Mohon tunggu...
George ErnestChristian
George ErnestChristian Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Seorang anak yang gemar berbicara

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mampukah Pendidikan Pesantren Mengakomodir Perkembangan IPTEK?

22 November 2024   19:04 Diperbarui: 22 November 2024   19:19 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kegiatan Ekskursi Lintas Budaya di Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi (Sumber: dokumentasi pribadi)

Sebagai salah satu pusat pendidikan, pesantren memiliki peran penting bagi perkembangan anak Indonesia. Sistem pendidikan di pesantren mengedepankan pendidikan Islam sebagai cara santri (sebutan untuk mereka yang belajar di pesantren) dapat menjalankan ajaran Islam. 

Pesantren merupakan sebuah institusi pendidikan tradisional yang sudah ada di Indonesia sejak abad ke-14. Kemunculan pesantren di Indonesia pertama kali muncul pada masa Sunan Ampel (Raden Rahmat) bersamaan dengan periode pemerintahan Prabu Kertawijaya Majapahit. Sejarah panjang pesantren membuatnya selalu melakukan perubahan dari waktu ke waktu, untuk mengakomodir perkembangan jaman.

Pondok pesantren mempunyai empat ciri khusus yang menonjol. Mulai dari hanya memberikan pelajaran agama versi kitab-kitab Islam klasik berbahasa Arab, mempunyai teknik pengajaran yang unik yang biasa dikenal dengan metode sorogan dan bandongan/wetonan, mengedepankan hafalan, serta menggunakan sistem halaqah.

Hingga tahun 2024, jumlah pondok pesantren yang tersebar di Indonesia mencapai lebih dari 34.000 unit. Banyaknya jumlah pesantren tersebut dan juga pentingnya peran pesantren bagi negara ini membuat adanya undang-undang khusus yang mengatur tentang kegiatan pesantren. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren mengatur berbagai hal terkait dengan penyelenggaraan pesantren, termasuk pendidikan, fasilitas, dan pendanaan. 

Besarnya jumlah pesantren di Indonesia menjadi bukti pentingnya peran pesantren di Indonesia. Achmad Muchaddam Fahham menyatakan bahwa pesantren memiliki beberapa peran, di antaranya sebagai pusat transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional, menjaga keberlangsungan Islam tradisional, dan wadah pencerdasan kehidupan bangsa. Kurangnya jumlah sekolah nasional di Indonesia dapat terakomodir dengan hadirnya pesantren di segala penjuru Indonesia. 

Meski berada pada pola pendidikan Islam, pesantren juga tetap memedulikan pentingnya pembelajaran formal di sekolah. Bahwa pesantren juga mengharapkan agar santrinya dapat berkembang dan menjadi seseorang yang terkemuka di luar sana. Sebagai contoh dari keberhasilan pendidikan pesantren adalah presiden ke-4 Republik Indonesia, yakni Abdurrahman Wahid atau yang dikenal sebagai Gusdur. Meskipun tidak sepenuhnya menjalani pendidikan di dalam pesantren, namun ia pernah menjalani pendidikan di Pesantren Tambakberas dan Pesantren Tegalrejo.

Namun seiring dengan perkembangan zaman,  IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) telah berkembang dengan sangat cepat. Terciptanya teknologi yang semakin canggih telah mengubah perilaku masyarakat. Kemajuan teknologi telah mempengaruhi kehidupan ini dan tidak bisa dihindari, karena IPTEK memberikan banyak manfaat dan memudahkan kehidupan manusia. 

Terobosan yang saat ini terjadi, seperti artificial intelligence (AI), teknologi nuklir, sistem pembayaran digital, dan lainnya merupakan sebuah bukti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa ini. 

Untuk itu, guna mempersiapkan setiap anak di Indonesia dalam menghadapi perkembangan IPTEK, sekolah-sekolah di Indonesia sudah harus mulai menerapkan sebuah sistem yang dapat mengenalkan dampak positif dan dampak negatif perkembangan IPTEK ini. Perlu adanya materi pembelajaran yang sudah mengarah pada pemanfaatan teknologi, agar setiap anak nantinya dapat memanfaatkan teknologi yang ada. 

Perkembangan IPTEK yang sangat pesat itu dapat menjadi sumber pijakan bagi sistem pendidikan di Indonesia agar tidak tertinggal. Namun sayangnya, sistem pendidikan tradisional masih dianut oleh sebagian besar pesantren yang ada di Indonesia. Jumlah mata pelajaran yang berkaitan dengan kurikulum nasional tidak sebanding dengan jumlah waktu untuk mempelajari ilmu agama. Mata pelajaran seperti matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia masih dianaktirikan oleh pendidikan umum di pesantren.

Meskipun di beberapa pesantren sudah mulai membuka diri dan mengikuti sistem pembelajaran nasional, namun sebagian besar tidak dapat menjalankannya dengan baik. Kurangnya perhatian pada pentingnya penerapan mata pelajaran umum di sekolah akan membuat para santri yang sedang dalam tahap pembentukan diri secara kognitif, sulit untuk mengikuti perkembangan IPTEK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun