Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Islamic Solidarity Games dan Pentingnya bagi Indonesia

14 Mei 2017   21:12 Diperbarui: 15 Mei 2017   10:03 1442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para atlet renang dan polo air Indonesia di ISG 2017. (sumber foto: PRSI)

Berkaca pada hasil Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro yang merupakan kasta tertinggi kompetisi olahraga, negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim masih belum menorehkan prestasi yang baik. Dari 57 negara yang eligible untuk mengikuti ISG, hanya ada 18 negara saja yang berhasil merebut setidaknya satu keping medali di Olimpiade tahun lalu. Jika dipersempit lagi parameternya ke dalam peraih medali emas, maka hanya sepuluh negara anggota OKI yang lagu kebangsaannya dikumandangkan di Rio de Janeiro 2016 yaitu Uzbekistan, Kazakhstan, Iran, Azerbaijan, Turki, Indonesia, Bahrain, Pantai Gading, Yordania dan Tajikistan.

Hal ini cukup disayangkan karena negara-negara anggota OKI rata-rata memiliki populasi penduduk dalam jumlah besar sehingga memungkinkan untuk mempunyai barisan atlet yang mampu berbicara banyak di Olimpiade. Permasalahan yang kebanyakan masih menghambat mereka untuk bisa bersaing dengan para powerhouse adalah terkait keterbatasan infrastruktur dan pendanaan untuk pembinaan atlet. Hal lain yang juga ditengarai masih kurang dikembangkan adalah potensi para atlet putri, terutama di negara-negara Arab. Hanya beberapa negara anggota OKI seperti Indonesia, Malaysia, Turki, Azerbaijan, Kazakhstan, Mesir, dan lain-lain yang punya banyak atlet putri yang kompetitif.

Podium juara senam artistik putri di ISG 2017: Azerbaijan (emas), Turki (perak) dan Indonesia (perunggu). sumber foto: baku2017.com
Podium juara senam artistik putri di ISG 2017: Azerbaijan (emas), Turki (perak) dan Indonesia (perunggu). sumber foto: baku2017.com
Melalui ISG, seharusnya negara-negara tersebut bisa saling belajar dari kemampuan sesama negara anggota OKI yang telah terbukti memiliki kompetensi kelas dunia di cabang olahraga tertentu. Kerjasama antar pemerintah atau antar klub olahraga selanjutnya bisa diinisiasi dengan menggunakan latar belakang semangat solidaritas negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Negara-negara yang punya kantong tebal untuk bidang olahraga juga diharapkan dapat membantu memberikan beasiswa atau bantuan bagi para atlet berbakat dari sesama negara anggota OKI yang miskin.

Bagaimana dengan Indonesia? Negara kita perlu menggunakan platform ISG untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara anggota OKI lainnya yang jago di cabang olahraga yang menjadi titik kekurangan kita. Sebagai contoh, kerjasama dengan Uzbekistan di cabang tinju karena negara itu sukses menggondol 3 medali emas, 2 medali perak dan 2 medali perunggu di Olimpiade 2016. Para petinju Indonesia yang masih kesulitan untuk bahkan berjaya di level Asia Tenggara bisa belajar dari mereka.

Penting bagi Indonesia untuk belajar dari kegemilangan Uzbekistan di cabang tinju. (sumber foto: telegraph.co.uk)
Penting bagi Indonesia untuk belajar dari kegemilangan Uzbekistan di cabang tinju. (sumber foto: telegraph.co.uk)
Kerjasama lainnya juga bisa dijalin oleh Indonesia adalah dengan Iran dan Turki di cabang gulat. Di Rio de Janeiro 2016, pegulat Iran mampu membawa pulang 1 medali emas, 1 medali perak dan 3 medali perunggu sedangkan Turki sedikit lebih baik dengan torehan 1 medali emas, 2 medali perak dan 2 medali perunggu. Kerjasama dengan mereka sudah saatnya diwujudkan agar kegagalan Indonesia meloloskan satu pun pegulat untuk bisa beraksi di Olimpiade tahun lalu tidak akan terulang lagi di Tokyo 2020.

Sebaliknya, Indonesia juga harus siap membuka diri untuk diajak kerjasama di cabang olahraga yang telah memberikan prestasi bagi Merah-Putih. Bulutangkis yang merupakan olahraga nasional kita ini masih cukup asing bagi negara-negara Arab dan Afrika. Indonesia bisa membantu meningkatkan kualitas atlet olahraga tepok bulu dari kawasan tersebut. Cabang angkat besi dan wushu yang dipertandingkan di ISG 2017 juga dapat menjadi ranah dimana Indonesia tampil sebagai mentor karena kita punya banyak atlet dan pelatih berprestasi di dua cabang itu. Dibandingkan negara-negara anggota OKI, atlet-atlet putri Indonesia di cabang angkat besi masih unggul satu level di atas.

Dengan atlet sekaliber Sri Wahyuni yang meraih medali perak Olimpiade, Indonesia bisa bekerjasama di cabang angkat besi dengan negara-negara anggota OKI lainnya. (sumber foto: detiknews.com)
Dengan atlet sekaliber Sri Wahyuni yang meraih medali perak Olimpiade, Indonesia bisa bekerjasama di cabang angkat besi dengan negara-negara anggota OKI lainnya. (sumber foto: detiknews.com)
Semoga saja Indonesia mampu menorehkan prestasi yang baik di ISG 2017 dan sekaligus mengambil manfaat yang lebih besar dari sebatas penguatan solidaritas negara-negara anggota OKI.

Salam Olahraga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun