Mohon tunggu...
Gerardo NandavardhanaA
Gerardo NandavardhanaA Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Saya merupakah anak SMA yang tertarik dalam menulis artikel-artikel. Pada saat ini saya tertarik dalam bidang teknik dan mekanika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanamkan Toleransi, Perjalanan Kanisian Merajut Persatuan dalam Keberagaman Indonesia

17 November 2024   22:28 Diperbarui: 17 November 2024   22:42 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia. 

Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Indonesia. Sebuah negeri elok yang terdiri atas berlapis-lapis warna. Di antara lekukan gunung dan ceruk lautan, timbul keberagaman yang tak ada habisnya. Keberagaman ini bukan hanya perbedaan, tetapi identitas dan kekuatan Indonesia, sebuah mozaik indah yang dirajut oleh sumpah abadi.

Indonesia terdiri dari ribuan suku dan budaya yang beragam. Keberagaman ini telah dipersatukan sejak sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Semangat inilah yang menjadi bagian dari tiang kokoh untuk bangsa ini. Beragam suku dan budaya yang ada bukanlah penghalang, melainkan kekuatan bagi Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan merupakan jembatan menghubungkan berbagai perbedaan dalam mempersatukan keberagaman suku, budaya, dan agama dalam satu bingkai kesatuan.

Keberagaman ini adalah kekuatan terbesar bangsa Indonesia. Sebab, segala kekurangan milik budaya masing-masing dapat saling melengkapi. Ini terbukti ketika para pemuda berhasil mengusir penjajah dengan modal persatuan dan kesatuan. Terbukti bahwa persatuan adalah fondasi dari Indonesia. Maka, Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, melainkan landasan untuk merajut keharmonisan dan kelestarian bangsa. Oleh karena itu, menjunjung tinggi toleransi dan persatuan adalah tanggung jawab yang harus kita pegang demi kelangsungan bangsa. Inilah yang ingin diajarkan oleh Kolese Kanisius, sekolah bagi pemimpin masa depan.

Kanisian, Pemersatu Bangsa

Di Kolese Kanisius, ketika siswa kelas 12 mencapai masa dewasa dan siap untuk mengubah dunia, mereka dihadapkan pada satu formasi penting yang membangun karakter mereka sebagai pemimpin bangsa, toleransi. Kegiatan ekskursi kelas 12 dirancang untuk memperkenalkan para Kanisian pada inti keberagaman dan pentingnya menghargai perbedaan.

Bagi seorang Kanisian, kecerdasan akademik saja tidak cukup. Sebagai calon pemimpin, mereka harus memiliki kepekaan dan toleransi untuk melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Melalui ekskursi, kanisian kelas 12 diterjunkan dalan suatu situasi yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Jika di sekolah mereka menjadi mayoritas, yaitu sebagai umat Katolik, kini mereka menjadi minoritas diantara umat Islam. Melalui ekskursi, Kanisian dituntut untuk hidup bersama dengan para santri di pesantren. 

Kegiatan ini menjadi bagian dari formasi kanisian. Kini para kanisian bisa merasakan keunikan dari Indonesia, yaitu perbedaan. Kanisian dapat merasakan kehidupan para santri dan juga mempelajari budaya Islam, sesuatu yang belum pernah dipelajari kanisian sebelumnya. Dengan ini, kanisian bisa membangun koneksi dan hubungan erat antar umat-umat yang berbeda agama. Dengan mengetahui dan mempelajari budaya agama lain, kanisian menjadi lebih toleran dan menghargai perbedaan tersebut. Maka kegiatan ekskursi ini merupakan kegiatan penting yang membangun rasa toleransi dan saling menghargai perbedaan, membiasakan mereka untuk menjunjung tinggi persatuan. 

Ekskursi, Pengalaman tak terlupakan.

Ekskursi ini merupakan pengalaman tak terlupakan bagi para Kanisian. Ketika pagi hari tiba, mereka berkumpul dengan tas besar di pundak, siap memasuki dunia yang mungkin berbeda namun penuh pelajaran. Selama perjalanan, para kanisian sudah dijauhkan dari distraksi duniawi, seperti Hand Phone. Dengan ini, selama perjalanan, para kanisian diberikan waktu untuk merenung dan bersiap menghayati pengalaman yang akan mereka temui.

Sesampainya di pesantren, para Kanisian segera merasakan atmosfer kehidupan para santri yang begitu berbeda dari keseharian mereka di kota. Kanisian yang penuh dengan gaya-gaya "kekotaan" terlah sungguh menonjol. Terutama jika dibandingkan dengan kehidupan santri terlihat lebih sederhana. Para santri memiliki kehidupan yang penuh semangat, setiap hari mereka menjalani rutinitas belajar dengan dedikasi yang tinggi, jauh dari gadget dan hiburan yang biasa mendominasi kehidupan anak kota. Para santri menjalani kegiatan mengaji hingga empat kali sehari, menunjukkan keterikatan yang erat dengan agama mereka.

Selain itu, pesantren juga menekankan nilai kebersamaan dan toleransi kepada sesamanya. Mereka memiliki berbagai kegiatan kebersamaan seperti, makan bersama, kerja kelompok, dan beribadah bersama yang sudah menjadi keseharian mereka. Jika sekolah di kota hanya mengutamakan akademik dan perkembangan individu, pesantren menekankan kebersamaan dan solidaritas.

Tak hanya solidaritas, tetapi pesantren juga menekankan nilai disiplin. Para santri memiliki rutinitas dan jadwal yang cukup padat setiap harinya. Di pagi hari, para santri dibangunkan pada jam 3 pagi untuk melakukan salat subuh secara berjamaah. Kemudian, mereka langsung lanjut mengikuti kegiatan ngaji dipagi hari, yaitu pada jam 5 sampai jam 6. Setelah ini, mereka mengikuti kegiatan belajar di sekolah dari jam 7 sampai jam 12 siang, dan mereka kemudian mengaji. Lalu, mereka mengaji dua kali di sore hari dari jam 2 hingga jam 3 dan dari jam 4 hingga jam 5. Setelah ini, mereka mengaji yang terakhir kali di jam 8 hingga jam 9. Kegiatan yang sangat padat ini tidak hanya menuntut para santri untuk disiplin terhadap waktu, tetapi juga membangun karakter yang penuh tanggung jawab.

Para kanisian, mendapatkan kesempatan untuk berkenalan dan berbagi pengalaman dengan para santri selama ekskursi. Salah satunya adalah melalui kegiatan belajar bersama. Para kanisian dibagi menjadi 11 pasang dan mereka diutus ke kelas-kelas di pesantren ini. Selama kegaitan belajar bersama ini, para kanisian bisa saling membagikan pengalaman mereka, baik sebagai siswa dan santri ataupun sebagai katolik dan islam. Dengan koneksi yang dibangun antara kanisian dan santri, mereka bisa memiliki rasa saling menghargai yang mendalam terhadap budaya satu sama lain.

Kehidupan ini juga memperlihatkan kepada Kanisian bahwa agama Islam menjadi panduan sehari-hari bagi para santri, dengan aturan-aturan yang mengatur berbagai aspek kehidupan. Salah satu contohnya adalah pedoman pembagian warisan yang termaktub dalam Surah An-Nisa ayat 11, yang menguraikan ketentuan secara lengkap dan rinci. Pengalaman ini membuka wawasan para Kanisian tentang nilai-nilai agama yang terintegrasi dalam kehidupan santri, membentuk kepribadian dan semangat pengabdian yang mengesankan.

Persatuan, Kekuatan Indonesia

Dari kegiatan ekskursi, Kanisian belajar bahwa agama Islam dan Katolik memiliki kesamaan yang berakar pada kebaikan dan penghormatan kepada Tuhan. Sebagai contoh, tentang perbuatan baik. Perbuatan baik pada agama Islam dan Katolik, juga sama-sama diatur dan perbuatan baik harus merujuk kepada kemuliaan tuhan. Maka dari itu, agama katolik dan Islam memiliki pandangan yang sama tentang baik atau buruknya suatu tindakan. 

Pengalaman ekskursi telah menunjukan kepada para kanisian inti dari persatuan dan toleransi. Pengalaman ini memberikan pemahaman bahwa di balik segala perbedaan, ada benang merah yang menyatukan satu sama lain. Tepat karena itu, rasa toleransi harus dijunjung tinggi untuk menciptakan persatuan. 

Keberagaman yang dipersatukan adalah kekuatan yang mengakar di setiap aspek kehidupan Indonesia. Persatuan memiliki banyak dampak positif di berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia. Dari sudut pandang ekonomi, persatuan memberi stabilitas yang mendukung pembangunan dan investasi. Salah satu contoh nyata adalah keberhasilan Indonesia mengelola sektor pariwisata, terutama di Bali, Lombok, dan Raja Ampat. Wilayah ini, yang memiliki keragaman budaya yang kuat. Tetap saja, dibalik keberagaman ini, masyarakat dapat akur dan menjalin toleransi antar satu sama lain. Dengan keberagaman ini juga, Bali, Lombok, dan raja Ampat dapat menarik wisatawan dari seluruh dunia, menjadi destinasi utama dari seluruh masyarakat dunia. 

Persatuan dan toleransi bukanlah konsep yang baru. Sejak masa kolonialisasi Indonesia, persatuan telah memegang peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Persatuan Indonesia memuncak pada momen Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda merupakan titik balik dalam pergerakan nasional. Saat itu, pemuda dari berbagai daerah, agama, dan suku bersumpah untuk bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Semangat ini menjadi kekuatan utama dalam melawan penjajah, melahirkan pergerakan yang akhirnya mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. Dengan persatuan, Indonesia mampu bertahan dari berbagai ancaman disintegrasi pada masa-masa awal kemerdekaan, seperti pemberontakan DI/TII dan RMS, yang berhasil diatasi berkat kerja sama TNI dan dukungan rakyat yang percaya pada persatuan NKRI.

Keberagaman adalah kekuatan yang mengakar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Seperti yang pernah disampaikan Presiden Soekarno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya." Kini, setiap anak bangsa adalah pahlawan yang menjaga persatuan dan integritas Indonesia. Ekskursi mengajarkan Kanisian untuk menghargai dan memahami keunikan budaya lain, membangun toleransi, dan mendorong rasa hormat terhadap perbedaan.

Ekskursi bukan sekadar kunjungan, tetapi sebuah perjalanan jiwa yang menumbuhkan kesadaran bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga dan persatuan adalah fondasi yang perlu diperkuat. Keberagaman Indonesia yang dipersatukan oleh kasih dan toleransi adalah kekuatan sejati mengkokohkan bangsa ini. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun