Berkaca pada hasil Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro yang merupakan kasta tertinggi kompetisi olahraga, negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim masih belum menorehkan prestasi yang baik. Dari 57 negara yang eligible untuk mengikuti ISG, hanya ada 18 negara saja yang berhasil merebut setidaknya satu keping medali di Olimpiade tahun lalu. Jika dipersempit lagi parameternya ke dalam peraih medali emas, maka hanya sepuluh negara anggota OKI yang lagu kebangsaannya dikumandangkan di Rio de Janeiro 2016 yaitu Uzbekistan, Kazakhstan, Iran, Azerbaijan, Turki, Indonesia, Bahrain, Pantai Gading, Yordania dan Tajikistan.
Hal ini cukup disayangkan karena negara-negara anggota OKI rata-rata memiliki populasi penduduk dalam jumlah besar sehingga memungkinkan untuk mempunyai barisan atlet yang mampu berbicara banyak di Olimpiade. Permasalahan yang kebanyakan masih menghambat mereka untuk bisa bersaing dengan para powerhouse adalah terkait keterbatasan infrastruktur dan pendanaan untuk pembinaan atlet. Hal lain yang juga ditengarai masih kurang dikembangkan adalah potensi para atlet putri, terutama di negara-negara Arab. Hanya beberapa negara anggota OKI seperti Indonesia, Malaysia, Turki, Azerbaijan, Kazakhstan, Mesir, dan lain-lain yang punya banyak atlet putri yang kompetitif.
Bagaimana dengan Indonesia? Negara kita perlu menggunakan platform ISG untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara anggota OKI lainnya yang jago di cabang olahraga yang menjadi titik kekurangan kita. Sebagai contoh, kerjasama dengan Uzbekistan di cabang tinju karena negara itu sukses menggondol 3 medali emas, 2 medali perak dan 2 medali perunggu di Olimpiade 2016. Para petinju Indonesia yang masih kesulitan untuk bahkan berjaya di level Asia Tenggara bisa belajar dari mereka.
Sebaliknya, Indonesia juga harus siap membuka diri untuk diajak kerjasama di cabang olahraga yang telah memberikan prestasi bagi Merah-Putih. Bulutangkis yang merupakan olahraga nasional kita ini masih cukup asing bagi negara-negara Arab dan Afrika. Indonesia bisa membantu meningkatkan kualitas atlet olahraga tepok bulu dari kawasan tersebut. Cabang angkat besi dan wushu yang dipertandingkan di ISG 2017 juga dapat menjadi ranah dimana Indonesia tampil sebagai mentor karena kita punya banyak atlet dan pelatih berprestasi di dua cabang itu. Dibandingkan negara-negara anggota OKI, atlet-atlet putri Indonesia di cabang angkat besi masih unggul satu level di atas.
Salam Olahraga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H