Salah satu yang akan dibahas adalah sinematografi. Sinematografi berbicara mengenai 'melukis' film dengan teknik tertentu. Peran mereka dalam memilih lensa kamera, mengatur rasio screen hingga menjaga stok film sangat berpengaruh terhadap hasil final.
Pasalnya, pada Festival Film Indonesia 2019 Ical Tanjung mendapatkan penghargaan sebagai Pengarah Sinematrogafi terbaik. Sinematografi dari film ini membawa dengan indah suasana kota Semarang di tengah pergulatan batin seorang Suster Maryam.
Proses pengambilan gambar dilakukan di kota Semarang dan Yogyakarta. Shooting dilakukan selama sembilan hari dimulai dari 26 November 2016.
Menggali Sisi Psikoanalisis-Psikologi Suster Maryam, Konflik Batin Seorang Manusia Biasa yang Bergelar Tugas 'Suster'
Perjalan hidup Suster Maryam diceritakan dengan lambat dan tenang. Sesuai karakter dari suster yang rajin menemani suster-suster senior bermain catur tersebut.
Namun, Suster Maryam harus berjuang dengan dirinya sendiri ketika harus dihadapkan dengan hal baru yaitu jatuh cinta. Bergelut dengan diri sendiri dan sekitar. Film akan dianalisa melalui sudut pandang ilmu Psikoanalisis-Psikologi.
Psikoanalisis merupakan ilmu yang berbicara mengenai perkembangan manusia dari sisi konflik batin. Sedangkan Psikologi melihat perkembangan manusia dari sisi relasinya dengan sekitar, bisa berupa manusia atau lingkungan tempat (Syawal dan Helaludin, 2018).
Terdapat beberapa aspek penting terkait dengan bagian psikis manusia seperti conscious-unconsciuos, attachment-separation, identify-identification, ego-id-superego, neurosis-psychosis, imaginary-real-symbolic (Ryan, 2012).
Secara interteks atau bagian dalam film, terdapat aspek id-ego-superego dan attachment-separation dari tokoh.
Aspek id-ego-supergeo dari Suster Maryam dapat dilihat ketika ia mulai jatuh cinta terhadap Romo Yosef.