Tak terasa sudah tinggal hitungan hari lagi menuju dimulainya perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Ajang olahraga multicabang terakbar di Asia ini akan berlangsung mulai tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018. Total terdapat 40 cabang olahraga yang dipertandingkan, mulai dari yang paling populer di Tanah Air seperti sepak bola dan bulu tangkis hingga kabaddi dan squash yang cukup asing bagi masyarakat kita.
Segala persiapan telah dilakukan dan kini memasuki tahap akhir. Renovasi berbagai stadion dan fasilitas pertandingan hampir tuntas dikerjakan di Jakarta dan Palembang. Perkampungan atlet telah berdiri megah di daerah Kemayoran, Jakarta. Skenario pengaturan lalu lintas untuk mengurai masalah kemacetan di Jakarta pun mulai diuji coba.
Bersamaan dengan selesainya pekerjaan infrastruktur dan gegap gempitanya promosi Asian Games 2018 di seluruh ruang publik, ada sesuatu yang tak boleh ketinggalan untuk disiapkan. Hal ini mungkin kesannya sepele namun justru menjadi faktor yang penting bagi kesuksesan penyelenggaraan, yaitu sikap dan perilaku masyarakat Indonesia khususnya mereka yang akan menyaksikan langsung pertandingan-pertandingan Asian Games 2018.
Asian Games adalah ajang olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade bila diukur dari jumlah negara peserta dan jumlah atlet yang berpartisipasi. Di samping itu, masyarakat di Indonesia dan Brazil memiliki banyak kesamaan sebagai sesama penduduk negara berkembang dan tinggal di wilayah khatulistiwa. Maka sepertinya orang Indonesia tidak akan sulit untuk meneladani orang Brazil saat Rio de Janeiro 2016 lalu.
Berikut ini lima hal yang bisa menginspirasi masyarakat Indonesia agar menjadi tuan rumah yang baik di Jakarta-Palembang 2018 nanti:
Pertama, antusiasme tinggi untuk menyaksikan pertandingan secara langsung di arena olahraga.
Masyarakat Brazil dikenal sangat menyukai pesta dan mencintai olahraga. Hal ini terbukti dari tingginya jumlah penonton yang hadir di arena olahraga untuk menyaksikan laga para atlet secara langsung. Tidak hanya di cabang olahraga favorit mereka seperti sepak bola, bola voli, atau atletik saja, namun warga lokal juga memenuhi arena pertandingan di cabang-cabang lain yang secara kultur maupun historis tidak terlalu dekat dengan mereka seperti tenis meja, taekwondo, anggar, berkuda, dll.
Kehebohan tersebut sangat diapresiasi oleh para atlet karena penuhnya arena oleh penonton pasti akan memberi atmosfer pertandingan yang luar biasa bagi mereka. Atlet tuan rumah tentu bangga dan bersemangat bila memperoleh dukungan dari publiknya. Sementara itu, atlet dari negara lain juga akan merasa kecewa bila tampil di stadion yang suasananya sepi karena hanya sedikit bangku penonton yang terisi.
Ada beberapa orang yang berargumen bahwa lebih nyaman nonton pertandingan melalui layar televisi di rumah masing-masing sambil duduk santai di sofa. Itu mungkin ada benarnya bagi mereka yang berdomisili di luar Jakarta dan Palembang. Tapi bagi kalian yang mampu datang langsung ke stadion, jangan ragu-ragu!Â
Sensasi nonton dari rumah dengan di stadion langsung sangat berbeda. Perlu diingat bahwa ini bisa jadi kesempatan sekali seumur hidup untuk melihat langsung persaingan sengit para juara Asia dengan mata kepala kita sendiri. Belum tentu dalam kurun waktu 30 tahun ke depan Indonesia jadi tuan rumah Asian Games lagi.
Kedua, menjunjung tinggi sportivitas dalam mendukung para atlet.
Suatu hal yang wajar apabila penonton menggebu-gebu mendukung atlet yang bertanding dengan membawa nama negara mereka. Yel-yel, tepuk tangan meriah dan kibaran bendera nasional akan menjadi tambahan semangat bagi para atlet. Namun pertandingan di ajang sekelas Olimpiade dan Asian Games tidak hanya sekedar menang atau kalah.
Ada semangat sportivitas yang harus dijunjung di dalam olahraga. Hal ini nampaknya sangat disadari oleh masyarakat Brazil. Ketika atlet negara mereka kalah dari atlet negara lain dan terpaksa harus mengubur impiannya merebut medali olimpiade, para penonton tidak lantas menyalurkan kekecewaan mereka dengan hal yang anarkis. Tidak ada kerusuhan parah antar suporter yang terjadi selama Olimpiade 2016.
Ketika tim sepak bola wanita Brazil yang digadang-gadang bisa merebut medali emas harus takluk dari tim Swedia secara dramatis melalui adu penalti di babak semifinal, pendukung tim Brazil tidak berbuat onar dan justru tetap bernyanyi menghibur atlet-atlet Brazil yang tertunduk lesu. Para penonton berkostum kuning-hijau khas bendera Brazil juga tak segan memberikan standing applause untuk penampilan mengagumkan yang ditunjukkan oleh Rafael Nadal dari Spanyol walaupun ia telah mengalahkan petenis idola tuan rumah yaitu Thomaz Bellucci di perempatfinal.
Meskipun dilanda kekecewaan saat sang jagoan tersingkir dari turnamen, suporter Indonesia harus menjaga emosi untuk tidak melakukan provokasi atau tersulut oleh aksi selebrasi dari suporter negara lain. Tidak boleh juga melampiaskan rasa sakit hati dengan merusak sarana prasarana di arena pertandingan. Ingat, menjadi tuan rumah yang berperilaku baik akan menunjukkan keluhuran peradaban masyarakat suatu negara.
Ketiga, menjadi penonton yang tertib dan disiplin.
Masyarakat negara berkembang sering mendapat stigma buruk atas perilaku tidak tertib dan kurang disiplin. Pada Olimpiade 2016, masyarakat Brazil sudah berusaha keras membuktikan bahwa stigma tersebut salah. Mereka bahkan sukses membuat banyak orang tak percaya bahwa ini terjadi di Brazil.
Kelancaran penyelenggaraan pertandingan salah satunya didukung oleh ketertiban dan kedisiplinan masyarakat Brazil seperti misalnya antri dengan rapi ketika membeli tiket dan bergiliran memasuki arena pertandingan serta tidak mengotori tribun atau taman dengan sampah sisa dari makanan dan minuman. Penonton juga patuh pada aturan untuk berdiri dan tidak bersuara ketika lagu kebangsaan peraih medali emas sedang dikumandangkan, sekalipun itu terjadi setelah sang juara mengalahkan atlet Brazil di final.
Keempat, memakai atribut unik untuk memperkenalkan budaya negara tuan rumah.
Brazil membanggakan dirinya sebagai negara dengan kebudayaan yang menarik. Salah satu ikon budaya Brazil yang paling terkenal adalah Carnaval do Brasil yang menampilkan kostum-kostum eksotis dari bulu-bulu berwarna-warni mencolok dan perhiasan mengkilap.Â
Terinspirasi oleh hal tersebut dan juga untuk semakin menambah meriah pesta olahraga Olimpiade, banyak penonton Brazil yang secara khusus mengenakan kostum ala karnaval ketika mendukung atlet jagoannya bertanding di stadion. Keunikan kostum tersebut menarik perhatian para penonton dari negara lain dan semakin memperkenalkan keindahan budaya yang dimiliki oleh Brazil.
Tidak ada salahnya bila para suporter Indonesia di Asian Games 2018 nanti mencoba menggunakan beberapa kostum tersebut atau menciptakan kreasi kostum baru yang bersumber dari unsur-unsur kebudayaan nusantara. Warna-warna kostum di tribun penonton berdampingan dengan warna Merah-Putih kebanggaan Indonesia niscaya akan membuat perhelatan empat tahunan ini kian semarak dan "sangat Indonesia."
Kelima, ajak anak-anak ke stadion untuk mengenal olahraga.
Olimpiade 2016 digaungkan sebagai pesta olahraga untuk semua orang, tak terkecuali bagi anak-anak. Di arena pertandingan Olimpiade 2016, terlihat banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk ikut menyaksikan laga antar para atlet dunia secara langsung. Hal ini tentu sangat bagus karena mereka dapat diperkenalkan dengan olahraga sejak kecil.
Bukan tidak mungkin bila beberapa dari mereka akan terinspirasi dengan aksi mengagumkan perenang handal seperti Michael Phelps dan kemudian bersungguh-sungguh berlatih untuk menjadi atlet berprestasi. Di samping itu, dengan diajak mendukung para atlet berlaga membawa nama bangsa, secara tidak langsung juga akan mengajarkan kepada mereka tentang nasionalisme dan cinta tanah air.
Demikianlah lima teladan dari Rio de Janeiro 2016. Jika masyarakat Brazil mampu, maka tidak ada alasan bagi masyarakat Indonesia untuk tidak melakukan hal serupa, bukan? Yuk sambut Asian Games 2018 dengan menjadi tuan rumah yang baik dan membanggakan bagi Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H