Mohon tunggu...
Genoveva SekarJemparing
Genoveva SekarJemparing Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis lepas yang masih belajar sembari berkelakar

Halo, salam kenal ! Nama saya sudah tertera, setelahnya terserah anda ingin memanggil saya dengan kata yang mana. Genoveva, Sekar, atau Jemparing. Itu tidak terlalu penting. Terlebih penting, silahkan membaca sejenak hasil pemikiran di larut malam saya. Dengan harap-harap cemas, saya tunggu kritik, saran, atau respon Anda. Sampai berjumpa di dunia nyata dari saya yang sangat suka musik, alam terbuka dan senja.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ketulusan Universal Cinta, Teduhnya Wanita, Penyibak Stereotip Agama, Tiga Kekuatan yang Dibalut Roman dalam "Ayat-Ayat Cinta 1 dan 2"

15 Desember 2020   14:12 Diperbarui: 15 Desember 2020   15:42 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari CNN Indonesia dalam artikel karya Khoiri Agniya (2017) yang berjudul Hanung Tak Lagi Diinginkan Garap 'Ayat Ayat Cinta 2', Hanung Bramantyo sang sutradara menemukan beberapa isu dalam masyarakat.

Khalid Mustafa
Khalid Mustafa

Isu tersebut adalah pandangan mengenai agama Islam sebagai agama mukjizat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya produk-produk media lainnya (sinetron, film singkat, variety show). Isu lain di film pertama adalah mengenai cinta dan poligami. Hanung dan tim membawa isu ini secara halus namun menohok.

Isu film kedua lebih global dari yang pertama. Hal ini berkaitan dengan stereotipe dari masyarakat akan mereka yang beragama Islam. Film kedua mengambil isu mengenai pengeboman jalur Gaza dan bom bunuh diri di London. Kedua isu ini menimbulkan stereotipe dan prasangka akan teroris pada seorang Fahri.

Melalui beberapa dialog dan adegan Fahri menjadi sebuah refleksi untuk masyarakat Muslim dan agama lainnya. Ketika menikahi dua perempuan, Fahri sempat dilema untuk membagi cintaya. Begitu juga ketika ia mengalami penolakan di Edinburg karena kepercayaannya. Ia tetap sabar dan berbuat kebaikan untuk orang-orang sekitarnya agar prasangka atas dirinya tidak dibenarkan.

Ayat-Ayat Cinta 1 (2008) dan 2 (2017), Beda Ayah Satu Rumah Sama Arahnya

Sutradara dan penulis novel Ayat-Ayat Cinta 1 (2008) dan 2 (2017) memiliki keinginan menyampaikan sesuatu kepada penonton. Tim ingin menyampaikan sebuah pesan sosial kepada masyarakat.

Dalam buku Ryan (2012) yang berjudul An Introduction to Criticsm: Literature-Film-Culture, film adalah sebuah perantara antara sumber dan penerima. Film membawa pesan atau informasi dengan maksud dan tujuan tertentu. Salah satu bentuk pesan yang bisa disampaikan bisa berupa ideologi bahkan budaya.

Okezone Celebrity
Okezone Celebrity

Ayat-Ayat Cinta 1 (2008) mengandung ideologi yang ingin disampaikan oleh sang sutradara Hanung Baramantyo. Film yang sukses menjadi box office ini membawa misi tentang ketulusan cinta dalam agama Islam melalui representasi kehidupan pernikahan Fahri, Aisha, dan Maria.

Menurut Hanung, film dan novel Ayat-Ayat Cinta mengangkat hal lain dari agama Islam yang bukan mengarah pada 'mukjizat'. Ayat-Ayat Cinta 1 (2008) ingin menyampaikan tentang relasi, cinta, dan bagaimana agama Islam itu sendiri mengatur cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun