Mohon tunggu...
Geosa Dianta
Geosa Dianta Mohon Tunggu... wiraswasta -

dreamer! hobi beli buku dan menulis tentang hal-hal sosial dan psikologi manusia . \r\nsila longok-longok blogku di bukulife.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aa' Gym is Back?

30 November 2011   04:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:01 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Surprice juga ketika suatu malam melihatAa’ tampil disalah satu stasiun tv swastamemberi tauziyah, mengingat lama berselang absen semenjak kasus poligami yang menjegal popularitasnyaberdakwah di televisi. Bahkan selepas Aa’ lengser, banyak ustad-ustad muda unjuk gigi dan menjadi fenomenal dan booming di layar kaca. Ada ustad kawin cerai, ustad nikah siri, ustad gaul, ustad yang hobi jadi bintang iklan dan yang terakhir tenar sebagai selebriti ustad.

Maraknya fenomena ustad selebritis ini sempat menjadi gunjingan, pujian plus cercaan dalam artian bahwa profesi ustad yang selayaknya ada adalam lingkungan religius, lurus , tiba-tiba menjadi sorotan publik dan seterkenal artis. Sebagian mengatakan wajar, ustad juga butuh popularitas untuk mendongkrak nilai jual da’wah yang mereka bawakan agarlebih mudah diterima masyarakat. tapi sebagian lain mengatakan para ustad ini sudah lebay, terlena, kehilangan ruh zuhud dengan lifestyle –nya yang fantastik,dibuat-buat, bahkan cerita kehidupan pribadinya laris manis bak kacang goreng di infotainment.

Saya sadar betul, ustad juga manusia danyang namanyamanusia itu cenderung khilaf dan berdosa. Namun tuntutan masyarakat terhadap para pemuka agama yang sebisanya‘bersih’ dari dosa dan berhati malaikat membuat sebagian kita mengkultuskan profil ustad harus tampil sempurnasekaligus menghakimimereka jika perilakunya ‘sedikit’ nyerempet , Bukan karena membenci, tapi justru karena sayang, toh masyarakat punya nilai sendiri , mereka justru was-was, jika pemuka agama‘sama rusaknya’ dengan masyarakatnya, lalu masyarakat akan berpegang pada apa dan mencari teladan dimana? kami gerah mempertanyakan siapakah yang para ustad wakili dalam bicara dan bertutur? Jika yang mereka nasihatkan tidak berpulang baik pada perilaku mereka sendiri? So, umat ini akan percaya pada siapa?

Sekali lagi, ustad juga manusia, saya sadar betul, mereka tetap wali, penyeru agama. Barangkali memang tak penting melihat siapa yang berbicara, kaya-miskin, alim-bejat, ustad-artis, yang penting adalah apa yang dikatakannya dan esensi dari yang dikatakannya, tak peduli mereka terkutuk, atau terberkati yang penting bahwa KEBENARAN telah tersampaikan. KEBENARAN itu mutlak, bahkan bisa terucap dari mulut orang munafik atau kafir sekalipun. Toh hidayah itu hak prerogatif-NYA. Perkaralayak tidak layak itu urusanTuhan dengan hambanya. Ambil sisi positifnya, untung masih ada para pemuka agama yang berda’wah, bersyi’ar agama, kalo tidak bumi sudah gonjang ganjing rusak tak berbentuk. Ambil bijak bestarinya, kita bisa lebih baik dari para ustad itu (hope).Dan semoga momentum kembalinya Aa’ Gym yang dulu sempat fenomenal itu tidak menjadikan masyarakat apatis danparanoid dengan sosok ‘siapa’nya dan yang dilakukannya, tapi lebihpada‘apa’ yang disampaikannya. Welcome back Aa’.

picsource:google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun