Mohon tunggu...
Geofakta Razali
Geofakta Razali Mohon Tunggu... Dosen - Nata Academy

Pemerhati Postmodernisme dan Komunikasi Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Komitmen untuk Bahagia dengan Komunikasi Diri

26 Juni 2022   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2022   08:44 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk menjadi bahagia kita tidak harus terlalu peduli dengan orang lain." Albert Camus

Kata-kata dari filsuf Prancis tersebut bukan sepenuhnya mengatakan kita mengabaikan orang lain. Namun, ada saatnya kita untuk berkomunikasi dengan diri sendiri sebagai proses psikologi komunikasi untuk mencapai self-happiness. Hari ini, mengapa kita tidak membuat komitmen pribadi untuk bahagia, terlepas dari apa yang diserahkan kehidupan kepada kita. 

Mari kita  mengakui bahwa ada terlalu banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah berhenti membiarkan segala hal yang merusak semangat kita. Akan ada saat ketika hal-hal yang kita jalani tidak berjalan seperti yang kita inginkan. 

Sahabat terbaik kita di tempat kerja mungkin berubah menjadi "hewan: perusahaan yang haus kekuasaan dan menusuk kita dari belakang dalam setiap kesempatan. Promosi yang kita usahakan dan kerjakan dengan sangat keras mungkin akan diberikan kepada orang lain. Pasangan kita mungkin memutuskan untuk meninggalkan kita, sementara atau selamanya sehari sebelum kita pergi berlibur bersama. 

Kita mungkin kehilangan sebagian besar tabungan karena beberapa rencana yang gagal. Ini adalah beberapa hal-hal yang dapat terjadi pada orang yang paling pengasih, penyayang, hati-hati, dan masuk akal seperti kita. Tetapi setelah rasa sakit dan shock, keputusan apakah kita akan merana dalam keputusasaan atau tidak, sepenuhnya terserah pada kita. 

Kita dapat membiarkan kemalangan membentuk sebagian besar hidup kita, atau kita dapat memilih untuk meninggalkan masa lalu, untuk tetap di masa lalu, menjadi pelajaran dan kenangan lalu melanjutkan hidup.

Kita paling memahami diri sendiri, dan terlepas dari seberapa wajar dan bertanggung jawab kita menjalani hidup, akan ada orang yang tidak akan melihat sudut pandang kita atau bahkan berbagi motivasi dengan kita. Orang memiliki hak untuk bertindak dengan cara apa pun yang mereka inginkan. 

Kita ataupun saya tidak berhak menilai apakah perilaku mereka dapat diterima atau tidak. Mereka harus memikul tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, begitu juga kita. 

Dengan selalu mengasihani diri sendiri, kita hanya melanjutkan pekerjaan untuk mereka yang telah memberikan pukulan kepada kita. Kita harus memutuskan bahwa, sejauh mungkin kita tidak akan membiarkan orang-orang ini mengganggu pikiran kita. Ada banyak hal yang bisa kita syukuri. 

Masih ada pengalaman yang belum dijelajahi di mana kita menemukan pengayaan dan makna pada setiap realita yang baru. Masih ada orang lain yang akan menyukai kita apa adanya, dan terlepas dari siapa kita dalam sebuah tatanan sosial. Jika kita menghabiskan waktu dengan kesal dan sengsara, kita menyangkal kepuasan diri sendiri dalam menikmati apa yang ditawarkan kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun