Era new media memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapat akses bebas akan informasi. Dimulai sejak 1980-an, new media kini menjadi sesuatu yang tidak asing lagi di telinga masyarakat.Â
Dengan konsep baru yang ditawarkan, yaitu konvergensi, informasi dan berita kini dapat dengan mudah dikonsumsi oleh khalayak kapanpun dan dimanapun.
New media menimbulkan banyak perubahan di banyak sektor, terlebih bersamaan dengan terjadinya globalisasi. Dunia menjadi seakan borderless, sehingga masyarakat bisa mencari informasi dan berita yang mereka butuhkan dari ribuan bahkan jutaan sumber di internet.
Selain itu, pembaca juga tidak lagi bersifat pasif. Informasi yang disampaikan kini bersifat interaktif sehingga pembaca bisa memberikan feedback terhadap berita yang mereka konsumsi.
Ancaman Hoax di Tengah Derasnya Arus Informasi
Biasanya, hoax disebarkan melalui website atau media sosial dengan judul clickbait agar menarik minat pembaca.
Konten hoax yang disebarkan tidak lain adalah untukk menimbulkan keresahan di masyarakat dengan menyebarkan berbagai prasangka negatif.
Berita bohong yang tersebar di Indonesia beragam jenisnya. Kabar palsu yang banyak tersebar melalui media sosial itu biasanya berbicara tentang kesehatan, politik, kriminal, sentimen terhadap agama atau kelompok tertentu, atau bahkan bencana alam. Menurut Menkominfo, hoax tersebut paling banyak disebarkan melalui media sosial Facebook (81,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%).Â
Salah satu contoh hoax yang pernah menggemparkan masyarakat adalah tentang tanda-tanda kebangktitan Partai Komunis Indonesia (PKI).Â
Pada April 2019, jumlah hoax yang tersebar bisa mencapai 486 hoax. Hal ini bertepatan dengan dilaksanakannya Pemilihan Umum Presiden dan Calon Legislatif di Indonesia.Â
Tidak bisa dipungkiri, pengguna internet Indonesia masih rentan tertipu hoax. Menurut data dari DailySocial.id, 44,19% masyarakat Indonesia rentan tertipu hoax. Hal ini lantaran disebabkan oleh kurangnya kemampuan masyarakat Indonesia dalam mendeteksi berita hoax.Â
Pentingnya Literasi Media
Mayoritas pengguna internet merupakan mereka yang berusia 15 hingga 19 tahun, atau termasuk ke dalam Generasi Z. Generasi Z adalah orang-orang yang lahir dalam rentang tahun 1995 hingga 2010.Â
Literasi media adalah kemampuan untuk menganalisis, mengolah, dan melakukan verifikasi terhadap informasi yang diterima dari media tertentu. Dalam hal ini, literasi media sangat penting untuk dimiliki oleh generasi Z sebagai mayoritas pengakses informasi.Â
Seiring dengan banyaknya gempuran informasi di era media baru, generasi Z dituntut untuk memiliki kemampuan literasi agar dapat menyaring informasi yang kredibel.
Â
Hasil 'Intipan' Saya pada Generasi Z
Untuk menjawab rasa penasaran saya, saya telah melakukan penelitian terhadap 15 anak dari Generasi Z. Saya mencoba melihat kemampuan mereka dalam mendeteksi dan melakukan filter terhadap berita yang mereka terima.
Kebanyakan hoax yang mereka temui memiliki judul yang provokatif dan cenderung clickbait. Hal ini senada dengan banyaknya broadcast message atau posting di Facebook atau WhatsApp yang banyak beredar. Pada tahun 2018, Kemenkominfo mencatat terdapat 733 konten hoax yang terdapat dalam WhatsApp.
Untuk menghindarkan diri dari berita hoax, 15 anak yang saya teliti mengaku sudah memiliki cara sendiri untuk itu. Umumnya, mereka akan mencari berita lain dengan topik serupa di internet. Beberapa di antara mereka juga mengaku melihat sumber penulisan berita.
 Apabila berita yang mereka baca memiliki judul aneh dan pemaparan fakta yang berbelit, mereka tidak akan mempercayai berita tersebut begitu saja.
Secara keseluruhan, generasi Z yang diwakilkan dengan 15 anak yang saya teliti sudah memiliki kemampuan literasi media yang cukup. Akan tetapi, masih banyak di antara mereka yang pernah tertipu berita hoax sehingga kemampuan literasi media perlu ditingkatkan.Â
Di tengah derasnya arus informasi yang rentan disusupi hoax, para pengakses internet, khususnya generasi Z seakan dituntut untuk menguasai literasi media. Untungnya, sebagian besar dari mereka sudah mengetahui cara melapor dan melakukan verifikasi terhadap berita mencurigakan yang mereka terima.Â
Kemampuan ini harus dipertahankan dan tentunya wajib dimiliki oleh mereka yang belum sepenuhnya memiliki kemampuan literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H