Mohon tunggu...
Geraldi Pramudya Dharmatama
Geraldi Pramudya Dharmatama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan mahasiswa aktif pada program studi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asumsi Pemikiran Charles Wright Mills tentang Rasionalisasi dan Imajinasi Sosiologi

16 November 2022   15:14 Diperbarui: 16 November 2022   15:21 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Charles Wright Mills merupakan seorang sosiolog yang berasal dari Amerika, Ia lahir pada 28 Agustus 1916. Dalam perjalanan intelektualnya, Mills mendapatkan gelar A.B dan A.M di Universitas Texas pada tahun 1939. Pada tahun 1941, ia menyandang gelar Ph.D di Universitas Wisconsin.

Sebagai intelektual sosiologi, pemikiran-pemikiran Mills dalam menafsirkan kehidupan melalui perspektif teoritis yang dipengaruhi oleh Max Weber. Di mana pemikiran Mills mempunyai pandangan menyeluruh dari sistem sosial budaya. Karena adanya pengaruh dari pemikiran Weber, bentuk pemikiran Mills berpusat pada Rasionalisasi.

Rasionalisasi menjadi asumsi dasar Mills dalam melihat sifat manusia dan masyarakat. Rasionalisasi sendiri dapat didefinisikan sebagai konsep praktis dari pengetahuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu sendiri berupa efesiensi dari koordinasi total dan kontrol atas proses sosial yang diperlukan yang menjadi prinsip birokrasi dan pembagian kerja yang semakin birokratis.

Dalam pandangan Mills, adanya pekerja kerah putih dimulai dari adanya perubahan pekerjaan karena pertumbuhan terakhir pada birokrasi, perubahan teknologi, dan meningkatnya kebutuhan pasar barang dari masyarakat industri. Mills melihat bahwasannya perkerjaan dipecah menjadi tugas fungsional sederhana, di mana kebijakan keputusan dan fungsi eksekutif yang terpusat bergerak naik hirarki. 

Wewenang dan otonomi pekerjaan menjadi atribut hanya untuk posisi teratas. Sehingga adanya perbedaan semakin besar dalam hal kekuasaan, prestise, dan pendapatan antara manajer dan staf. Dia menjadi terasing dari kapasitas intelektualnya, karena menganggap bekerja menjadi suatu kegiatan yang wajib dijalankan setiap hari.

Dalam perspektifnya Mills mengungkapkan bahwa terdapat 5 masalah sosial yang menyeluruh yaitu Alienasi, Apatis, Ancaman terhadap demokrasi, Ancaman terhadap kebebasan manusia, dan konflik antara rasionalitas birokratis dan akal manusia.

Pemikiran Mills tentang imajinasi sosiologi

Menurut Mills, sosiologi imajinasi bekerja dengan mempengaruhi dan menggambarkan pola pikir mengenai suatu hal sosiologis yang menekankan pada hubungan pengalaman individu dan hubungan sosialnya.

Terdapat tiga kompenen yang dapat membentuk imajinasi sosiologi yaitu sejarah, biografi, dan juga struktur sosial. Imajinasi dibuat dengan mengasumsikan kesediaan untuk mengamati keadaan dari perspektif orang lain. Dalam imajinasi sosiologi, seseorang tidak perlu takut dari spekulasi berpikir secara imajinatif, yang artinya seseorang bebas mengekspresikan ide dalam bahasa sederhana dan langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun