Mohon tunggu...
geraldaazizah
geraldaazizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah kucing bisa membuat mandul ? Fakta di balik mitos !

24 Desember 2024   20:32 Diperbarui: 24 Desember 2024   20:32 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kucing adalah salah satu hewan peliharaan yang paling dicintai di seluruh dunia. Tingkah laku mereka yang menggemaskan, suara mengeong yang lembut, serta sikap setia mereka kepada pemiliknya menjadikan kucing teman hidup yang ideal. Meski begitu, ada banyak mitos yang mengelilingi hewan ini, salah satunya adalah anggapan bahwa kucing bisa menyebabkan kemandulan pada manusia. Isu ini sering kali menimbulkan kekhawatiran, terutama di kalangan masyarakat yang kurang memahami fakta medis di balik mitos tersebut. Untuk itu, penting bagi kita untuk menggali lebih dalam mengenai klaim ini dan melihat apakah ada dasar ilmiahnya.
Salah satu penyebab munculnya mitos ini adalah penyakit yang disebut toksoplasmosis, yang disebabkan oleh parasit bernama Toxoplasma gondii. Parasit ini bisa ditemukan di tubuh berbagai hewan, tetapi kucing menjadi inang utama karena siklus hidup parasit ini sebagian besar berlangsung di dalam tubuh mereka. Parasit ini keluar bersama kotoran kucing, yang menjadi salah satu sumber penularannya kepada manusia. Toksoplasmosis sering dianggap berbahaya, terutama bagi wanita hamil, karena dapat menyebabkan komplikasi serius seperti keguguran. Namun, apakah infeksi ini juga bisa memengaruhi kesuburan seseorang, seperti yang sering diklaim?
Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa toksoplasmosis dapat menyebabkan kemandulan pada manusia. Masalah kesuburan umumnya disebabkan oleh faktor lain, seperti ketidakseimbangan hormon, kelainan pada organ reproduksi, atau penyakit menular seksual (PMS). Pada wanita, kondisi seperti endometriosis atau sindrom ovarium polikistik (PCOS) sering kali menjadi penyebab utama. Pada pria, kualitas sperma yang rendah atau gangguan pada saluran reproduksi lebih sering menjadi penyebab kemandulan. Infeksi toksoplasmosis mungkin bisa berdampak buruk pada kesehatan seseorang secara umum, tetapi tidak ada kaitannya dengan organ reproduksi.
Penting untuk memahami bagaimana parasit Toxoplasma gondii menyebar untuk menilai risiko yang sebenarnya. Salah satu cara utamanya adalah melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Namun, hanya kucing yang baru pertama kali terinfeksi yang dapat menularkan parasit melalui kotorannya. Setelah tubuh kucing mengembangkan kekebalan, mereka tidak lagi menjadi sumber infeksi. Selain itu, penularan toksoplasmosis juga lebih sering terjadi melalui konsumsi daging mentah atau setengah matang, serta sayuran dan buah yang tidak dicuci bersih. Fakta ini menunjukkan bahwa kucing bukanlah satu-satunya penyebab penyebaran toksoplasmosis, dan dalam banyak kasus, sumber infeksi justru berasal dari kebiasaan makan manusia itu sendiri.
Meskipun demikian, kekhawatiran tentang toksoplasmosis masih sering menjadi alasan orang menghindari memelihara kucing. Padahal, risiko infeksi bisa diminimalkan dengan langkah-langkah sederhana, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Misalnya, mencuci tangan setelah membersihkan kotoran kucing, menggunakan sarung tangan saat berkebun, dan memasak makanan hingga matang. Pemilik kucing juga disarankan untuk memberikan makanan matang atau makanan komersial yang bersih untuk hewan peliharaan mereka, serta memastikan kucing tidak berburu hewan liar yang mungkin membawa parasit. Dengan langkah-langkah ini, risiko tertular toksoplasmosis dapat ditekan hingga hampir nol.
Namun, mengapa mitos ini terus beredar di masyarakat? Salah satu alasannya adalah kurangnya edukasi tentang toksoplasmosis dan penyebarannya. Banyak orang yang langsung mengaitkan keberadaan kucing dengan masalah kesehatan tanpa mengevaluasi bukti ilmiah. Ketakutan berlebihan terhadap infeksi juga memainkan peran penting. Beberapa orang mungkin menghubungkan pengalaman pribadi, seperti kesulitan hamil, dengan keberadaan kucing di rumah, meskipun sebenarnya ada banyak faktor lain yang lebih relevan. Selain itu, informasi yang tidak akurat atau dilebih-lebihkan di media juga dapat memperkuat mitos ini.
Mitos ini tidak hanya berdampak buruk pada pemilik kucing, tetapi juga pada kucing itu sendiri. Banyak kucing yang ditelantarkan atau tidak diadopsi karena kekhawatiran yang tidak berdasar ini. Padahal, kucing sebenarnya membawa banyak manfaat bagi manusia, baik dari segi emosional maupun psikologis. Kehadiran kucing di rumah dapat membantu mengurangi stres, memberikan rasa nyaman, dan bahkan meningkatkan kesehatan mental pemiliknya. Dalam beberapa penelitian, memelihara hewan peliharaan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan suasana hati.
Kesimpulannya, klaim bahwa kucing bisa menyebabkan kemandulan adalah mitos yang tidak didukung oleh bukti ilmiah. Meskipun toksoplasmosis memang bisa menjadi masalah kesehatan jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini tidak terkait dengan kesuburan seseorang. Dengan menjaga kebersihan diri, mengadopsi kebiasaan hidup sehat, dan memberikan perawatan yang baik untuk kucing, risiko infeksi dapat diminimalkan.
Bagi pecinta kucing atau mereka yang berencana memelihara kucing, tidak ada alasan untuk takut. Kucing adalah hewan peliharaan yang tidak hanya memberikan kebahagiaan, tetapi juga persahabatan yang tulus. Jadi, alih-alih percaya pada mitos yang salah, marilah kita menyebarkan informasi yang benar dan mendukung hubungan harmonis antara manusia dan kucing. Pada akhirnya, kucing tidak akan membuatmu mandul---mereka justru akan membuat hidupmu lebih indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun