Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tren Anak Muda Thailand Belajar Bahasa Indonesia

6 April 2017   22:55 Diperbarui: 7 April 2017   06:30 5164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meningkatnya jumlah penutur Bahasa Indonesia di Thailand akan menambah mesra hubungan Indonesia dan Thailand. (sumber foto: mediaindonesia.com)

Bahasa Indonesia semakin digemari oleh anak muda Thailand. Ada kebanggaan dan keuntungan bagi bangsa Indonesia, namun juga ada tantangan yang harus diwaspadai di balik tren ini.

Semakin banyak orang-orang di luar negeri mempelajari Bahasa Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir. Melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia ini diajarkan secara berkelanjutan dan masif di berbagai negara. BIPA berada di bawah pengelolaan Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) yang merupakan bagian dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, salah satu unit di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Di antara negara-negara yang menjadi lokasi pelaksanaan program BIPA, Thailand adalah yang paling getol mempelajari bahasa Indonesia. Ada 17 lembaga pendidikan di Thailand yang aktif menyelenggarakan BIPA. Sebagian besar merupakan perguruan tinggi dan sekolah menengah atas di kota-kota besar seperti Maejo University Chiang Mai, Rajamangala University of Technology Krungthep, Prince of Songkla University Phuket, Mae Fah Luang University Chiang Rai, Udon Thani Vocational College, dan lain-lain.

Salah satu peserta didik BIPA di Chiang Rai memperkenalkan diri dalam Bahasa Indonesia. (sumber foto: Yussak Anugrah)
Salah satu peserta didik BIPA di Chiang Rai memperkenalkan diri dalam Bahasa Indonesia. (sumber foto: Yussak Anugrah)
Jumlah peserta didik BIPA di Thailand pada tahun 2016 lalu mencapai angka yang besar yaitu 2.752 orang, sesuai dengan data yang disampaikan oleh Prof. Emi Emilia, Kepala PPSDK ketika bertemu dengan penulis pada acara "Orientasi bagi Calon Atase Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Sekolah Indonesia di Luar Negeri" di Jakarta, tanggal 6 April 2017. Peluang untuk adanya penambahan jumlah peserta didik tahun ini sangat tinggi. Hal itu karena anak-anak muda di Thailand sedang dilanda tren belajar bahasa asing. Bahasa Indonesia adalah salah satu yang banyak dipilih oleh mereka.

Menyambut antusiasme tinggi untuk belajar Bahasa Indonesia di Thailand, PPSDK telah mengalokasikan porsi yang banyak untuk pengajar yang dikirim ke Negeri Gajah Putih tahun ini. Dari hasil seleksi pengajar BIPA angkatan kelima, terdapat 12 orang yang siap diberangkatkan ke Bangkok dan kota-kota lain di Thailand. Jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah karena Prof. Emi Emilia menargetkan setidaknya 30 orang pengajar bisa difasilitasi untuk menyebarluaskan BIPA di Thailand.

Meskipun belajar Bahasa Indonesia sedang berkembang menjadi tren di Thailand, hambatan dalam program BIPA tetap ada. Banyak peserta didik di Thailand yang masih belum lancar membaca huruf latin yang digunakan pada Bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa Thailand yang mereka pakai sehari-hari sejak usia dini memang berbasis pada aksara Thai.

Selain itu, pengajar BIPA cukup kesulitan memilih bahasa pengantar ketika mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Sebagian besar pengajar tidak fasih berbahasa Thailand sehingga lebih nyaman mengenalkan Bahasa Indonesia dengan medium Bahasa Inggris. Di sisi lain, mayoritas peserta didik tidak mengerti Bahasa Inggris. Oleh karena itu, PPSDK bekerjasama dengan Kedutaan Besar RI di Bangkok ke depannya akan mengusahakan agar para pengajar BIPA di Thailand juga dibekali kemampuan dasar berbahasa Thailand.

Mengenal kosa kata Bahasa Indonesia melalui permainan scrabble. (sumber foto: Yussak Anugrah)
Mengenal kosa kata Bahasa Indonesia melalui permainan scrabble. (sumber foto: Yussak Anugrah)
Untuk menambah daya tarik belajar Bahasa Indonesia, PPSDK akan menambah muatan budaya Indonesia pada materi ajar BIPA. Hal ini dilakukan secara gotong-royong dengan unit-unit lain di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri dan Pusat Pengembangan Perfilman. Pengajaran BIPA yang diwarnai oleh pengenalan aneka ragam budaya Indonesia diyakini dapat membuat proses belajar-mengajar menjadi lebih menyenangkan.

Peserta didik bisa diajak untuk belajar Bahasa Indonesia melalui media film-film Indonesia, literatur tentang budaya Indonesia, permainan tradisional, workshop memasak kuliner Indonesia, atau latihan bermain angklung. Dengan demikian, mereka pun semakin tertarik untuk bisa lancar berbahasa Indonesia agar nantinya lebih mudah memahami tentang Indonesia dan kekayaan budayanya.

Maraknya pembelajaran Bahasa Indonesia di Thailand membawa sejumlah peluang dan tantangan bagi kita di Tanah Air. Peluangnya tentu adalah terkait upaya internasionalisasi Bahasa Indonesia, khususnya di kawasan ASEAN. Thailand adalah negara yang penting di Thailand baik secara politis, sosial budaya maupun ekonomi. Apabila semakin banyak warga Thailand yang bisa berbahasa Indonesia, maka keinginan banyak orang Indonesia agar Bahasa Indonesia ‘naik’ sebagai Bahasa ASEAN dapat selangkah lebih maju untuk terwujud. Bangsa Indonesia tentu juga akan merasakan kebanggaan tersendiri apabila Bahasa Indonesia diminati oleh warga dari negara-negara lain.

Berkembangnya Bahasa Indonesia di Thailand menjadi penetrasi pengaruh Indonesia secara sosial budaya. Pemahaman yang baik pada bahasa Indonesia akan mendukung peningkatan pemahaman orang Thailand pada bangsa dan negara Indonesia. Hal ini bermanfaat untuk memperkokoh hubungan bilateral antara Indonesia dan Thailand di berbagai sektor baik di level pemerintah (government-to-government) maupun antar masyarakat (people-to-people).

Meningkatnya jumlah penutur Bahasa Indonesia di Thailand akan menambah mesra hubungan Indonesia dan Thailand. (sumber foto: mediaindonesia.com)
Meningkatnya jumlah penutur Bahasa Indonesia di Thailand akan menambah mesra hubungan Indonesia dan Thailand. (sumber foto: mediaindonesia.com)
Di sisi lain, ada kewaspadaan yang patut dicermati oleh bangsa Indonesia pada tren ini. Anak-anak muda Thailand mulai menaruh atensi yang tinggi pada Bahasa Indonesia karena mereka melihat adanya kesempatan besar yang menguntungkan masa depan mereka. Apabila mereka fasih berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis, itu dapat menjadi modal berharga bagi mereka untuk bersaing secara kompetitif dalam dunia kerja di Indonesia dan negara-negara lain yang punya bahasa serupa seperti Malaysia dan Brunei.

Pada era Komunitas ASEAN yang mulai diluncurkan pada 31 Desember 2015 lalu itu, pintu untuk bekerja di sesama negara anggota ASEAN lainnya lebih terbuka. Orang Thailand kini tidak hanya memburu pekerjaan impian dengan bayaran dan fasilitas oke di Thailand saja. Mereka mulai melirik lowongan karir sebagai ekspatriat di Indonesia. Hal ini yang kita sendiri mungkin belum banyak menyadari.

Dengan status sebagai negara berskala ekonomi terbesar se-ASEAN dan sekaligus berwilayah geografis terluas di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara tujuan bagi warga dari sembilan negara anggota ASEAN lainnya. Terlebih lagi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini yang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. Ada banyak lapangan pekerjaan baru yang muncul, mulai dari pekerjaan kantoran hingga buruh kerah biru.

Generasi muda Indonesia harus siap untuk bisa bersaing secara kualitas dengan warga Thailand. Tidak hanya datang dengan lamaran kerja yang menyatakan kualifikasi pendidikan dan kompetensi diri, mereka juga punya kemahiran berbahasa Indonesia yang tercatat di daftar riwayat hidup. Posisi mereka pun jadi jauh lebih baik daripada bila hanya fasih Bahasa Thailand dan Bahasa Inggris, bukan?

Persaingan di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif di era Komunitas ASEAN. (sumber foto: aktual.com)
Persaingan di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif di era Komunitas ASEAN. (sumber foto: aktual.com)
Namun jangan keburu paranoid terhadap kemungkinan di atas. Kehadiran para tenaga kerja dari luar negeri adalah keniscayaan di era keterbukaan seperti sekarang. Kita justru aneh bila masih saja takut dan mempermasalahkan hal itu. Alih-alih bersikap xenophobic yang malah menunjukkan sisi minder, lebih baik kita meningkatkan kompetensi diri agar tak kalah bersaing dengan mereka.

Jika orang Thailand sudah mulai berstrategi untuk bisa masuk ke pasar tenaga kerja di Indonesia, kini saatnya orang Indonesia juga menyusun langkah agar dapat mengambil kesempatan bekerja dengan karir yang bagus di Thailand.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun