Menyambut gelaran Piala Asia Qatar penulis mencoba memberikan opini terkait calon lawan yang akan dihadapi tim nasional Indonesia di fase grup Piala Asia Qatar.
Sebelumnya penulis telah mengulas mengenai dua calon lawan tim nasional, yakni Vietnam dengan artikel berjudul "Kilas Balik Rival: Vietnam, dan Perkembangan Sepak Bola" dan Irak dengan artikel berjudul "Kilas Balik Rival: Irak, Level Sepak Bola, dan Isu Suap".
Berbicara mengenai sepak bola negeri sakura saat ini rasanya sudah tidak pantas untuk disandingkan dengan sepak bola Indonesia. Level permainan, kompetisi, sarana dan prasarana sepak bola di Jepang telah jauh berada diatas persepakbolaan Indonesia.
Bukan Jepang yang perkembangannya terlampau cepat, tapi memang perkembangan sepak bola Indonesia yang berjalan ditempat. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat Indonesia dan Jepang sesungguhnya pernah memiliki rivalitas yang setara.
Katana dan Parang yang Tajam
Berbicara mengenai persaingan sepakbola Indonesia dan Jepang dapat dibagi kedalam dua periode, yakni periode pertama di awal dekade 1960-an hingga awal 1980-an, serta periode kedua yang terjadi akhir 1980-an hingga saat ini.
Pada periode pertama di awal dekade 1960an hingga awal 1980an, Indonesia dan Jepang merupakan perwujudan parang dan katana yang tajam, tidak ada yang tumpul. Kedua tim sama-sama saling mengalahkan dan tidak ada yang lebih superior.
Dilansir dari berbagai sumber, Jepang dan Indonesia telah bertemu sebanyak 15 kali, dengan Indonesia mengoleksi 6 kemenangan dan tujuh kemenangan berhasil di raih oleh Jepang, dan dua laga antara keduanya berakhir imbang.
Kemenangan pertama Indonesia atas Jepang dicatatkan pada pertemuan perdana kedua tim di ajang Asian Games Manila 1954. Saat itu, tim nasional Indonesia berhasil unggul 5-3 atas Jepang. Ramang yang merupakan legenda sepak bola Indonesia asal Barru, Sulawesi Selatan merupakan pemain Indonesia pertama yang mencetak gol ke gawang Jepang.
Sementara kemenangan pertama Jepang atas Indonesia terjadi pada babak perempat final Asian Games Bangkok 1970. Kunishige Kamamoto sukses melesakkan dua gol saat laga itu, sebagaimana kita ketahui Kamamoto merupakan salah satu pemegang rekor pencetak gol terbanyak timnas Jepang dengan koleksi 75 gol hingga saat ini.
Pada tahun 1968, Indonesia bahkan pernah membantai Jepang dengan skor mentereng, 7 gol tanpa balas pada ajang Merdeka Games Malaysia yang berlangsung di Stadion Perak, Ipoh.
Kendati pernah mengalahkan Jepang dengan skor mentereng, Indonesia juga pernah dikalahkan Jepang dengan skor mencolok. Ini terjadi saat kedua tim bertemu pada ajang Merdeka Games Malaysia, 10 Agustus 1976. Indonesia kala itu sukses di tumbangkan Jepang dengan skor 0-6, di Stadion Negara Kuala Lumpur.
Sebelumnya pada 9 Juni 1974, Indonesia dan Jepang sempat bertemu di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. Pada pertemuan ini Indonesia sukses mengalahkan Jepang dengan skor 3-0, berkat koleksi dua gol dari Abdul Kadir dan satu gol disumbangkan Risdianto.
Pada ajang Merdeka Games Malaysia 1978, Indonesia dan Jepang kembali bertemu. Pertemuan keduanya berakhiran dengan skor 2-1 untuk kemenangan Indonesia, dua gol kemenangan Indonesia dilesakkan oleh dua pemain asal Papua, Papu dan Timo Kapisa.
Setahun berselang, atau tepatnya pada 31 Mei 1979, Indonesia dan Jepang kembali bertemu di Stadion Nishigaoka Tokyo. Pada pertemuan kali ini skuad garuda harus mengakui keunggulan Jepang dengan skor 4-0.
Kemenangan terakhir Indonesia atas Jepang terjadi pada laga uji coba di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan di 24 Februari 1981. Sumbangan gol dari Bambang Nurdiansyah dan Berty Tutuarima membuat Indonesia menang dengan skor 2-0 atas Jepang.
Katana Tajam, Parang Tumpul
Setelah tahun 1981, rivalitas Indonesia dan Jepang sudah tidak dapat dikatakan kompetitif. Persaingan keduanya memasuki periode kedua.
Indonesia dan Jepang bertemu di ajang Kualifikasi Olimpiade Seol 1988 tepatnya pada 8 April 1987. Pada pertemuan ini Indonesia harus mengakui keunggulan Jepang 3-0. Kemenangan Jepang atas Indonesia dalam ajang ini menjadi sinyal meningkatnya kualitas sepakbola Jepang dan pertanda mandeknya kualitas persepakbolaan Indonesia.
Pada leg kedua di ajang Kualifikasi Olimpiade Seoul di Jakarta pun Indonesia juga kembali dikalahkan Jepang dengan skor 1-2. Setelah pertemuan di ajang Kualifikasi Olimpiade ini, Jepang dan Indonesia bertemu kembali di empat laga di dua ajang bergengsi yakni kualifikasi Piala Dunia Italia 1990 dan kualifikasi Olimpiade Barcelona 1992.
Pada ajang kualifikasi Piala Dunia 1990 yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Indonesia sukses ditahan imbang Jepang dengan skor 0-0, sementara pada leg kedua yang berlangsung di Stadion Nasional Nishioka, Tokyo pada 11 Juni 1989, Indonesia harus mengakui keunggulan Jepang dengan skor mencolok 5-0.
Ajang Kualifikasi Olimpiade Barcelona 1992 merupakan event resmi terakhir yang mempertemukan Jepang dan Indonesia, pada ajang yang berlangsung dua leg itu Indonesia harus mengakui keunggulan Jepang tanpa sekalipun menang.
Indonesia berhasil dikalahkan Jepang dengan skor 1-2 di leg pertama yang berlangsung di Stadion 10 November, Tambaksari, Surabaya pada 9 Juni 1991 dan 1-3 pada leh kedua yang berlangsung di Stadion Nakagawa, Jepang.
Peningkatan Kualitas
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kualitas sepakbola Jepang jauh lebih baik ketimbang Indonesia adalah adanya dukungan seluruh stakeholder seperti, pemerintah, pengusaha dan elemen masyarakat untuk pembinaan olahraga khususnya sepak bola, serta adanya penerapan kurikulum olahraga termasuk sepakbola di tingkat sekolah, dan perbaikan pemahaman tentang gizi anak-anak. Hal ini terlihat pada akhir 1970-an, tinggi tumbuh rata-rata orang Jepang adalah 1,67 meter. Angka itu meningkat dari 1,57 meter pada dekade 1960-an.
Bumi dan langit
Setelah pertemuan terakhir pada 1991 Jepang sudah memberikan sinyal untuk menjadi raja Asia dan jauh meninggalkan Indonesia.
Jepang telah sukses meraih empat trofi piala Asia sejak 1992 serta selalu tampil menjadi wakil Asia dalam perhelatan Piala Dunia sejak Piala Dunia Prancis 1998. Sementara Indonesia, baru dapat kembali ke ajang Piala Asia setelah hampir 15 tahun absen.
Secara peringkat FIFA, Jepang tidak pernah keluar dari 20 besar dunia sejak tahun 2000, ini membuktikan stabilnya kualitas sepakbola Jepang di 30 tahun terakhir. Sementara Indonesia saat ini, bahkan secara peringkat pun masih terpaut jauh dibawah Vietnam. Capaian peringkat terbaik Indonesia ada di September 1998, dengan peringkat 76 dunia.
Kedua tim akan kembali bertemu di laga pamungkas Grup D Piala Asia 2023 yang akan berlangsung di 24 Januari 2024, bertempat Stadion Al Thumama, Qatar.
Pertemuan ini akan menjadi pertemuan yang sulit bagi skuad garuda untuk menghadapi superioritas Jepang. Bukan berarti pesimis, tapi rasanya berhasil meraih satu point adalah capaian terbaik, mengingat baru kemarin Jepang sukses mempermalukan Jerman di kandangnya sendiri dan menggulung raja asia tenggara Thailand.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H