Mohon tunggu...
Geovany SenoHermawan
Geovany SenoHermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi, Universitas Airlangga

Mahasiswa Sosiologi, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiologi Digital: Sebuah Pengenalan Mengenai Masyarakat Masa Kini

21 Agustus 2023   19:21 Diperbarui: 21 Agustus 2023   19:47 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada saat ini perlu kita sadari bahwa perkembangan masyarakat terus berlanjut dari zaman dahulu sampai sekarang (tidak pernah berhenti). Dampak dari perkembangan itu tentunya dapat kita rasakan sekarang ini dalam kehidupan sehari-hari. Peran dari penjual koran yang dulu biasanya sering kita lihat di lampu merah sekarang sudah begitu sedikit, atau bahkan hampir punah. Sementara itu, masyarakat kita sekarang hampir secara keseluruhan menyukai membaca berita melalui gadget (koran digital). Jadi, pada dewasa ini terdapat perubahan pola perilaku yang lebih mementingkan efektivitas, efisiensi, dan fleksibilitas dalam mengonsumsi sesuatu, bahkan berita sekalipun.

Dalam fenomena semacam ini sosiologi mulai mengambil peranya sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan dinamika perubahanya. Oleh sebab itu, muncul pendekatan digital dalam sosiologi untuk memandang fenomena-fenomena seperti dewasa ini. Kita semua mengetahui bahwa masyarakat saat ini selalu bergantung dengan yang namanya teknologi seperti internet, media sosial, gadget, dan sebagainya. Berdasarkan perilaku dan kebiasaanya yang selalu bergantung pada teknologi, sangatlah wajar apabila menyebut masyarakat saat ini sebagai masyarakat digital. Selain disebut sebagai masyarakat digital, masyarakat saat ini juga dikatakan sebagai masyarakat informasi.

Pada masyarakat digital terdapat produksi dan konsumsi informasi secara massive yang dipublikasikan melalui website-website internet tertentu seperti Kompas, kompasiana, Kumparan, Tempo, Detik, dan sebagainya. Berada pada sisi media sosial, informasi terupload dan mendapatkan komentar langsung dari masyarakat seperti di Youtube, Twitter, Instagram, Tiktok, dan sebagainya. Pada setiap harinya akan selalu ada berita baru dan trending baru, entah itu di website internet yang menyediakan informasi atau media sosial. Oleh sebab itu, selain disebut sebagai "masyarakat digital" karena kegiatan sehari-hari yang bergantung pada teknologi, masyarakat saat ini juga disebut sebagai "masyarakat informasi" karena tingkat produksi dan konsumsi informasi yang besar.

Berdasarkan data dari databoks, mengenai pertumbuhan pengguna media sosial secara global terdapat peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunya. Tercatat bahwa pada 2014 pengguna media sosial adalah sebanyak 1,9 miliar dan terus mengalami peningkatan sampai 4,8 miliar pengguna pada tahun 2023 (Annur, 2023). Melalui data tersebut, dapat diartikan bahwa internet atau media sosial membuat semua masyarakat terhubung membentuk suatu jaringan untuk berkomunikasi dan berinteraksi, tanpa adanya batasan. Konsep jaringan dalam sosiologi sangat berkaitan erat dengan tokoh yang bernama Manuel Castells yang mencetuskan teori jaringan kekuasaan. Dalam teorinya tersebut, Castells menjelaskan tentang bagaimana kekuasaan di masyarakat kontemporer dioperasikan melalui jaringan (Selwyn, 2019).

Tentunya dengan segala kemajuan dan kemudahan yang dirasakan oleh umat manusia di era digital ini, akan selalu terdapat sisi buruk di dalamnya. Berbagai fenomena-fenomena baru sering muncul pada dewasa ini, teknologi di masyarakat digital seperti pisau bermata dua. Sangat diperlukan kebijaksanaan yang ekstra untuk menjalani hidup pada dewasa ini. Berbagai konflik digital mulai muncul disebabkan karena terdapatnya orang-orang yang pintar menggunakan teknologi, tetapi keahlianya digunakan untuk melakukan tindakan pencurian data dan penjualan data. Tujuanya adalah untuk meraup untung dengan cara membocorkan data penduduk suatu negara kepada negara lain.

Berikut akan terdapat beberapa contoh kongkrit tambahan tentang berbagai fenomena yang muncul pada masyarakat digital dewasa ini. Contoh-contoh yang akan dipaparkan bersumber dari sebuah literatur dengan judul, "Masyarakat Digital, Gaya hidup dan Subkultur." Literatur tersebut ditulis oleh Dr. Rahma Sugihartati. Dalam karya tulisanya tersebut termuat setidaknya 38 fenomena di masyarakat digital (Sugihartati, 2018). Namun, akan dibahas beberapa yang sesuai dengan konteks sosial dan politik akhir-akhir ini secara singkat, padat, dan jelas. Dalam tulisan ini memang penulis berusaha memperkaya contoh-contoh yang ada, agar pembaca dapat mendapatkan gambaran yang jelas mengenai sosiologi digital.

1. E-Commerce di Era Kapitalisme Informasional

Menjamurnya E-commerce pada tahun 2018 dinilai dapat memberikan kemudahan bagi para konsumen untuk mencari dan membeli barang yang sedang diinginkan. Pada Hari Belanja Nasional tahun 2017 misalnya, terdapat nilai trasaksi sebanyak Rp. 4,7 triliun dan konsumen yang berkunjung bertambah sepuluh kali lipat. Fenomena E-commerce juga menuai empat dampak menurut Sugihartati. Pertama, meningkatnya perekonomian yang disebabkan oleh E-commerce ternyata menyebabkan sebagian besar toko seperti Matahari, 7-Eleven, Ramayana, dan sebagainya tutup. Kedua, peningkatan sistem belanja E-commerce menuntut tenaga kerja kreatif, berkualitas, dan berpengetahuan. Sehingga, menyebabkan para tenaga kerja yang memiliki latar pendidikan rendah sulit terserap. Ketiga, Masyarakat menjadi semakin konsumtif karena adanya teknologi seperti gadget yang memudahkan mereka untuk berbelanja secara online. Keempat, lahirnya ekonomi digital menciptakan kesenjangan bagi sebagian besar masyarakat yang masih 'gaptek' dalam menggunakan teknologi.

2. Hoax dan Penghinaan di Dunia Maya Menyasar Pejabat Negara

Hoaks atau berita bohong sering terjadi di masyarakat digital saat ini, berbagai peristiwa bohong yang menimpa Presiden Joko Widodo, tentang usulan tiga periode dan kasus dugaan penghinaan yang dilakukan Rocky Gerung terhadap Presiden Joko Widodo menuai berbagai kontrovesi. Peristiwa seperti itu sering terjadi pada masyarakat digital saat ini dan meningkat pesat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menangkal hoaks adalah dengan mengoptimalkan kinerja kepolisian, khususnya pada bidang cybercrime yang menangani kasus kejahatan di dunia maya. Selain itu, berupaya untuk membangun ketahanan sosial pada masyarakat melalui literasi kritis dan literasi media, agar tidak mudah termakan hoaks.

3. Media Sosial, Kampanye Hitam dan Literasi Masyarakat

Pada zaman ini penggunaan media sosial sebagai alat untuk kampanye menjadi jurus jitu dalam politik Indonesia. Masyarakat yang mendukung elit politik tertentu menggunakan teknologi informasi dan internet untuk memenangkan persaingan (Sugihartati, 2018). Selain itu, juga media sosial berfungsi untuk membunuh karakter sesama elit politik yang bertarung. Pembunuhan karakter yang dimaksud adalah seperti munculnya berita hoaks dan ujaran kebencian kepada salah satu elit politik. Peristiwa seperti itu disebut sebagai kampanye hitam, elit politik seperti presiden telah banyak mengalami hal yang tidak mengenakan tersebut. 

Jadi, dalam politik Indonesia dewasa ini penggunaan media sosial dimanfaatkan untuk melakukan kampanye hitam dan tidak terbatas pada komunikasi atau menyebarkan program yang diusung para kandidat elit politik. Masyarakat yang belum memiliki tingkat literasi memadai akan sangat mudah diperdaya, dibohongi, atau terhasut oleh berita hoaks. Akhirnya para politisi memanfaatkan kesempatan ini untuk menerapkan kampanye hitam untuk membunuh karakter lawan untuk meningkatkan prestasinya, dibandingkan harus beradu program atau gagasan.

DAFTAR PUSTAKA

Annur, C. M. (2023, Februari 07). Pertumbuhan Melambat, Jumlah Pengguna Media Sosial Global Capai 4,76 Miliar hingga awal 2023. Katadata Media Network, pp. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/07/pertumbuhan-melambat-jumlah-pengguna-media-sosial-global-capai-476-miliar-hingga-awal-2023.

Selwyn, N. (2019). What Is Digital Sociology. Cambridge: Polity Press.

Sugihartati, R. (2018). Masyarakat Digital, Gaya Hidup dan Subkultur. Surabaya: Suluh Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun