Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Gamelan Menyapa Arab Saudi

1 Maret 2017   16:19 Diperbarui: 2 Maret 2017   02:00 2266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak warga Indonesia di Riyadh berlatih gamelan di KBRI. (sumber foto: atdikriyadh.org)

Arab Saudi dikenal sebagai negara ultrakonservatif yang menerapkan hukum syariah Islam berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bersifat biasa di berbagai negara di dunia namun secara khusus dilarang untuk dilakukan di negara monarki absolut tersebut.

Salah satu hal yang menarik adalah terkait dengan musik. Tidak banyak orang di luar Arab Saudi yang tahu bahwa sebenarnya musik adalah legal. Orang Arab Saudi tidak akan dijatuhi hukuman hanya karena ia mendengarkan musik.

Dalam sejarahnya, musik bahkan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Arab Saudi. Rababah dan instrument perkusi seperti tabl dan tar disebut sebagai alat musik tradisional khas negara terbesar di Jazirah Arab tersebut. Nyanyian umumnya berupa puisi dan dilantunkan secara kolektif. Musik ini juga sering dibawakan oleh misi kebudayaan Arab Saudi ketika tampil di acara-acara di luar negeri.

Penampilan grup musik pada Pekan Kebudayaan Arab Saudi di Jakarta, tanggal 27 Maret 2016. (sumber foto: ANTARA)
Penampilan grup musik pada Pekan Kebudayaan Arab Saudi di Jakarta, tanggal 27 Maret 2016. (sumber foto: ANTARA)
Meskipun demikian, musik di Arab Saudi tak sepenuhnya punya posisi yang bebas seperti di kebanyakan negara di dunia ini. Negara yang beribukota di Riyadh ini melarang pelajaran musik di sekolah formal. Di samping itu, tidak ada alunan musik yang diperdengarkan dengan meriah melalui pengeras suara di pusat-pusat perbelanjaan dan ruang publik lainnya di Arab Saudi.

Hal ini karena mayoritas masyarakat di Arab Saudi menilai bahwa musik tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam beberapa pelajaran di sekolah, bahkan secara tegas dikatakan bahwa musik adalah haram. Namun tetap saja ada beberapa orang yang menyukai musik dan ingin mengembangkan bakat di bidang ini. Mereka akan menikmatinya secara privat dan belajar secara otodidak atau pergi ke negara-negara tetangga yang punya aturan lebih longgar terkait musik seperti Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain.

Konon katanya juga ada beberapa kelompok musik band di Arab Saudi yang secara aktif mengadakan pertemuan untuk bermusik bersama. Akan tetapi hal ini tidak diketahui banyak orang karena bersifat underground.Identitasnya pun juga sengaja disembunyikan agar tidak menjadi perhatian banyak orang.

Lalu, apakah itu berarti tidak ada kesempatan bagi negara lain untuk memperkenalkan musik tradisionalnya ke Arab Saudi? Seperti yang kita ketahui, musik telah menjadi bagian penting dalam diplomasi budaya di era saat ini. Musik adalah salah satu atraksi budaya yang menunjukkan pesona peradaban suatu bangsa.

Meskipun tidak mudah, namun diplomasi budaya melalui musik di Arab Saudi bukan hal yang mustahil. Indonesia telah membuktikannya melalui gamelan, orkestra alat musik tradisional dari Jawa, Sunda dan Bali. Gamelan telah berhasil menyapa masyarakat Arab Saudi dan bahkan memiliki potensi untuk berkembang di negara Islam itu.

Pada tanggal 16 sampai dengan 20 Januari 2017 lalu, Tim Wayang Kulit Durasi Singkat Museum Sonobudoyo hadir di King Abdullah University of Science and Tehnology ( KAUST ), Jeddah, Saudi Arabia. Pertunjukan wayang kulit dengan lakon Penculikan Dewi Sintha, Hanoman Duta dan Matinya Rahwana dan Kumbakarna dari cerita Epos Ramayana ini ditampilkan di acara Winter Enrichment Program (WEP) Final Gala 2017. Pertunjukan tersebut diiringi oleh grup gamelan dengan pengrawit yang juga datang langsung dari Yogyakarta.

Pertunjukan Gamelan di KAUST, Jeddah. (sumber foto: krjogja.com)
Pertunjukan Gamelan di KAUST, Jeddah. (sumber foto: krjogja.com)
Seperti yang disampaikan oleh Dr. Basuni selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, pertunjukan wayang dengan diiringi gamelan ini mendapat sambutan yang meriah dari penonton yang mayoritas merupakan pengajar dan mahasiswa KAUST beserta keluarganya. Bahkan setelah pagelaran selesai, para penonton naik ke atas panggung untuk memegang wayang kulit dan mencoba memainkan gamelan. Mereka merasa takjub dengan benda-benda yang baru pertama kalinya mereka lihat secara langsung itu.

Penampilan Tim Wayang Kulit Durasi Singkat Museum Sonobudoyo di Jeddah ini diharapkan akan membuka jalan bagi kehadiran pertunjukan wayang dan gamelan di kota-kota lain di Arab Saudi nantinya. Selain itu, pada tahun ini seperangkat gamelan yang dimiliki oleh KBRI Riyadh juga kembali dimainkan setelah sekian lama hanya diletakkan di persimpanan. Gamelan yang diberi nama Kyai Ahmad ini menarik perhatian banyak orang, baik warga Indonesia maupun warga setempat di Riyadh. Saat ini, telah mulai diselenggarakan pelatihan gamelan yang diikuti oleh anak-anak dan remaja.

Pelatihan gamelan dengan menggunakan Gamelan Kyai Ahmad di KBRI Riyadh. (sumber foto: /atdikriyadh.org)
Pelatihan gamelan dengan menggunakan Gamelan Kyai Ahmad di KBRI Riyadh. (sumber foto: /atdikriyadh.org)
Meskipun gamelan belum dimainkan di tempat terbuka seperti gedung pertunjukan kota atau pusat perbelanjaan, namun ada harapan bahwa masyarakat Arab Saudi akan lebih mengenal gamelan ke depannya. Alat musik bersuara indah yang hanya bisa dimainkan dengan keharmonisan seluruh pengrawitnya ini adalah warisan budaya Indonesia yang mempesona. Daya tarik gamelan telah membius masyarakat di banyak negara, mulai dari benua Amerika hingga di negara-negara Pasifik. Kini saatnya warga Timur Tengah khususnya Arab Saudi juga ‘tersentuh’ oleh gamelan.

Apabila dikaitkan dengan Islam, maka gamelan di Indonesia punya kedekatan dengan syiar Islam. Berdasarkan cerita sejarah yang berkembang di masyarakat Jawa, Sunan Kalijaga sering menggunakan gamelan sebagai sarana pendukung dakwah Islam. Gamelan menjadi penarik bagi masyarakat untuk berbondong-bondong datang ke acara-acara dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga. Beberapa ulama lain di Tanah Jawa pada masa lalu juga menyampaikan pesan-pesan tentang agama Islam dengan diintegrasikan dalam tembang Jawa dan gamelan.

Anak-anak warga Indonesia di Riyadh berlatih gamelan di KBRI. (sumber foto: atdikriyadh.org)
Anak-anak warga Indonesia di Riyadh berlatih gamelan di KBRI. (sumber foto: atdikriyadh.org)
Nota kesepahaman mengenai kerjasama di bidang kebudayaan yang pada tanggal 1 Maret 2017 ini ditandatangani dalam rangka kunjungan Raja Salman ke Indonesia juga diharapkan dapat semakin memperkuat hubungan budaya antara masyarakat Indonesia dengan Arab Saudi, termasuk di antaranya pengenalan gamelan dan alat musik tradisional lainnya dari Indonesia.

Selamat datang di Indonesia, Raja Salman! Selamat datang di Arab Saudi, gamelan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun