JA merasa emosi ketika mendengar hinaan yang dilontarkan oleh korban sehingga ia pun merencanakan pembenuhan tersebut. Sampai pada malam hari ia membawa pisau dan mengendap-endap masuk kedalam kamar rusun korban, dan menghujamkan 6 kali tusukan kepada korban yang sedang tidur, hingga korban pun tewas tak bernyawa. Untuk menghilangkan jejak ia membersihkan darah dan memasukan baju dan celana yang terkena darah ke tas lalu ia mengambil celana anak korban. Akan tetapi, aksinya terekam di cctv sehingga mudah bagi polisi untuk meringkusnya dan JA dijatuhi hukuman seumur hidup penjara.
Dari kasus tersebut kita dapat memahami bahwasannya sikap pemuda yang tidak dapat mengendalikan emosionalnya sangat berbahaya dan dapat menimbulkan suatu bentuk kriminalitas. Seperti hal nya JA yang terbalut emosi sehingga ia melakukan tindakan criminal. Oleh karena itu, kita sebagai pemuda seharusnya memiliki pikiran yang rasional, yang mana kita perlu mendahulukan rasionalitas dibandingkan dengan emosional diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H