Merton adalah orang yang suka belajar dan memiliki banyak guru dari latar belakang yang berbeda-beda. Dua orang yang diketahui adalah pitirim sorokin yang memberikan edukasi tentang pemikiran eropa dan Handerson tentang metode penelitian. Dalam pembentukan teorinya, Merton lebih condong ke arah sosiologi ala Durkhemian yang dimulai dari pembagian kerja.Â
Oleh karena itu, Merton termasuk golongan yang menganut paham struktural fungsionalis. Struktural fungsionalis adalah cara pandang yang melihat bahwa masyarakat akan terintegrasi, apabila terdapat fungsi-fungsi yang berkaitan antara satu sama lain. Salah satu kekaguman Merton kepada Durkheim adalah kemampuan dalam meneliti hal-hal yang tidak berkaitan secara terus-menerus.Â
Seperti halnya ketika Durkheim menjelaskan tentang Bunuh diri, Agama, Moral, dan sosialisme. Teori dari Merton sendiri bernama Struktur Masyarakat. Teori tersebut sebenarnya adalah pengembangan lebih lanjut dari teori sistem yang pernah diciptakan oleh Talcot Parsons. Merton sangat tertarik untuk memahami struktur sosial, organisasi, dan karakter dalam masyarakat.Â
Dalam hal organisasi Merton membaginya dalam dua hal yaitu membership group dan reference group. Membership group adalah suatu organisasi atau kelompok yang sudah berdiri dan didalamnya terdapat sistem kepengurusan dan anggota. Sementara itu, Reference group adalah sebuah kelompok atau organisasi yang terbentuk karena terinspirasi oleh grup yang sudah terbentuk sebelumnya atau membership group.Â
Tidak hanya itu, Merton juga menjelaskan hal-hal yang menyebabkan anomie dalam struktur birokrasi atau lembaga. Merton memberi nama pada konsep tersebut yaitu Anomie. Anomie dapat terjadi apabila terdapat tekanan yang ditujukan kepada individu-individu tertentu dalam struktur sosial atau masyarakat.Â
Pada akhirnya, Anomie menyebabkan kelakuan yang konformis. Anomie sendiri adalah keadaan ketika tujuan kultural dan kelembangaan tidak dapat berjalan bersamaan dalam mencapai tujuanya. Merton juga melancarkan tiga postulat yang pertama adalah kesatuan fungsional, Fungsionalisme universal, dan indispensability.Â
Merton mengatakan bahwa kesatuan fungsional dalam masyarakat dapat memiliki batas jika semua bagian dari sistem sosial memiliki keselarasan dalam bekerja sama. Dalam Fungsionalisme universal merton menyatakan bahwa struktur sosial yang sudah baku memiliki dampak positif sesuai fungsinya.Â
Selain itu, merton juga menekankan indispesability dalam postulatnya yang mengatakan bahwa kebudayaan yang menyangkut ide, pola pemikiran, kepercayaan, dan objek material adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem dan kegiatan dalam sistem tersebut.
Terdapat konsep lain yang dijelaskan oleh Merton dan berkaitan dengan sistem itu sendiri yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang diinginkan oleh sistem tersebut. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak diinginkan. Titik fokus merton sangat berbeda dengan Parsons.Â
Parsons memiliki pandangan bahwa suatu sistem sosial bergantung pada tindakan seorang individu atau aktor. Sedangkan, Merton lebih terfokus pada konsekuensi objektif dari kemampuan sistem tersebut untuk dapat bertahan atau tidak, tanpa adanya kaitan dengan tujuan subyektif. Merton berusaha untuk mengkritisi kembali konsepnya tentang fungsi manifes dan laten.Â
Merton menambahkan bahwa dalam fungsi manifes terdapat konsekuensi objektif yang dapat disesuaikan dengan sistem tersebut. Dalam hal ini Merton menekankan bahwa individu harus mengetahui apa yang diinginkan oleh sistem tersebut.Â