Mohon tunggu...
iGenst
iGenst Mohon Tunggu... Guru - Ion Genesis Situmorang

Hanya seseorang yang belajar menulis dari kegalauan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran (bagi/dari) Pak Ahok

9 Mei 2017   18:46 Diperbarui: 10 Mei 2017   08:31 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang guru pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah tingkat dasar tepatnya kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya sering memberikan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa atas materi yang saya sampaikan. Namun, seringkali selama tanya jawab, siswa tidak mengeluarkan pendapat atau jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan atau setidaknya mengeluarkan suara pelan menjawab pertanyaan yang disampaikan. Dan biasanya pada situasi seperti ini, saya sering mengingatkan kepada siswa, "Mari berikan pendapat (jawaban), jangan takut jika jawaban salah atau benar, yang penting berikan jawaban dengan alasannya".

Namun hari ini, ketika saya mengajar, sesuatu yang berbeda yang boleh saya rasakan ketika menyampaikan motivasi ini kepada siswa. Sesaat saya menyampaikan motivasi itu, pikiran saya terkoneksi  dengan berita Hakim vonis Basuki Tjahaya Purnama. 2 tahun penjara atas kasus penodaan agama. Sepertiya ada pelajaran yang boleh dipetik atas kasus ini. Motivasi yang sering saya sampaikan kepada siswa, sepertinya ditunjukkan oleh Ahok. Terlepas dari pro dan kontra atas putusan ini, ada konten lain yang ingin disampaikan oleh Ahok menjadi pelajaran penting untuk berbangsa dan bernegara.

"Mari berikan jawaban, jangan takut jika jawaban salah atau benar, yang penting berikan jawaban dengan alasannya".

Jika diubah menjadi proses belajar mengajar, terkait kasus yang menimpa Ahok, mungkin skenario kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut.

Guru bertanya, "Anak-anak sekalian, negara kita Indonesia merupakan negara hukum yang beragama. Negara kita ini melaksanakan demokrasi langsung dalam pemilihan kepada daerah dan wakil rakyat. Nah yang menjadi pertanyaan, apakah kitab suci dapat dijadikan alat politik? Selain itu, apakah ayat-ayat kitab suci dapat dijadikan alat politik untuk memenangkan calon yang diusung?"

Seketika ruangan menjadi hening dan tampak beberapa peserta didik berbisik-bisik dengan teman sebangkunya, namun tidak ada seorangpun yang berani memberikan jawaban atas guru tersebut.

Setelah beberapa saat menunggu, guru lalu berkata, "Ayo siapa yang mau berpendapat, jangan takut-takut. Bapak tidak akan marah atau menghukum jika jawabanmu itu kurang tepat."

Setelah mendengar motivasi guru tersebut, seorang anak memberikan pendapatnya di depan kelas.

***

Inilah yang saya pelajari atas kasus yang menimpa Ahok. Ahok muncul sebagai seorang pelajar yang mencoba mencari jawaban atas persoalan-persoalan yang sering muncul dalam kontestasi Pilkada. Dia mencoba menemukan kebenaran sekalipun mungkin diawali pendapat yang kurang tepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun