Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

9 Alasan Mengapa Perlu Datang ke Banda, Setidaknya Sekali Seumur Hidup

18 Desember 2016   22:20 Diperbarui: 19 Desember 2016   13:06 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut para wisatawan yang telah mendaki Gunung Api, proses pendakian sangatlah menantang karena terdapat banyak tanjakan dan jalan setapak. Namun pengorbanan tersebut terbayar lunas karena mereka dapat pemandangan yang sangat indah ketika sudah berada di puncak gunung. Terdapat juga beraneka macam pohon dan tumbuhan yang masih asri. Selain itu, beberapa orang tua di Banda mengatakan bahwa jika seseorang sudah berhasil mencapai puncak Gunung Api, maka ia bisa mengklaim sebagai warga asli Banda.

7. Wisata Religi ke Klenteng, Masjid dan Gereja Tua
Terdapat satu buah gereja tua di Banda Neira. Gereja tua yang dibangun pada tahun 1852 ini memiliki keunikan karena dibangun di atas pemakaman para tokoh pemuka agama dan pejabat dari Belanda yang meninggal di Banda. Nisan-nisan makam tersebut saat ini dapat dilihat di lantai yang membentang dari pintu masuk gereja menuju ke altar. Saat ini, gereja masih digunakan oleh masyarakat Banda yang beragama Kristen Protestan untuk beribadah. Gereja yang ditujukan untuk menggantikan gereja tua “Hollandische Kerk” yang hancur karena gempa bumi dahsyat ini juga telah mengalami beberapa kali renovasi namun tetap mempertahankan bentuk aslinya.

Gereja Tua di Banda Neira
Gereja Tua di Banda Neira
Tidak jauh dari gereja tua tersebut, terdapat satu buah masjid yang bernama Masjid Hatta-Syahrir. Masjid ini dinamai untuk mengenang dua orang pahlawan nasional yang pernah diasingkan di Banda Neira. Terletak di depan Pelabuhan Banda Neira, masjid ini juga memiliki nama lain yaitu Masjid Al-Mukhlisin. Menurut beberapa orang, masjid ini dibangun di atas tanah yang dulunya merupakan wisma tempat pertama kalinya Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir tiba di Banda Neira.

Selain gereja dan masjid, Banda Naira juga punya tempat beribadah yang digunakan oleh warga keturunan Tionghoa yaitu Klenteng Sun Tian Kong. Menurut beberapa orang, para pedagang dari Tiongkok telah tiba di Banda pada abad ke-15, sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Klenteng yang berukuran kecil ini adalah salah satu bukti sejarah kehadiran mereka dan berkembangnya keturunan mereka di Banda.

8. Atraksi Budaya Balapan Kora-kora
Balapan kora-kora adalah atraksi budaya yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat Banda dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Kora-kora adalah perahu tradisional khas Maluku yang berbentuk panjang dan berkapasitas kurang lebih 35 orang pendayung. Pada masa penjajahan, kora-kora juga digunakan sebagai kendaraan perang di lautan untuk melawan kapal-kapal Portugis dan Belanda.

Dalam lomba balapan kora-kora yang digelar secara berkala dan telah menjadi agenda pariwisata Banda ini, tiap-tiap desa di Banda akan mewakilkan satu kora-kora yang bersaing di lintasan pada selat kecil antara Pulau Neira dengan Pulau Banda Besar sejauh sekitar 18 Km. Kapal-kapal tersebut telah dihias dengan cat yang berwarna cerah, ditambahkan bendera Merah Putih dan memiliki ciri khas khusus di bagian kepala perahu yang berbeda-beda antara milik satu pulau dengan lainnya. Para pendayung kora-kora telah berlatih sejak beberapa bulan sebelumnya karena kekompakan tim adalah syarat utama untuk bisa memenangkan balapan ini.

9. Pesona Wisata Kuliner di Banda
Kunjungan ke suatu daerah belum lengkap apabila tidak mencoba mencicipi kelezatan kuliner setempat. Banda juga memiliki makanan khas yang unik dan nikmat. Makanan dan minuman yang sangat direkomendasikan untuk dicoba apabila sedang wisata di Banda adalah ikan kuah asam pala dan jus buah pala. Banda memang terkenal sebagai sentra produksi pala sehingga masyarakat setempat terbiasa membuat masakan dengan memasukkan pala sebagai bahannya. Ikan kuah asam pala banyak dipuji sebagai makanan yang sangat nikmat karena rasa kuah yang asam bercampur dengan pedasnya pala benar-benar sesuai untuk pendamping makan ikan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Selain itu, seperti halnya daerah-daerah lain di Maluku, kuliner khas Banda tak bisa dilepaskan dari papeda, sambal colo-colo, dan aneka makanan ikan laut yang dibumbui rempah-rempah. Makanan tersebut biasanya dilengkapi dengan urap daun pepaya yang segar.

Demikianlah 9 hal yang dapat dijumpai ketika kita berkunjung ke Banda. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal, kita bisa menikmati paket liburan lengkap di Banda yang belum tentu bisa ditemui di wilayah lain di Indonesia atau bahkan di luar negeri. Jadi, ayo segera rancang rencana liburan ke Banda bersama teman-teman dan keluarga!

Foto Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun