dan xenotransplantasi yaitu menggunakan sel punca dari binatang. Ketiga teknik terapi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing -- masing. Teknik autologos keuntungannya tidak ada potensi penolakan dari tubuh tetapi pasien merasa kurang nyaman karena harus melalui proses pengambilan sel punca sendiri. Teknik allogeneic keuntungannya pasien lebih nyaman karena tidak melalui proses pengambilan sel punca tetapi ada resiko penolakan dari tubuh pasien. Dan teknik yang ketiga, xenotransplantasi masih menimbulkan perdebatan di Indonesia, karena sel punca dari binatang mungkin bisa menyebabkan efek samping pada manusia ketika keduanya membentuk sel baru. Teknik ini sendiri bisa terjadi karena adanya kesamaan sel punca antar sel punca hewan dengan sel punca manusia.

Untuk perkembangannya terutama di Indonesia, sudah ada 11 rumah sakit yang diberi izin untuk melakukan terapi menggunakan sel punca. Kesebelas rumah sakit itu yaitu Rumah Sakit Cipta Mangun Kusumo, RS Sutomo, RS M Djamil, RS Persahabatan, RS Fatmawati, RS Dharmais, RS Harapan Kita, RS Hasan Sadikin, RS Kariadi, RS Sardjito dan RS Sanglah. Penyakit-penyakit yang diatasi oleh 11 rumah sakit menggunakan terapi sel punca umumnya adalah penyakit jantung dan radang sendi. Pasien yang ingin berobat dengan menggunakan terapi sel punca ini juga jumlahnya tidak sedikit.

Meskipun begitu masih ada berbagai kendala dalam melakukan terapi sel punca untuk mengobati penyakit degeneratif. Beberapa kendala -- kendala itu yaitu, tentunya kendala biaya yang sangat besar, selain itu juga kesulitan dalam melakukan kultur atau pembiakan sel punca embrionik karena harus dilakukan dengan sangat hati -- hati dan proses sel punca seorang pasien hanya dapat dilakukan dalam satu laboratorium saja. Selain itu, juga ada potensi penolakan sel punca pada tubuh pasien jika sel punca itu diambil dari luar tubuh pasien sendiri.

Selain transplantasi sel punca, sekarang makin banyak dikembangkan juga cara lain yaitu terapi stem cell oral. Terapi stem cell oral ini sedikit demi sedikit menggantikan terapi sel punca dengan menggunakan injeksi atau transplantasi karena terapi ini mampu menekan biaya dan lebih praktis dalam aplikasinya. Walaupun begitu, terapi stem cell oral ini belum dapat benar -- benar menggantikan terapi metode injeksi atau transplantasi. Harapannya kedepan, terapi sel punca ini dapat berkembang menjadi lebih aman, mudah dan cepat dilakukan sehingga bisa mengobati berbagai penyakit yang sebelumnya tidak bisa diobati.  

Ada juga perdebatan mengenai penelitian dari sel punca embrionik sendiri, pihak yang kontra menyatakan keraguannya jika pengumpulan sel punca embrionik yang berlebihan bisa membunuh potensi dari kehidupan. Tetapi para peneliti tetap melakukan beberapa perbaikan berkaitan dengan hal tersebut, walaupun belum menemukan titik kesuksesan. 

Pihak yang pro dengan penelitian sel punca embrionik ini berpendapat jika manfaat yang diberikan oleh sel punca tersebut jauh lebih bermanfaat dibandingkan potensi kehidupan. Hal lain yang menimbulkan perdebatan adalah kurangnya transparansi dari proses penelitian. Jika proses penelitian berlangsung lebih transparan dan keuntungan dari penelitian ini jelas terlihat, mungkin akan ada perubahan dari persepsi publik mengenai penggunaan sel punca.

Karena keunikan sel punca untuk dapat berdiferensiasi menjadi sel apapun yang termasuk dalam lapisan embrional yaitu lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm, secara tidak langsung sel punca juga bisa meregenerasi jaringan -- jaringan maupun organ -- organ dalam tubuh yang sudah rusak. Dalam dunia medis, sudah ada beberapa rumah sakit yang menerapkan terapi menggunakan sel punca. Tetapi sel punca ini masih bisa dibilang dalam tahap yang awal dan masih bisa mengalami banyak perkembangan untuk kedepannya. 

Keuntungannya untuk pembaca yang mungkin akan menggunakan terapi sel punca ini yaitu tidak ada efek samping dari pengobatan terapi sel punca ini karena sel punca sendiri bukan obat maupun bahan kimia yang diciptakan melainkan memang dari tubuh makhluk hidup sendiri. Tetapi selain keuntungan juga ada kerugiannya yang mungkin semakin kedepan akan berkurang atau bahkan tidak ada lagi seperti biaya yang cukup besar, proses kultur sel punca yang harus hati -- hati, potensi penolakan dari tubuh, dan lainnya.

Cukup sekian artikel dari penulis, terimakasih sudah membaca artikel penulis kali ini tentang sel punca. Semoga artikel ini dapat membantu pembaca dan juga menambah luas wawasan para pembaca. Jika ada kesalahan atau masukan silahkan beri comment sehingga artikel berikutnya bisa lebih baik dari artikel ini. Saya penulis mohon pamit dan selamat berjumpa kembali di artikel penulis berikutnya.

Sumber :

http://sains.kompas.com

https://artikel-teknologi.com

https://www.dokter.id

https://ipscell.com

http://www.antaranews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun