Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Yuk, Jangan Cuma Asal Pakai Batik!

21 Mei 2017   16:36 Diperbarui: 24 Mei 2017   20:57 2847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para ekspatriat di Jakarta berbatik saat di kantor. (sumber foto: Sewu Batik)

Kain batik adalah elemen budaya yang telah menjadi identitas bagi bangsa Indonesia. Bisa dibilang semua orang Indonesia punya dan pernah memakai setidaknya satu pakaian berbahan batik. Popularitas batik di tengah masyarakat Indonesia melesat dalam satu dasawarsa terakhir.

Momentumnya adalah setelah batik diinskripsi dalam daftar warisan budaya takbenda oleh organisasi kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia, UNESCO pada tahun 2009.Presiden Indonesia pada waktu itu, Susilo Bambang Yudhoyono menganjurkan agar seluruh masyarakat Indonesia mengenakan batik pada tanggal 2 Oktober untuk merayakan inskripsi tersebut. Semenjak itu, batik pun booming dimana-mana.

Kampanye untuk memakai batik sebagai produk dalam negeri sekaligus ekspresi cinta pada tanah air pun menggema di seluruh negeri. Para pelajar baik di sekolah negeri maupun swasta dan para pegawai pemerintah dan badan usaha milik negara memiliki setidaknya satu hari dalam seminggu dimana mereka wajib berbatik. Kemeja batik juga semakin rutin dipakai di acara-acara formal dan ekuivalen dengan pemakaian jas dan dasi ala Barat.

Para menteri dan tamu undangan berbatik saat pelantikan kabinet 2014-2019 oleh Presiden Jokowi. (sumber foto: Pos Kota News)
Para menteri dan tamu undangan berbatik saat pelantikan kabinet 2014-2019 oleh Presiden Jokowi. (sumber foto: Pos Kota News)
Tren berbatik mendapat respon yang sangat bagus dari masyarakat. Perancang busana berlomba-lomba membuat gaya pakaian berbahan batik yang beragam, unik, fashionable dan bisa digunakan untuk aneka suasana. Bila awalnya batik hanya populer di kalangan orang dewasa, kini anak muda sudah gandrung berbatik. Ada yang bilang jika mengenakan batik itu bisa menunjukkan tiga pernyataan sekaligus, yaitu berbudaya, nasionalisme, dan kekinian.

Para pengrajin batik pun bermunculan bagai cendawan di musim hujan. Jika dulu produsen batik rata-rata adalah generasi tua, sekarang anak-anak muda tertarik menjadi wirausahawan di bidang ini. Hal ini wajar karena batik kini adalah komoditas industri yang menjanjikan. Ide-ide baru tentang batik pun hadir dan memperkaya motif dan warna yang sebelumnya ada. Motif-motif batik yang klasik tetap jadi primadona dan beriringan dengan motif-motif kreasi baru yang umumnya lebih kaya warna.

Popularitas batik sebagai tren busana adalah hal yang patut disyukuri. Batik disukai oleh seluruh lapisan masyarakat dan menjadi raja di rumahnya. Hal itu membantu melestarikan batik sebagai salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Batik adalah Indonesia, demikianlah pandangan yang melekat dengan kuat saat ini. Tak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri.

Batik telah menjadi karya adibusana yang digemari oleh semua lapisan masyarakat. (sumber foto: tempo.co.)
Batik telah menjadi karya adibusana yang digemari oleh semua lapisan masyarakat. (sumber foto: tempo.co.)
Sayangnya, ada ironi di balik antusiasme masyarakat kita dalam berbatik. Kebanyakan dari mereka hanya sekedar membeli batik dan kemudian menggunakannya ketika dibutuhkan. Batik yang telah menjadi pakaian sehari-hari ini mulai kehilangan salah satu unsur di dalamnya yaitu: kekuatan filosofi motif.

Orang-orang terutama di kota besar banyak yang tidak tahu apa makna di balik motif batik yang sedang dikenakannya. Jangankan memahami filosofis dan sejarahnya, mereka bahkan tak tahu nama motif batik tersebut dan dari daerah mana motif itu berasal. Apabila ditanya kenapa mereka pakai batik itu, mereka akan menjawab sederhana bahwa karena mereka suka dengan bentuk motif dan warnanya.

Tak hanya masyarakat umum, yang paling menyedihkan adalah hal ini juga terjadi pada para penyelenggara negara dan tokoh-tokoh yang jadi panutan masyarakat. Di era Presiden Joko Widodo, para menteri dan jajaran pejabat eselon di seluruh kementerian dan lembaga negara semakin giat memakai batik. Para public figure seperti artis dan olahragawan juga akrab dengan pakaian batik. Sayangnya, tidak semua dari mereka akan bisa menjawab dengan benar saat ditanya apa motif batik yang sedang dikenakannya.

Beberapa anggota tim bulutangkis Indonesia untuk Piala Sudirman 2017 memakai batik saat Jamuan Makan Malam. (sumber foto: BWF)
Beberapa anggota tim bulutangkis Indonesia untuk Piala Sudirman 2017 memakai batik saat Jamuan Makan Malam. (sumber foto: BWF)
Hal ini sangat ironis karena justru filosofi dan sejarah di balik motif itulah yang membuat batik menjadi budaya adiluhung bangsa Indonesia, bukan cuma bentuk dan warnanya. Setiap daerah punya motif batik yang spesifik dan kaya akan filosofi. Motif tersebut diciptakan sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Tak jarang juga ada cerita unik yang melatarbelakangi dibuatnya suatu motif batik.

Beberapa motif batik yang terkenal diantaranya adalah motif Truntum dari Surakarta yang bermakna bahwa orang tua memberi tuntunan, motif Kawung dari Yogyakarta yang melambangkan keperkasaan dan keadilan, motif Mega Mendung dari Cirebon yang berfilosofi bahwa manusia harus mampu meredam amarah/emosinya dalam situasi dan kondisi apapun, dan lain-lain. Motif-motif batik dari daerah lain seperti Pekalongan, Banyumas, Banten, Betawi, Madura, dan dari luar Jawa seperti Papua, Bali, Jambi dan sebagainya pun juga kaya akan nilai-nilai filosofis tentang kehidupan masyarakat.

Pakaian batik bermotif Kawung. (sumber foto: Batik Unik)
Pakaian batik bermotif Kawung. (sumber foto: Batik Unik)
Motif batik juga penting untuk diketahui karena ada beberapa motif yang lebih cocok untuk dipakai pada acara tertentu atau oleh orang-orang tertentu. Sebagai contoh adalah motif batik parang yang tidak tepat bila dikenakan dalam acara pernikahan. Motif parang melambangkan kepemimpinan dan strata sosial, sehingga tidak selaras dengan suasana pernikahan yang penuh welas asih. Mungkin mempelai pengantin dan keluarga tidak akan lantas marah dan memaksa orang tersebut untuk menanggalkan batik bermotif parang yang dipakai. Namun akan ada pandangan yang aneh dan tidak nyaman dari orang-orang yang tahu tentang tradisi ini.

Apabila kita hanya mengenakan baju berbahan kain batik tanpa mengetahui makna motifnya, maka itu baru sekedar meramaikan tren saja, belum berkontribusi pada pelestarian warisan budaya. Tentu juga tidak baik apabila kita tak bisa menjelaskan arti motif batik pada pakaian kita kepada orang lain yang bertanya karena kagum. Kita harus mampu menunjukkan bahwa batik sebagai identitas bangsa Indonesia bukan hanya kainnya saja namun juga makna dari kekayaan dan keberagaman motifnya.

Oleh karena itu, mulai sekarang kita perlu mengedukasi diri kita sendiri untuk tidak cuma asal berbatik. Biasakan untuk bertanya nama dan makna motif kepada penjual saat kita membelinya. Apabila penjual tidak mampu memberikan jawaban, maka kita bisa menanyakan kepada orang dekat kita yang punya pengetahuan tentang batik, misalnya pada keluarga, guru, teman, dan lain-lain.

Biasakan untuk bertanya nama dan filosofis motif batik saat akan membelinya. (sumber foto: republika.co.)
Biasakan untuk bertanya nama dan filosofis motif batik saat akan membelinya. (sumber foto: republika.co.)
Mencari tahu makna filosofis suatu motif batik pun tidak susah dilakukan di dunia maya. Ada banyak situs dan blog yang mengulas tentang batik dan motif-motifnya. Di media sosial, juga eksis sejumlah komunitas pecinta batik yang dapat dijadikan referensi untuk mengenal keunikan motif batik dari berbagai daerah di Indonesia. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan berat belajar tentang motif batik.

Dengan bekal pengetahuan tentang motif pada pakaian batik yang kita kenakan, maka kebanggaan kita pada batik sebagai elemen budaya Indonesia yang sudah mendunia pun jadi semakin lengkap. Bahkan rasa kepercayaan diri kita bisa meningkat karena tahu bahwa kita mengenakan batik yang punya motif bagus dan sesuai dengan kepribadian kita.

Semoga batik Indonesia terus lestari, bukan hanya kainnya tapi adiluhung motif-motifnya. Salam budaya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun