Mohon tunggu...
Sicillia Leiwakabessy
Sicillia Leiwakabessy Mohon Tunggu... lainnya -

perempuan biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Enam Orang Buta dan Seekor Gajah

7 November 2016   10:18 Diperbarui: 7 November 2016   10:45 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Enam orang buta menemukan seekor gajah. Karena mereka tidak bisa melihat, mereka tidak tahu bahwa itu gajah. Walaupun demikian, tiap orang ingin menunjukkan kehebatannya.

Orang pertama mendekati dan tangannya menyentuh kaki sang gajah. Ia pun melingkarkan tangannya di kaki tersebut dan berteriak, 'ah aku tahu! Ini batang pohon yang besar!'

Gajah mengibaskan ekornya dan mengenai orang kedua. Ia pun memegang ekor gajah. 'Mana mungkin ini batang pohon, ini hanyalah seutas tali'

Orang ketiga merapat dan ia berhasil meraba badan sang gajah. 'Tidak. Ini besar dan keras. Ini tembok, bukan batang pohon, bukan seutas tali'

Kali ini gajah mengibaskan kupingnya. Orang keempat merasakan anginnya. Ia pun meraih telinga gajah untuk memastikan, 'Kalian salah, ini kipas besar!'

Orang kelima dan keenam penasaran dan berupaya menggapai sang gajah. Orang kelima menyentuh belalai dan berteriak, 'Hati-hati, ini ular!', sedangkan orang keenam menyentuh gading dan berkata, 'Bukan, ini sebuah tombak!'

Satu benda yang sama tetapi ada yang mengatakan itu batang pohon, tali, tembok, kipas, ular dan tombak. Mereka mulai bertengkar dan menganggap selain dirinya tak ada yang benar.

Apakah yang disebutkan keenam orang ini salah? Tidak juga, karena yang mereka katakan adalah fakta tetapi dari sudut pandang berbeda. Tetapi apakah yang disebutkan benar? Tentu tidak karena tak ada yang berhasil mengatakan itu gajah 'kan?

Kegaduhan informasi, ucapan dan perdebatan di sana-sini kerap membingungkan, apalagi bila semua merasa paling benar.

Tapi dari cerita ini kita belajar dua hal, yaitu biasakan tidak cepat menyimpulkan saat kita belum memahami benda atau peristiwa yang ada di depan kita secara utuh. Tidak apa-apa kalaupun itu berarti harus menunggu.

Kendalikanlah diri karena pendapat kita tidak selalu benar dan pendapat orang lain tidak selalu salah, bertengkar tidak akan memberi jalan keluar. Bersabarlah, gajah di pelupuk mata memang tak selalu mudah dilihat walaupun kita tidak buta.

(Cerita rakyat dari dataran India. Ditulis ulang oleh George Sicillia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun