Mohon tunggu...
iGenst
iGenst Mohon Tunggu... Guru - Ion Genesis Situmorang

Hanya seseorang yang belajar menulis dari kegalauan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran (bagi/dari) Pak Ahok

9 Mei 2017   18:46 Diperbarui: 10 Mei 2017   08:31 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tanya jawab dalam PBM | sumber: iain-antasari.ac.id

Seperti yang diberitakan oleh media, kasus ini diawali pidato Ahok di Kepulauan Seribu. Di tengah pidatonya, Ahok menyampaikan rasa 'penasarannya' atas desas-desus politik mengenai agama yang sering dijadikan alat politik. 'Penasaran", hal inilah yang mungkin menjadi dasar pertimbangan Ahok untuk menyampaikan pendapat ini. Rasa 'penasaran' yang datang dari kabar kabur yang sering muncul saat mendekati Pilkada. Beliau dan mungkin banyak orang secara sayup-sayup tersembunyi di tempat sehari-hari orang-orang berkumpul sering menyinggung ayat-ayat kitab suci menjadi alat untuk menaikkan seseorang dan menjatuhkan lawan politiknya yang berbeda keyakinan. Isu politik ini sering muncul di tengah-tengah masyarakat yang justru sering membingungkan masyarakat hingga akhirnya keliru menentukan pilihan.

Sampai pada akhirnya Ahok muncul dalam diskusi ini. Ahok seolah tidak mau terkubur dengan rasa penasaran atas kebenaran dari isu politik kotor yang sering muncul ketika pemilu. Perjuangan Ahok ini seolah di dorong oleh motivasi yang mungkin juga ia pernah dengar dari gurunya. Ia memutuskan untuk mengeluarkan pendapatnya mengenai isu politik yang sering menghambat pertumbuhan demokrasi di Indonesia.

Pendapat yang disampaikan Ahok sebagai bentuk perjuangan demokrasi di Indonesia. Perjuangan yang menjadi pelajaran besar bagi demokrasi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil Pilgub DKI 2017 yang telah berlangsung. Sekalipun hasil KPU menyatakan Ahok kalah dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, setidaknya kedewasaan demokrasi Indonesia bertumbuh. Hasil pemungutan suara yang menunjukkan sekitar  40% pemilih Ahok juga berasal dari masyarakat yang berbeda keyakinan dari beliau. Dalam artian, isu premordial secara perlahan mulai terkikis dalam penyelenggaraan pilkada. Kebenaran inilah yang coba digali Ahok dari persoalan-persoalan politik di Indonesia. Setidaknya pendapatnya membuka tabir hitam politik di Indonesia dan menjadi PR politik untuk diselesaikan bersama.

Kini hukuman telah dijatuhkan bagi Ahok. Hukuman ini mungkin berfungsi sebagai 'pelajaran' bagi Ahok. Pelajaran yang diharapkan agar beliau menjadi lebih santun dalam menghadapi para penista agama sesungguhnya. Terlepas dari pro dan kontra atas vonis yang dijatuhkan, kasus ini justru membawa pelajaran baru bagi masyarakat atas UU mengeluarkan pendapat. Setidaknya akan terbentuk dua karakter dalam berpendapat, rasa takut atau semangat yang bertumbuh

***

Namun pada akhirnya setelah anak tersebut mengeluarkan pendapatnya, guru tersebut melanggar janjinya. Guru menghukum si anak karena merasa anak tersebut mengeluarkan pendapat secara sembarangan yang tidak berkenan di hatinya. Jika memang si anak sembarangan dalam memberikan pendapat, guru mungkin melakukan hal yang tepat, namun sebaliknya jika hukuman yang diberikan hanya karena pendapat yang disampaikannya 'kurang tepat' dihati guru, ini akan memberikan permasalahan bagi si anak dan teman sekelasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun