Mohon tunggu...
Hendra Etri Gunawan
Hendra Etri Gunawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ketua BEM FEM IPB 2008/2009; Menteri Kebijakan Daerah BEM KM IPB 2010; Koordinator BEM se Bogor 2010; Trainer dan Fasilitator Rumah Peradaban Leadership Community; Direktur Eksekutif Institut for Regional Investment and Development Studies (IRIDS)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membangun Eskalasi Gerakan: Progresif Berkelanjutan (Bagian 2)

28 Juli 2011   07:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:18 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Negara transisi menuju Demokrasi, pers merupakan salah satu variable penting yang menentukan apakah transisi itu berhasil atau justru gagal dan kembali ke masa otoritarian. Pers adalah penyeimbang. Ketika pers hanya diam, takut terhadap penguasa dan lebih cenderung memenuhi kepentingan pragmatis jangka pendeknya, maka bisa dipastikan transisi akan gagal, terjadi ketimpangan, penguasa akan merasa bebas bertindak seenak mereka. Tetapi apabila pers berani, anti suap dan maju menjadi penyeimbang dan pemantau pemerintahan, maka kemungkinan kesewenang-wenangan penguasa akan semakin dapat diminimalisir.

Pada realitanya, pers juga memiliki kepentingan, bisa kepentingan bisnis, ideologis, politis, atau lainnya. Pengaruh pemilik modal sangat dominan pada setiap pemberitaan yang diluncurkan pers. Terlepas dari hal tersebut, pers adalah kawan yang harus didekati, diajak dan dihargai. Bangun relasi gerakan, baik dengan institusi ataupun dengan personal wartawannya. Relasi dengan institusi pers dapat dilakukan secara formal kelembagaan, misalnya: kunjungan, diskusi, partnership atau sponshorship kegiatan. Sedangkan relasi dengan personal wartawannya lebih bersifat pribadi dan sangat personal. Relasi yang personal ini biasanya lebih strategis dalam rangka mengikutsertakan pers dalam agenda-agenda gerakan. Oleh sebab itu, dalam dunia gerakan, kedekatan kita dengan pers sangat mempengaruhi keterlibatan pers dalam mendukung dan memberitakan setiap aktivitas dari gerakan. Wartawan yang sangat strategis untuk dijalin relasinya adalah wartawan peliputan. Aktivitas gerakan akan tersosialisasikan dengan baik ke publik manakala diliput oleh wartawan peliputan, dan kemudian dimuat dimedia wartawan yang bersangkutan. Selain itu, bangun relasi dengan pimpinan media atau pemimpin redaksi, karena mereka punya otoritas dalam menentukan mainstream isu di media. Kiat praktis membangun relasi dengan pers, sebagai berikut:


  1. Buatlah data base yang mencakup nama pers, nama media, alamat media, No HP, nomor telepon media, dan fax. Jikalau memungkinkan, minta juga data base pimpinan redaksi media tempat mereka bekerja.
  2. Informasikan setiap aktivitas gerakan dan meminta masukan, dengan begitu mereka akan merasa dihargai dan terlibat dalam setiap gerakan kita.
  3. Bangun hubungan secara berkala, sekedar menyapa, silaturahim atau bertanya kabar, ini akan sangat berkesan dan simpatik. Jangan menghubungi wartawan hanya jika sedang butuh peliputan, ini akan mengesankan gerakan hanya memanfaatkan pers, tidak take and give.
  4. Lakukan kunjungan ke kantor-kantor pers untuk sharing, tukar pendapat atau berdiskusi.
  5. Tokoh gerakan harus siap diwawancarai oleh pers. Jangan pelit, sok sibuk, atau jual mahal, hargai setiap tawaran dari pers. Apabila ingin menolak, menolak dengan baik dan hikmah.
  6. Hargai pers, jangan pernah membuat mereka kecewa. Tepati janji-janji kita ke mereka. Jangan menyinggung perasaan mereka.


Artikulasi Gerakan

Artikulasi gerakan diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya untuk mencapai tujuan pengangkatan sebuah isu. Artikulasi gerakan harus disesuaikan dengan tujuan dari pengangkatan isu tersebut. Sejauh mana isu akan dibawa ke ranah publik. Beberapa pilihan artikulasi gerakan yang dapat dilakukan, diantaranya:


  1. Diskusi Publik. Diskusi publik dapat dilakukan dalam rangka melempar isu ke publik yang terbatas atau sekedar ingin memperkaya hasil kajian. Undanglah elemen gerakan lain dan pihak terkait lainnya, baik yang pro atau yang kontra dengan isu yang kita angkat. Dari diskusi publik ini kita akan mendapatkan pandangan-pandangan baru seputar isu, pandangan-pandangan tersebut akan semakin memperkaya wawasan kita seputar isu, sekaligus mencerdaskan audiens yang hadir.
  2. Pernyataan sikap lewat pers. Pernyataan sikap ini merupakan langkah final dalam fase kajian. Pada tahap ini kita sudah yakin dengan menyatakan sikap atas suatu isu. Sikap ini dikeluarkan dari hasil kajian komprehensif yang telah dilakukan.
  3. Audiensi ke lembaga atau instansi terkait.
  4. Propaganda media, dapat melalui selebaran atau social media pada dunia maya.
  5. Aksi masa atau demonstrasi.


Membangun gerakan adalah proses, setiap bagian menjadi penting untuk dilakukan. Bagian-bagian yang dijelaskan di atas akan semakin menguatkan pergerakan, sehingga akan terjadi eskalasi pergerakan yang diharapkan. Bagian tersebut bisa jadi tidak berlangsung secara runut, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

Daftar Pustaka

Sangkala. 2007. Knowledge Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hendra Etri Gunawan

Kordinator BEM se Bogor 2010.

Direktur Eksekutif Institute for Regional Investment and Development Studies (IRIDS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun