Pada bulan Mei 2019 ini, Indonesia mendapat kehormatan menjadi Ketua Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB). Hal ini merupakan bagian dari kiprah Indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap DK PBB untuk masa jabatan 2019-2020 setelah terpilih pada pertemuan Majelis Umum PBB tanggal 8 Juni 2018 lalu.
Presidensi Indonesia di DK PBB pada bulan Mei 2019 dipersiapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya sekadar menduduki posisi tersebut, Indonesia tampil luar biasa dengan berbagai program dalam tema "Menabur Benih Perdamaian" yang mengundang apresiasi dari banyak pihak.
Selain itu, juga sudah dilaksanakan 2 sidang terbuka tentang Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB dan Perlindungan Warga Sipil; 15 briefing terbuka; 14 konsultasi tertutup; dan 3 pertemuan dengan format Arria. Total 45 kegiatan dalam kurun waktu 22 hari kerja PBB telah dirampungkan.
Selain agenda-agenda yang erat kaitannya dengan politik dan keamanan tersebut, presidensi Indonesia di DK PBB juga dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia. Diplomasi budaya ini nampaknya tak kalah menyita perhatian publik.
Diawali dengan pemakaian busana batik oleh delegasi Indonesia dan sejumlah delegasi dari negara-negara lain pada berbagai sidang DK PBB di bulan Mei ini, diplomasi budaya Indonesia berlanjut dengan penampilan Tari Saman pada resepsi yang digelar di penghujung masa presidensi DK PBB oleh Indonesia yaitu tanggal 30 Mei 2019.
Para penari tersebut dihadirkan langsung dari tanah asal Tari Saman yaitu Gayo Lues, Provinsi Aceh. Mereka tergabung dalam Sanggar Saman Kecapi Leuser dan sebelumnya sudah beberapa kali tampil dalam misi diplomasi budaya Indonesia di luar negeri seperti Festival Europalia 2017 di Belgia dan Festival Janadriyah 2019 di Arab Saudi.
Momen ditampilkannya Tari Saman untuk pertama kalinya di Markas Pusat PBB ini memiliki arti khusus bagi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gayo Lues, Syafruddin yang turut menyertai keberangkatan para seniman.Â
"Tari Saman adalah simbol kebersamaan, meski berdinamika tinggi. Kita harus menjaga harmoni di bumi," ujar Syafruddin. Kalimat itu merujuk pada harapan masyarakat dunia agar PBB khususnya Dewan Keamanan dapat terus mendorong dan membina terciptanya perdamaian yang penuh harmoni di berbagai penjuru dunia.