Artinya, riset ternyata bukan sekadar milik kelompok umur tertentu. Bukan hanya milik mereka yang berkacamata tebal dengan rambut tipis karena diyakini banyak membaca, mengamati dan berpikir.
Mungkin banyak pula orang yang beranggapan, riset itu adalah pekerjaan yang berat, rumit, dan tidak dapat dilakukan semua orang. Hingga berpikir kalau riset itu hanya bisa dilakukan orang yang memiliki ketrampilan hebat saja.
Pemikiran demikian pada akhirnya membuat banyak enggan untuk melakukan riset.
Anak muda harus yakin, bahwa mereka juga dapat memberikan sumbangsih terhadap kemajuan bangsa melalui riset. Bahkan harus yakin kalau mereka juga mampu melakukan riset. Semua itu dibangun dari pengalaman ke pengalaman.
Mengingat di negeri ini ada banyak masalah yang terjadi dan dihadapi, sudah saatnya riset menjadi solusi menangani berbagai permasalahan.
Mungkin muncul pertanyaan, bagaimana dapat menemukan topik riset yang baru dan unik di tengah banyaknya topik yang sudah pernah diteliti? Bahkan, saya sendiri pernah bertanya demikian!
Beruntungnya, beberapa hari lalu (3/8/2024) hal itu pun terjawab, tepatnya ketika mengikuti kegiatan Pelatihan Menulis yang diselenggarakan Paguyuban Kusnoto dengan Vlomaya.
Menurut seorang narasumber, Adnan, PhD., menyampaikan bahwa banyak pengalaman sehari-hari yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai topik riset, meskipun kita sering tidak menyadarinya.
Saat menjalani aktivitas sehari-hari, kita mungkin pernah tidak sengaja mengalami kejadian atau fenomena yang membuat kita bertanya-tanya.
Beliau menyebut ketidaksengajaan dalam aktivitas tersebut "Serendipity" atau fenomena menemukan sesuatu yang berharga secara tidak sengaja. Hal ini dapat didokumentasikan untuk mengungkap sesuatu di alam semesta yang belum diketahui sebelumnya.
Peneliti yang aktif di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini menekankan juga bahwa penting untuk tidak mengabaikan gejala-gejala atau kejadian anomali.