Mengulas sebuah film tidak pernah akan ada habisnya. Dari siapa sutradanya, mengapa aktor yang dipilih si A, sudut pandang apa yang menonjol hingga apa sebenarnya yang ingin disampaikan dari film. Kali ini, anda akan diajak untuk berpikir keras sedikit dan menalaah serba-serbi dari film Ave Maryam (2018). Film yang memiliki lika-liku dinamika produksi hingga pemutarannya.
Ave Maryam (2018) merupakan sebuah film yang dinamis. Baik itu dari bagian dalam film maupun proses lahirnya.
Film ini diproduksi ditahun 2018 dan sudah melalang buana dalam beberapa ajang penghargaan film internasional. Namun, begitu pulang kembali ke tanah air film ini harus mengurangi durasi hingga sempat menjadi bahan perbincangan masyarakat.
Apa yang ada di balik film di bawah arahan Ertanto Robby ini? Hal itu akan dibahas lebih lanjut ditambah dengan informasi akademik menarik lainnya. Mari!
Bagian Dapur dari Ave Maryam (2018), Tim dan Aktor Kawakan Indonesia
Sekilas ketika melihat poster Ave Maryam (2018), kita akan langsung mengambil kesimpulan bahwa tema yang diangkat mengenai suster. Entah apa yang akan dibahas kehidupannya.
Tema tersebut menjalar dan menjadi sebuah kejutan untuk anda yang menonton dengan sabar mengikuti alur cerita. Kisah hidup seorang suster bernama Maryam yang mempertanyakan dirinya setelah jatuh hati.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa genre dari film ini adalah drama-romance. Menceritakan kisah hidup seseorang yang berujung kisah romansa terlarang. Membayangkannya saja sudah lumayan mengiris hati.
Tim produksi mengusung isu yang terbilang sensitif untuk Indonesia, yaitu agama. Selain itu, cerita yang dikemas merupakan kisah nyata. Dalam prosesnya, tim menghubungi pihak terkait untuk meminta pertimbangan seperti Keuskupan Agung Semarang.
Pemilihan aktor juga tidak berjalan dengan mulus. Aktor utama Maudy Koesnaedi sempat menolak untuk berakting karena kondisi kesehatan. Namun, sang sutradara tidak menyerah dan akhirnya mendapat lampu hijau dari aktris kawakan Indonesia tersebut.
Info menarik dari bagian dapur juga terlihat dari profesinalitas tim. Dalam Film Studies for Dummies karya James Cateridge (2015), produksi film tidak hanya soal sutradara, tetapi juga para kru yang membantunya. Produser, Screenwriters, Sinematografer, dan masih banyak lagi.