Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membentuk Karakter Bangsa Melalui Peta Dunia

12 November 2018   19:57 Diperbarui: 13 November 2018   06:30 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta yang digunakan oleh sekolah di Jepang. Foto: Reuters

Indonesia adalah negara yang terletak di posisi strategis yaitu di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Pasifik dan Hindia).

Indonesia juga berada di tengah persimpangan jalur pelayaran dan penerbangan yang tergolong salah satu yang tersibuk di dunia. Demikianlah narasi yang umum disampaikan oleh para guru ketika mengajarkan tentang posisi Indonesia di peta dunia.

Namun sudahkah posisi strategis itu tercermin pada atlas dan peta dunia di sekolah anak-anak kita? Belum sepenuhnya.

Peta dunia yang digunakan di Indonesia, baik dalam proses belajar mengajar secara resmi di sekolah, secara informal di komunitas belajar maupun oleh keluarga di rumah masih belum seragam.

Peta Dunia yang ada di buku berbahasa Inggris. Foto: mapsoftheworld
Peta Dunia yang ada di buku berbahasa Inggris. Foto: mapsoftheworld
Ada dua versi peta dunia yang dijual di toko-toko di Indonesia dan digunakan oleh masyarakat luas. Perbedaannya adalah pada tata letak benua.

Pertama, adalah yang menempatkan benua Asia di bagian tengah peta dengan benua Eropa dan Afrika di sisi barat sedangkan benua Amerika di sisi timur.

Kedua, adalah yang menempatkan benua Eropa di bagian tengah peta dan dikelilingi oleh benua Afrika dan Asia di sisi selatan dan timurnya lalu benua Amerika di sisi Barat. Peta dengan komposisi ini yang paling banyak muncul di buku-buku, jurnal dan media massa.

Lalu peta yang mana yang seharusnya dipakai di Indonesia? Sudah tentu adalah peta yang menempatkan benua Asia dengan Indonesia sebagai salah satu bagiannya di tengah peta. Hal itu sesuai dengan narasi pembelajaran bahwa Indonesia secara strategis berada di tengah persimpangan dunia.

Peta Dunia yang menempatkan Indonesia di bagian tengah. Foto: detik.com
Peta Dunia yang menempatkan Indonesia di bagian tengah. Foto: detik.com
Sayangnya masih banyak peta dunia yang dipakai di Indonesia dengan posisi Indonesia ada di bagian pinggir pojok timur dan bukan di tengah.

Hal ini mungkin disebabkan karena dulunya peta dunia dikenalkan ke Indonesia oleh orang-orang Eropa khususnya para pengajar dan ilmuwan dari Belanda. Mereka tentu memakai model peta dunia yang Eropa-sentris.

Konon itu juga lah yang menjadi latar belakang orang Indonesia menyebut hal-hal terkait Eropa dan Amerika sebagai 'Barat' seperti misalnya budaya Barat, bangsa Barat, dan lain-lain. Padahal, sebenarnya Amerika itu juga bisa dibilang terletak di sebelah timur Indonesia, dipisahkan oleh Samudera Pasifik yang sangat luas.

Sesungguhnya seberapa besar pengaruhnya bila memakai peta yang Asia-sentris dengan Indonesia di bagian tengah, dibandingkan dengan yang Eropa-sentris?.

Penggunaan peta yang tepat dalam proses pembelajaran itu sangat penting. Yang dimaksud sebagai tepat dalam hal ini bukan hanya bahwa informasi pada peta itu bersifat benar sesuai fakta lapangan, namun juga bahwa peta memang sesuai dengan maksud dan konteks dari pembelajaran itu.

Anak-anak perlu sejak dini dikenalkan pada peta dunia. Foto: BBC
Anak-anak perlu sejak dini dikenalkan pada peta dunia. Foto: BBC
Oleh karena itu, penggunaan peta dalam pembelajaran bukan hanya sekedar untuk menambah pengetahuan tapi juga untuk menanamkan sesuatu yang akan terus mereka ingat di masa depan. Gambar yang mereka lihat dengan didampingi oleh narasi yang mereka dengar akan terinternalisasi dalam otak mereka masing-masing.

Penyampaian informasi pada anak-anak di usia SD itu memang banyak menggunakan medium visual. Dibandingkan tulisan, gambar seperti misalnya peta akan lebih lama melekat di pikiran anak-anak. Hal ini sudah banyak diteliti oleh para ilmuwan dan pemerhati pendidikan.

Ketika guru mengajak muridnya mempelajari peta dunia, maka yang disampaikan bukan hanya informasi dasar seperti letak Indonesia di benua Asia, ada lima benua di dunia, dan semacamnya. Siswa-siswi sekolah juga secara langsung atau tidak langsung dikenalkan dengan posisi Indonesia di antara negara-negara lain.

Disinilah narasi Indonesia sebagai negara strategis dan punya peranan penting dalam percaturan global akan lebih mudah dicerna jika menggunakan peta yang Asia-sentris.

Anak-anak akan melihat bahwa Indonesia berada di tengah dunia dan memiliki pengaruh penting bagi negara-negara lain. Persepsi pada peta itu akan menjadi pintu masuk bagi penjelasan-penjelasan tentang geopolitik, sosial budaya, ekonomi dan lain sebagainya yang akan diterima seiring peningkatan jenjang kelas mereka.

Peta dengan Indonesia di bagian pinggir masih banyak dipakai di Indonesia. Foto: Kaskus.
Peta dengan Indonesia di bagian pinggir masih banyak dipakai di Indonesia. Foto: Kaskus.
Lalu apa hubungannya dengan karakter bangsa?

Banyak orang menilai bahwa salah satu karakter bangsa Indonesia yang harus dibenahi adalah inferioritas pada bangsa lain dan kurangnya kepercayaan diri. Ketika dihadapkan pada keunggulan yang sudah dicapai oleh bangsa lain, sebagian orang Indonesia masih merasa minder padahal kualitas bangsa kita sejatinya tidak kalah dan kita juga akan unggul bila bekerja keras.

Membentuk karakter bangsa yang percaya diri bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menanamkan pemahaman pada anak-anak sejak usia dini bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan punya peranan penting di dunia. Orang tua dan guru mengajarkan rasa bangga pada Indonesia yang sejajar dengan negara-negara lainnya.

Penggunaan peta yang secara seragam meletakkan geografis negaranya di bagian tengah bukanlah hal yang baru. Jepang dan Tiongkok menyeragamkan peta dunia yang dipakai masyarakat mereka dalam pengajaran di sekolah maupun yang secara informal digunakan untuk media pembelajaran anak-anak.

Peta yang digunakan oleh sekolah di Jepang. Foto: Reuters
Peta yang digunakan oleh sekolah di Jepang. Foto: Reuters
Posisi Jepang dan Tiongkok di tengah peta dunia memberikan persepsi kepada para siswa di negara masing-masing bahwa mereka berada di titik sentral dunia sehingga berperan besar dalam konstelasi global karena menjembatani dari Timur ke Barat dan sebaliknya. Itu juga menjadi titik mula internalisasi nilai kebanggaan dan cinta tanah air.

Oleh karena itu, kita perlu mengecek atlas yang digunakan oleh anak-anak kita dan peta dunia yang dipakai di kelas geografi atau dipasang di rumah/sekolah.

Mulai dari kita sendiri, kita pastikan anak-anak kita belajar dengan peta yang menunjukkan Indonesia ada di bagian tengah dunia agar mereka tahu betapa strategisnya negara kita ini. Bermula dari hal kecil seperti peta dunia, kita bisa membantu membentuk karakter generasi masa depan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun