kisah ini dimulai ketika istriku mengeluh demam tinggi pada hari rabu tanggal 20 Januari 2021, akupun segera membawanya ke klinik terdekat.
awalnya aku pikir hanya demam biasa ,ga berapa lama indra penciuman istri pun hilang atau mengalami anosmia. istri demam beberapa hari tapi dia cepat pulih dan ini berbanding terbalik dengan diriku.
tidak berapa lama pada sabtu tanggal 23 januari 2021 ,aku merasakan sekujur badan menggigil dan indra penciuman saya mulai menghilang ..
awalnya kami berdua sempat isolasi mandiri di sebuah tempat yang jauh dari kontrakan tapi kondisi ku makin parah dimana sering diare dan muntah, kami pun kembali ke kontrakan dan selasa tanggal 26 januari 2021 dimalam hari badan ku panas tinggi.
lingkungan kontrakan yang was-was dan selalu bertanya ini itu makin membuat stress dan imun tubuhku bergejolak turun. atas saran beberapa teman dan keluarga ,kami berdua menuju puskesmas kelurahan pada rabu tanggal 27 Januari 2021, untuk meminta rujukan agar bisa melakukan swab pcr yang gratis dari pemerintah, dari puskesmas kelurahan  aku dan istri menuju puskesmas kecamatan makasar di daerah cililitan dan swab pcr di sana.
sebelumnya kami mengisi beberapa formulir dulu dan mengantri ,dan satu jam kemudian kami berdua dipanggil petugas dan menjalani swab pcr.. kedua lubang hidung saya dimasukan sebuah alat kemudian diputar sedikit ,rasanya ngilu .. pun istri saya juga di swab pcr.
kami pun kembali ke kontrakan sambil menunggu hasil swab, tapi karena gratis hasilnya lama sekali , pihak kantor dan keluarga dan lingkungan rt sudah tidak sabar untuk melihat hasilnya.
Detik-Detik Genting dalam hidup.
dengan keadaan fisik saya yang makin memburuk dimana saturasi oksigen dalam tubuh saya terus turun hingga ke titik dibawah 90 Â dimana normalnya adalah 95 keatas membuat saya mulai kesulitan untuk bernafas dan batuk-batuk.
minggu 31 januari 2021 ,saya dilarikan ke IGD UKI , ruang IGD memang kelihatan sepi dari luar tapi begitu masuk semua serba sibuk dan begitu cekatan menangani pasien,sayapun menyampaikan semua keluhan saya dari mulai demam ,mual ,diare dan muntah serta kehilangan indra penciuman.
begitu masuk aku langsung menjalani ronsen paru-paru karena saya ada sesak, kemudian pasang infus ,tes darah dan rekam jantung
dan karena aku sesak ,suster memasangkan oksigen di hidungku.
jam 11 malam tanggal 31 januari 2021 ,akhirnya aku mendapatkan kamar dibangsal dahlia untuk menjalani isolasi mandiri tanpa ada satu keluarga pun di perbolehkan untuk menemani.
begitu masuk kamar isolasi aku seperti dicekam rasa sepi dan dingin , aku coba memejamkan mata tapi tak bisa tidur karena batuk dan sesak nafas yang begitu hebat, sementara di tenggorokan seperti ada yang mengganjal namun tak bisa di keluarkan. seperti batuk kering yang menyakitkan. teman menyarankan untuk berlatih pernafasan win hof dan besok paginya aku mulai melakukannya
yang paling berat adalah jika berbaring pasti sangat sulit bernafas dan batuk jadi sama sekali tidak bisa tidur, padahal sebenarnya sudah sangat letih akhirnya terpaksa memejamkan mata sambil posisi duduk.
esok paginya aku paksakan untuk berbaring walau batuk dan sesak agar yang mengganjal ditenggorokan bisa keluar, akhirnya lama kelamaan batuk berkurang dan aku bisa bernafas dengan baik sambil tetap pasang oksigen dihidung.
selera makanku benar-benar hilang ,suster memberikan aku obat maag cair yang warnanya pink dan perlahan aku mulai menikmati makanan rumah sakit.
istriku dirawat wisma atlet
hasil swab pcr dari puskesmas kecamatan makasar akhirnya turun juga pada tanggal 1 februari 2021 dan dari hasil test istri positif covid , dan agar bisa segera dibawa ke wisma atlit pihak rt mengajukan surat rujukan ke puskesmas kelurahan atas nama istri saya berdasarkan hasil swab pcr yang positif.
awalnya istri ku takut karena akan di isolasi sendirian di wisma atlit tapi aku mencoba memberikan semangat kalo disana tempatnya "enak" dan banyak teman seperjuangan covid.
akhirnya setelah menyiapkan baju dan beberapa hal penting ,istri di jemput ambulance dari kontrakan di bawah menuju ke wisma atlit.
tanggal 10 feb 2021 aku baru  menjalani swab pcr ke 3 kalinya jika hasilnya negatif aku bisa pulang ,oh ya hari ini adalah hari ke 10 diruang isolasi rumah sakit dan ku jalani dengan rutinitas yang begitu tepat jam-jam nya.
walaupun diisolasi tapi suster slalu memantau kesehatan para pasien dijam-jam tertentu.
pukul 05:55 pagi pasti sudah datang suster untuk mengecek suhu ,saturasi oksigen dan mengganti cairan infus dan obat serta memberikan beberapa vitamin.
aku juga mendapatkan obat maag yang menurutku cocok, obat maag-nya itu berbentuk cair berwarna pink rasanya juga enak dan aku bisa makan pagi dengan lahap tanpa keluhan mual lagi dan nafsu makan juga naik dan makan pagi biasanya datang jam 07:00 kemudian ada snack juga di pukul 10 pagi dan makan siang pukul 12 siang serta makan malam pukul 19:00.menu makanan diawasi dengan diet yang begitu ketat oleh dokter.
aku pun sudah 10 hari tidak melihat dunia luar dan matahari ,oh alangkah mahalnya sehat itu.
Pukul 16:32 sore, tanggal 10 feb 2021 , suster kembali memanggilku untuk menjalani CT scan paru yang kedua.
aku dinaikan ke kursi roda menuju tempat rontgen
Sore tanggal 11 Februari 2021 Â saya sudah di perbolehkan pulang oleh dokter karena berdasarkan hasil pemeriksaan paru dan ct value sudah bagus yaitu diatas 35 , yang artinya tidak menularkan ke orang dan tanggal 13 februari 2021Â Istri akhirnya juga di perbolehkan pulang dari wisma atlit ,dan kami berdua masih harus melakukan isolasi mandiri 14 hari di rumah.
Jika terkena Covid ini yang harus dilakukan
Covid itu bukan aib jadi jangan dijauhi ,tetap patuhi protokol kesehatan "rangkul dan support" agar bisa sembuh juga ,karena posisi terberat adalah dikucilkan oleh orang dan ini berdampak pada psikologis dan efek penyembuhannya akan lebih lama.
Gejala utama yang saya rasakan adalah demam, mual, diare dan hilangnya indra penciuman ..
jika sudah begitu segera hubungi lingkungan rt /rw setempat dan lakukan swab test di puskesmas dan jika positif akan dirujuk kerumah sakit.
dalam kondisi luar biasa bisa langsung ke IGD rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama, karena jika sesak dan tidak tertangani akan sangat berbahaya.
Artikel ini sudah pernah tayang di fb pribadi saya serta beberapa media online dengan beberapa editingÂ
Geovani Mardianto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H