Mohon tunggu...
Genoveva SekarJemparing
Genoveva SekarJemparing Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis lepas yang masih belajar sembari berkelakar

Halo, salam kenal ! Nama saya sudah tertera, setelahnya terserah anda ingin memanggil saya dengan kata yang mana. Genoveva, Sekar, atau Jemparing. Itu tidak terlalu penting. Terlebih penting, silahkan membaca sejenak hasil pemikiran di larut malam saya. Dengan harap-harap cemas, saya tunggu kritik, saran, atau respon Anda. Sampai berjumpa di dunia nyata dari saya yang sangat suka musik, alam terbuka dan senja.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Copy of My Mind": Potret Realita Dapur Penerjemah Film Bajakan Sekaligus Pemerintah di Ibu Kota

13 Oktober 2020   22:35 Diperbarui: 26 Oktober 2020   06:20 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Lembaranfilm.blogspot.com

Realita Ibukota tidak selalu seindah gemerlap lampu kota di tiap gedung pencakar langitnya. Bagaimana jika Anda menyusuri sisi sempit gang antar kost atau bahkan jeruji besinya yang terjaga ketat? Sari dan Alek dengan terbuka serta penuh kasih sayang bersedia menunjukkan sisi-sisi kejamnya perkotaan tempat mengadu nasib mereka dalam film garapan Joko Anwar A Copy of My Mind (2015).

Perekonomian Indonesia tidak bisa terlepas dari kelas-kelas sebagai penjelas identitas. Kelas menengah ke atas adalah mereka yang berkendaraan roda empat dan ber-AC. Kelas menengah ke bawah adalah mereka yang berdesakan di dalam bus sesekali menyeka peluh di dahi.

Situasi yang memiliki kesenjangan ini menjadi isu yang diceritakan dalam A Copy of My Mind (2015). Anda akan diantarkan oleh sepasang penduduk ibukota yang tinggal tentram namun tidak berkecukupan. Anda juga akan dipertemukan dengan sekelompok orang yang menguasai dan mendominasi sistem kehidupan masyarakat.

Foto: CNN Indonesia
Foto: CNN Indonesia

Secara audio, sinematografi, dan alur cerita, Joko Anwar menyampaikan detail kehidupan pekerja ibukota dengan apa adanya. Ditambah dengan isu-isu sosial lainnya yang mungkin sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari anda.

Kelas Ekonomi dan Permainan Politik 

Film ini dapat dilihat sebagai representasi kehidupan ibukota, Jakarta. Padat, penuh sesak, pusat kota yang hiruk-pikuk, serta adanya kesenjangan di tengah penduduknya.

Kacamata yang digunakan dalam artikel ini adalah ekonomi politik. Anda pasti sudah tidak asing dengan kata ekonomi dan politik secara terpisah. Bagaimana jika keduanya menjadi satu rangkaian dan menjadi sudut pandang?

Ekonomi politik identik dengan Vincent Mosco (2009) sebagai pencetusnya. Dalam bukunya yang berjudul The Political Economy of Communication: Second Edition, ekonomi politik berbicara mengenai relasi sosial. Relasi sosial yang dimaksud dalam merupakan  hubungan kekuasaan dan proses produksi, distribusi, serta konsumsi.

Kajian dari ekonomi politik melihat hasil dari proses tadi yaitu ideologi dominan yang berkuasa. Ideologi miliki penguasa yang diberikan secara berkala atau terus-menerus menjadi sebuah bentuk hegemoni.

Foto: Lembaranfilm.blogspot.com
Foto: Lembaranfilm.blogspot.com
A Copy of My Mind (2015) menceritakan Sari seorang pekerja facial dan Alek yang bekerja sambilan menjadi penerjemah amatir CD bajakan. Kedua tokoh utama ini digambarkan berada dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah.

Sari kerap kali mengunjungi toko besar sekedar untuk melihat-lihat home theater dan bermimpi untuk bisa membelinya. Alek terkesan acuh akan mimpinya, tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk hanya sekedar memenuhi kewajibannya memastikan Budhe kost sudah makan malam. Berbanding terbalik, pelanggan tempat facial baru Sari merupakan politikus dengan kemewahan yang terlihat sampai ke lapas tempatnya ditahan.

dok.VCinema
dok.VCinema

Anda bisa menemukan perbedaan yang tampak jelas di antara tokoh-tokoh tersebut. Tokoh yang satu berkelimpahan dan masih haus kekayaan dengan memainkan uang masyarakat. Tokoh yang lain berjuang untuk sekedar bisa makan dan membeli minum botolan pinggir jalan.

Di sisi lain, beberapa adegan juga menunjukkan bagian 'kotor' dapur pemerintah. Lapas mewah seorang tahanan hingga bukti video rapat tawar-menawar pembelian hutan negara menjadi tanda mereka yang berkuasa bisa bermain dengan leluasa.

Ekonomi dan politik bisa dikatakan sebagai kesimpulan dari film setelah anda menonton. Mereka yang kaya bisa berkuasa, mereka yang miskin harus berjuang tanpa sadar sedang dikuasai.

Isu Sosial Di Tengah Kehidupan Sari dan Alek

A Copy of My Mind (2015) menceritakan kehidupan sehari-hari dengan sederhana. Rutinitas yang ditampilkan adalah kegiatan biasa, namun mendetail. Obrolan kecil, permasalahan ringan, gosip antar warga ditampilkan di samping alur utama.

Tangkapan layar pribadi
Tangkapan layar pribadi
Sepintas, segala macam isu sosial yang ada di negara kita ini terwakilkan dalam film. Di samping permasalahan ekonomi tokoh utama, ada pula permasalahan orang di sekitarnya.

Dalam film, anda bisa menemukan kehidupan harmonis penghuni kost atau rusun seperti mengantri mandi di pagi hari. Terdapat juga obrolan-obrolan ringan masyarakat pekerja seperti soal "dijemput siapa?", "kemarin saya dideketin om om, tapi saya jual mahal", hingga "enak kerja di sini udah enak kenapa pindah?".

Isu kesenjangan sosial juga ditunjukkan dari dua sisi yaitu Sari dan Alek. Sari yang berpindah kerja karena berharap gaji lebih besar dari tempat facial yang lebih berkelas. Sari yang bercita-cita membeli home theater untuknya pribadi. Sari yang memperkaya pengetahuan diri dengan membeli dan menonton CD bajakan. Dalam hal ini Sari terbilang masyarakat kelas menengah ke bawah yang ingin menaikkan derajatnya.

dok.Osaka Asian Film Festival 
dok.Osaka Asian Film Festival 
Sedangkan Alek hanya seorang pemuda yang mengalir mengikuti hidupnya. Tidak mengurusi kartu kependudukannya. Beruntung tidak perlu membayar kost. Menggantungkan hidupnya pada software penerjemah yang terkadang salah. Namun berpendirian kuat dan tegas bahwa orang-orang pemerintahan sudah tidak ada yang bisa dipercaya. Bisa dikatakan Alek adalah masyarakat pekerja yang keras kepala.

Pada akhirnya kehidupan Sari dan Alek menyinggung kehidupan politikus yang tidak jujur. Kembali soal kekuasaan, mereka yang mendominasi menindas mereka yang di bawah. Sari harus kehilangan Alek karena kesalahannya membawa barang bukti kasus. Alek diculik dan dianiaya.

Kemiskinan atau kesenjangan sosial, kehidupan bebas sepasang yang belum menikah, kegiatan bergosip, tempat huni yang tidak layak, kegiatan pembajakan CD, korupsi, mencuri, menjadi isu-isu sosial yang diangkat dalam film.

Terasa benar siapa yang berkuasa atas siapa, siapa yang bekerja untuk siapa.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun