Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bedug di Indonesia, Sebuah Syiar Agama dan Diplomasi Budaya

13 Juni 2018   13:17 Diperbarui: 7 Juni 2019   11:57 2910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kini bedug lebih sering dipakai saat acara-acara khusus seperti hari raya. Sumber foto: Tribunnews.

Kendati begitu, bedug tidak sepenuhnya ditinggalkan di Indonesia. Suara bedug yang bertalu-talu sebelum kumandang azan masih terdengar dari masjid dan surau di kota-kota kecil atau pedesaan. Selain itu, tren penggunaan kembali bedug pun akhirnya muncul pasca Orde Baru. Menurut beberapa sumber, masyarakat Indonesia belakangan ini berusaha mencari identitas Islam yang bercirikan budaya lokal. Bedug adalah salah satu di antaranya.

Oleh karena itu, kita masih dapat melihat bedug di masjid-masjid di Indonesia. Walaupun tidak lagi ditabuh sebanyak lima kali sehari sesuai waktu salat, namun bedug-bedug tersebut masih dipertahankan oleh para pengurus masjid. Bedug yang ada di masjid-masjid di kota besar biasanya dipukul saat acara-acara tertentu seperti hari raya Idulfitri dan Iduladha, peringatan hari besar Islam, dan lain-lain. Berkembang juga aneka festival dan lomba tabuh bedug antar masjid.

Kini bedug lebih sering dipakai saat acara-acara khusus seperti hari raya. Sumber foto: Tribunnews.
Kini bedug lebih sering dipakai saat acara-acara khusus seperti hari raya. Sumber foto: Tribunnews.
Bedug saat ini bahkan menjadi bagian dari diplomasi budaya Indonesia. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa bedug telah menjadi ikon budaya terkait Islam yang khas Indonesia. Posisinya mungkin bisa disetarakan dengan peci hitam dan sarung. Terlebih lagi, ada makna filosofis yang terkandung dalam penggunaan bedug, yaitu tentang kebersamaan umat dan kebahagiaan menyambut suka cita.

Ikon yang mudah dikenal dan makna filosofis yang dalam adalah dua hal yang sangat mendukung upaya diplomasi budaya yang bermuara pada pembentukan citra positif. Hal itulah yang kemudian mendorong pemerintah Indonesia bersama dengan para pengelola masjid Istiqlal memasukkan bedug sebagai salah satu agenda saat tamu-tamu negara berkunjung ke masjid Istiqlal. Apalagi bedug di Masjid Istiqlal merupakan salah satu yang berukuran terbesar di Indonesia dan kondisinya sangat terawat baik.

Sebagaimana diketahui, banyak tamu negara yaitu kepala pemerintahan atau menteri-menteri dari negara lain yang berkunjung ke Indonesia selalu menyempatkan diri singgah di Masjid Istiqlal. Hal itu tak lain karena status Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara dan kaitan eratnya dengan Indonesia sebagai negara berpopulasi Muslim terbesar di dunia. Kunjungan ke Masjid Istiqlal adalah bagian dari gestur mereka untuk menyapa dunia Islam di Indonesia.

Sejumlah tokoh dunia seperti Mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, Ketua Majelis Permusyawaratan Politik (MPR) China, Yu Zhengsheng, Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, dan yang terbaru Perdana Menteri India Narendra Modi berkesempatan memukul bedug di Masjid Istiqlal. Sebelum bedug ditabuh, imam besar Masjid Istiqlal yang mendampingi kunjungan para tamu tersebut akan menjelaskan tentang sejarah singkat bedug dan cara penggunaannya yang benar.

Perdana Menteri India Narendra Modi memukul bedug di Istiqlal. Foto: Bisnis.com.
Perdana Menteri India Narendra Modi memukul bedug di Istiqlal. Foto: Bisnis.com.
Agenda memukul bedug oleh para tamu negara ini kemudian diangkat sebagai narasi yang sejalan dengan kepentingan diplomasi Indonesia. Citra sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang di saat bersamaan juga merupakan negara multikultur yang demokratis adalah sesuatu yang menjadi kelebihan Indonesia dibandingkan negara-negara lain. Maka citra ini selalu ingin disampaikan oleh Indonesia kepada dunia internasional, salah satunya dengan medium kebudayaan.

Bedug sudah menjadi bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia. Meskipun eksistensinya tidak selalu berjalan mulus, namun bedug telah diwariskan secara turun-temurun di berbagai tempat di Indonesia. Penggunaannya mungkin banyak berubah seiring perkembangan zaman, namun peranannya sebagai pendukung syiar Islam dan bahkan medium diplomasi budaya membuktikan bahwa bedug akan selalu menjadi bagian tak terpisakan dari peradaban bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun