Sensasi nonton dari rumah dengan di stadion langsung sangat berbeda. Perlu diingat bahwa ini bisa jadi kesempatan sekali seumur hidup untuk melihat langsung persaingan sengit para juara Asia dengan mata kepala kita sendiri. Belum tentu dalam kurun waktu 30 tahun ke depan Indonesia jadi tuan rumah Asian Games lagi.
Kedua, menjunjung tinggi sportivitas dalam mendukung para atlet.
Suatu hal yang wajar apabila penonton menggebu-gebu mendukung atlet yang bertanding dengan membawa nama negara mereka. Yel-yel, tepuk tangan meriah dan kibaran bendera nasional akan menjadi tambahan semangat bagi para atlet. Namun pertandingan di ajang sekelas Olimpiade dan Asian Games tidak hanya sekedar menang atau kalah.
Ada semangat sportivitas yang harus dijunjung di dalam olahraga. Hal ini nampaknya sangat disadari oleh masyarakat Brazil. Ketika atlet negara mereka kalah dari atlet negara lain dan terpaksa harus mengubur impiannya merebut medali olimpiade, para penonton tidak lantas menyalurkan kekecewaan mereka dengan hal yang anarkis. Tidak ada kerusuhan parah antar suporter yang terjadi selama Olimpiade 2016.
Ketika tim sepak bola wanita Brazil yang digadang-gadang bisa merebut medali emas harus takluk dari tim Swedia secara dramatis melalui adu penalti di babak semifinal, pendukung tim Brazil tidak berbuat onar dan justru tetap bernyanyi menghibur atlet-atlet Brazil yang tertunduk lesu. Para penonton berkostum kuning-hijau khas bendera Brazil juga tak segan memberikan standing applause untuk penampilan mengagumkan yang ditunjukkan oleh Rafael Nadal dari Spanyol walaupun ia telah mengalahkan petenis idola tuan rumah yaitu Thomaz Bellucci di perempatfinal.
Meskipun dilanda kekecewaan saat sang jagoan tersingkir dari turnamen, suporter Indonesia harus menjaga emosi untuk tidak melakukan provokasi atau tersulut oleh aksi selebrasi dari suporter negara lain. Tidak boleh juga melampiaskan rasa sakit hati dengan merusak sarana prasarana di arena pertandingan. Ingat, menjadi tuan rumah yang berperilaku baik akan menunjukkan keluhuran peradaban masyarakat suatu negara.
Ketiga, menjadi penonton yang tertib dan disiplin.
Masyarakat negara berkembang sering mendapat stigma buruk atas perilaku tidak tertib dan kurang disiplin. Pada Olimpiade 2016, masyarakat Brazil sudah berusaha keras membuktikan bahwa stigma tersebut salah. Mereka bahkan sukses membuat banyak orang tak percaya bahwa ini terjadi di Brazil.
Kelancaran penyelenggaraan pertandingan salah satunya didukung oleh ketertiban dan kedisiplinan masyarakat Brazil seperti misalnya antri dengan rapi ketika membeli tiket dan bergiliran memasuki arena pertandingan serta tidak mengotori tribun atau taman dengan sampah sisa dari makanan dan minuman. Penonton juga patuh pada aturan untuk berdiri dan tidak bersuara ketika lagu kebangsaan peraih medali emas sedang dikumandangkan, sekalipun itu terjadi setelah sang juara mengalahkan atlet Brazil di final.