Indonesia punya banyak sekali destinasi wisata yang menawarkan berbagai pesona, mulai dari keindahan alam, keunikan budaya hingga kelezatan kuliner lokal. Namun tidak banyak tempat di Indonesia yang memiliki pesona tersebut dengan lengkap. Salah satu tempat yang bisa disebut sebagai paket komplet liburan adalah Kepulauan Banda yang terletak di Provinsi Maluku. Banda, demikian biasa disebut, adalah bagian dari Kabupaten Maluku Tengah dan berjarak 217 Km sebelah tenggara Pulau Ambon. Banda terdiri dari 10 pulau vulkanis kecil dengan kota terbesar dan pusat administratif di Banda Neira. Banda juga telah masuk sebagai tentative list yang sedang dalam proses dinominasikan menjadi Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Pada Bulan November lalu, penulis berkesempatan untuk berkunjung ke Banda dan mendapatkan pengalaman mengesankan selama lima hari berada di sana. Ada setidaknya 9 hal yang menjadi alasan mengapa Banda harus masuk ke daftar Places To Visit Before We Die, berikut ini:
1. Sensasi Naik Kapal Antar Pulau
Pertama-tama, cara yang paling jamak ditempuh orang untuk menuju ke Banda adalah melalui Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku. Dulu, terdapat rute penerbangan dari Bandara Pattimura Ambon (kode IATA: AMQ) ke Bandara Banda Neira (NDA) yang rutin dilayani oleh maskapai penerbangan umum. Namun dalam beberapa bulan terakhir, penerbangan dengan rute tersebut sudah tidak lagi rutin dan bahkan kabarnya akan ditiadakan sama sekali.
Sensasi naik kapal antar pulau juga akan dirasakan ketika berkeliling dari satu pulau ke pulau lainnya selama di Banda. Terdapat sepuluh pulau yang bisa dijelajahi dengan kapal cepat yaitu Pulau Lontor, Pulau Gunung Api, Pulau Neira, Pulau Ay, Pulau Rhun, Pulau Hatta, Pulau Syahrir, Pulau Manukang, Pulau Kurukan, Pulau Nailaka dan Pulau Kapal. Jarak antar pulau-pulau tersebut juga tidak jauh sehingga rata-rata hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Wisatawan bisa merasakan seperti masyarakat Banda yang telah menjadikan laut sebagai bagian penting dalam hidupnya sejak kecil.
2. Benteng megah dan kokoh peninggalan Belanda
Banda adalah salah satu tempat yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh kongsi dagang Hindia Belanda atau yang lebih dikenal sebagai Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada abad ke-17. Hal ini dikarenakan oleh keunggulan Banda sebagai daerah penghasil lada dan posisinya yang strategis di tengah Kepulauan Maluku. Pada saat itu, Maluku menjadi wilayah yang sangat penting tidak hanya di Nusantara namun juga seantero dunia karena produksi rempah-rempah yang merupakan komoditas dagang bernilai mahal dan sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa. Untuk mengawasi lalu lintas kapal dagang di Banda, VOC mendirikan beberapa benteng yang tersebar di penjuru pulau-pulau di Banda. Benteng-benteng tersebut juga difungsikan sebagai gudang senjata, penjara dan barak militer.
Selain Benteng Belgica, wisatawan yang menggemari sejarah disarankan untuk juga berkunjung ke Benteng Nassau yang juga terletak di Banda Neira, Di tempat ini, terjadi pembantaian 44 orang kaya (tuan lokal penguasa Banda) pada tanggal 8 Mei 1621 sesuai instruksi Jan Pieter Zoon Coen.
3. Suasana 'Belanda Mini' di Banda Neira
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Banda adalah wilayah yang penting bagi pemerintahan kolonial Belanda. Maka, sangat wajar apabila terdapat banyak bangunan dengan arsitektur Eropa yang dibangun di Banda Neira. Saat ini, bangunan-bangunan tersebut masih terawat dengan baik dan digunakan untuk berbagai fungsi oleh pemerintah dan masyarakat Banda seperti sekolah, guest house, museum, kantor pos, gedung kuliah dan lain-lain. Salah satu bangunan yang wajib dikunjungi oleh wisatawan adalah rumah tempat tinggal pejabat VOC yang dijuluki sebagai Istana Mini karena bentuknya yang sangat mirip dengan Istana Merdeka di Jakarta. Di halaman Istana Mini, terdapat patung Willem III, Raja Belanda yang memerintah pada tahun 1849 hingga 1890. Patung yang dibuat dari bahan perunggu ini dibuat untuk merayakan 25 tahun pemerintahannya pada waktu itu.
4. Menyusuri Jejak Pengasingan Pahlawan Nasional Indonesia
Banda merupakan lokasi yang digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengasingkan para tokoh Indonesia yang memiliki pengaruh kuat dalam perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan. Beberapa tokoh yang terkenal adalah Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Syafruddin Prawiranegara dan dr. Cipto Mangukusumo. Ada pendapat yang mengatakan bahwa para tokoh tersebut dibuang ke Banda yang indah namun terpencil agar melupakan ide-ide tentang pembentukan negara Indonesia. Namun pada kenyataannya justru para tokoh tersebut semakin bersemangat membawa Indonesia yang kaya dan indah ini untuk menjadi negara berdaulat.
5. Snorkeling dan Olahraga Air Sepuasnya
Pulau-pulau di Banda tidak hanya memiliki keindahan pemandangan di daratan saja, namun juga di bawah air. Terdapat lebih dari sepuluh titik snorkeling dan diving yang indah di Banda, tersebar dari Pulau Rhun di sebelah barat hingga Pulau Hatta di sebelah timur. Tempat-tempat tersebut dikenal memiliki biodiversity yang mengagumkan baik terumbu karang maupun ikan-ikannya. Menurut para pemandu wisata di Banda, jumlah turis mancanegara yang datang ke Banda semakin meningkat pada beberapa tahun terakhir dan hal itu dikarenakan oleh semakin seringnya Banda diulas di media massa internasional sebagai salah satu lokasi snorkeling dan diving yang terbaik di Asia, bahkan dunia.
Bagi wisatawan yang kurang menyukai snorkeling dan diving, dapat memilih bermain-main di pantai-pantai yang indah di Banda. Beberapa pulau yang memiliki pantai eksotis adalah Pulau Hatta dan Pulau Nailaka.
6. Tantangan mendaki Gunung Api
Banda memiliki satu buah gunung berapi yang terakhir kali meletus pada Bulan Mei 1988. Gunung yang punya nama simpel, yaitu Gunung Api, ini memiliki ketinggian 640 meter yang sekaligus sebagai titik tertinggi di Banda. Wisatawan yang akan naik ke puncak Gunung Api biasanya akan memulai pendakian pada pukul 05 setelah adzan subuh. Hal ini dikarenakan agar kondisi cuaca ketika mendaki tidak terlalu panas dan lembab. Perjalanan mendaki dapat berlangsung selama 1-2 jam, tergantung dengan kekuatan dan kemampuan si pendaki.
Menurut para wisatawan yang telah mendaki Gunung Api, proses pendakian sangatlah menantang karena terdapat banyak tanjakan dan jalan setapak. Namun pengorbanan tersebut terbayar lunas karena mereka dapat pemandangan yang sangat indah ketika sudah berada di puncak gunung. Terdapat juga beraneka macam pohon dan tumbuhan yang masih asri. Selain itu, beberapa orang tua di Banda mengatakan bahwa jika seseorang sudah berhasil mencapai puncak Gunung Api, maka ia bisa mengklaim sebagai warga asli Banda.
7. Wisata Religi ke Klenteng, Masjid dan Gereja Tua
Terdapat satu buah gereja tua di Banda Neira. Gereja tua yang dibangun pada tahun 1852 ini memiliki keunikan karena dibangun di atas pemakaman para tokoh pemuka agama dan pejabat dari Belanda yang meninggal di Banda. Nisan-nisan makam tersebut saat ini dapat dilihat di lantai yang membentang dari pintu masuk gereja menuju ke altar. Saat ini, gereja masih digunakan oleh masyarakat Banda yang beragama Kristen Protestan untuk beribadah. Gereja yang ditujukan untuk menggantikan gereja tua “Hollandische Kerk” yang hancur karena gempa bumi dahsyat ini juga telah mengalami beberapa kali renovasi namun tetap mempertahankan bentuk aslinya.
Selain gereja dan masjid, Banda Naira juga punya tempat beribadah yang digunakan oleh warga keturunan Tionghoa yaitu Klenteng Sun Tian Kong. Menurut beberapa orang, para pedagang dari Tiongkok telah tiba di Banda pada abad ke-15, sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Klenteng yang berukuran kecil ini adalah salah satu bukti sejarah kehadiran mereka dan berkembangnya keturunan mereka di Banda.
8. Atraksi Budaya Balapan Kora-kora
Balapan kora-kora adalah atraksi budaya yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat Banda dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Kora-kora adalah perahu tradisional khas Maluku yang berbentuk panjang dan berkapasitas kurang lebih 35 orang pendayung. Pada masa penjajahan, kora-kora juga digunakan sebagai kendaraan perang di lautan untuk melawan kapal-kapal Portugis dan Belanda.
Dalam lomba balapan kora-kora yang digelar secara berkala dan telah menjadi agenda pariwisata Banda ini, tiap-tiap desa di Banda akan mewakilkan satu kora-kora yang bersaing di lintasan pada selat kecil antara Pulau Neira dengan Pulau Banda Besar sejauh sekitar 18 Km. Kapal-kapal tersebut telah dihias dengan cat yang berwarna cerah, ditambahkan bendera Merah Putih dan memiliki ciri khas khusus di bagian kepala perahu yang berbeda-beda antara milik satu pulau dengan lainnya. Para pendayung kora-kora telah berlatih sejak beberapa bulan sebelumnya karena kekompakan tim adalah syarat utama untuk bisa memenangkan balapan ini.
9. Pesona Wisata Kuliner di Banda
Kunjungan ke suatu daerah belum lengkap apabila tidak mencoba mencicipi kelezatan kuliner setempat. Banda juga memiliki makanan khas yang unik dan nikmat. Makanan dan minuman yang sangat direkomendasikan untuk dicoba apabila sedang wisata di Banda adalah ikan kuah asam pala dan jus buah pala. Banda memang terkenal sebagai sentra produksi pala sehingga masyarakat setempat terbiasa membuat masakan dengan memasukkan pala sebagai bahannya. Ikan kuah asam pala banyak dipuji sebagai makanan yang sangat nikmat karena rasa kuah yang asam bercampur dengan pedasnya pala benar-benar sesuai untuk pendamping makan ikan.
Demikianlah 9 hal yang dapat dijumpai ketika kita berkunjung ke Banda. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal, kita bisa menikmati paket liburan lengkap di Banda yang belum tentu bisa ditemui di wilayah lain di Indonesia atau bahkan di luar negeri. Jadi, ayo segera rancang rencana liburan ke Banda bersama teman-teman dan keluarga!
Foto Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H