Mohon tunggu...
genial arasy
genial arasy Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Saat ini bekerja sebagai profesional dibidang logistic dan supply chain pada perusahaan yang bergerak dalam industri retail. Dapat dihubungi melalu email genialarasy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kilas Balik Rival: Vietnam dan Perkembangan Sepak Bola

4 Januari 2024   14:49 Diperbarui: 6 Januari 2024   17:45 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pemain timnas Indonesia, Marselino Ferdinan Philipus berebut bola dangan pemain timnas Vietnam, Nguyen Hoang Duc. (Foto: KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Menyambut gelaran Piala Asia Qatar 2023, penulis menghadirkan rubik kilas balik yang memuat artikel mengenai calon lawan tim nasional Indonesia pada ajang bergengsi negara se-benua Asia tersebut.

Sebelum menulis mengenai Vietnam, penulis sudah sempat menulis artikel mengenai Irak sebagai calon lawan Indonesia pada artikel yang berjudul "Kilas Balik Rival: Irak, Super Power, dan Isu Suap".

Jika berbicara mengenai perkembangan sepak bola, maka Vietnam merupakan tolak ukur yang tepat bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Dengan melihat perkembangan sepak bola Vietnam, publik dapat mengetahui bahwasannya perkembangan sepak bola Indonesia jauh lebih lambat jika dibandingkan dengan pesepakbolaan Vietnam.

Sebagaimana kita ketahui, Vietnam baru serius membina sepak bola mereka di medio 1980, setelah unifikasi dua negara, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan pada 2 Juli 1976. Sementara Indonesia, telah jauh lebih dahulu baik secara tim nasional maupun klub sepak bolanya menjalani pertandingan sepak bola dan berpartisipasi dalam turnamen sepak bola international, bahkan dari medio tahun 1950an.

Akan tetapi jika dibandingkan dengan capaian saat ini, Vietnam dapat dikatakan berada di atas Indonesia dengan mengemas dua trofi Piala AFF dan mampu tampil di perempat final Piala Asia, sedangkan tim nasional Indonesia, untuk menjadi kampiun di level Asia Tenggara pun masih sebatas mimpi.

Tim nasional Indonesia U-22 dalam penampilan di SEA Games 2023 (voi.id)
Tim nasional Indonesia U-22 dalam penampilan di SEA Games 2023 (voi.id)

Jejak Rivalitas

Persaingan Vietnam dengan Indonesia dapat mulai diketahui ketika kedua tim turun mengikuti Turnamen Sepak Bola NEFO (New Emerging Forces) yang berlangsung dilangsungkan di Pyongyang, Korea Utara, Agustus 1965. 

Pada turnamen yang diikuti enam peserta itu, Vietnam yang saat itu masih bernama Vietnam Selatan berhasil menduduki peringkat ke ketiga di bawah Korea Utara dan China, sementara Indonesia mengakhiri kompetisi di peringkat kelima atau hanya satu tingkat lebih baik dari Kamboja yang duduk di posisi buncit.

Kendati lebih buruk dalam capaian peringkat akhir, timnas Indonesia sukses mencatatkan kemenangan 2-1 di kompetisi tersebut. Setelah penampilan impresif di Turnamen Sepak Bola NEFO, Vietnam Selatan sukses merengkuh gelar juara Merdeka Games 1966 di Malaysia dan menjadi satu-satunya gelar juara bergengsi milik Vietnam Selatan dibawah asuhan pelatih asal Jerman, Karl Heiz Heigang.

Pasca kejayaan Vietnam Selatan di ajang Merdeka Games 1966, Indonesia sempat bertemu enam kali menghadapi Vietnam Selatan di seluruh ajang international. Pada Desember 1966, pada ajang Asian Games Bangkok tim nasional Indonesia harus puas bermain imbang tanpa gol menghadapi Vietnam Selatan.

Evan Dimas saat harus berada di kursi roda usai Timnas Indonesia ditaklukkan Vietnam pada ajang Sea Games 2019 (voi.id)
Evan Dimas saat harus berada di kursi roda usai Timnas Indonesia ditaklukkan Vietnam pada ajang Sea Games 2019 (voi.id)
Pada medio tahun 1969 hingga tahun 1975, Indonesia tampil mendominasi atas Vietnam Selatan dengan catatan empat kali kemenangan dan satu kali kekalahan. Bahkan di dua kali kesempatan Indonesia sukses melibas Vietnam Selatan dengan koleksi gol banyak yakni di dua edisi beruntun King's Cup Thailand di Bangkok.

Dimana Indonesia unggul, 3-1, pada edisi 1969, dan 5-3 pada edisi tahun 1970. Pada ajang Piala Presiden Park Chung Hee di Seoul, Korea Selatan yang berlangsung 3 Mei 1971, tim nasional Indonesia sukses menggulung Vietnam dengan skor mencolok 9-1, capaian ini masih menjadi skor tertinggi kemenangan Indonesia atas Vietnam hingga saat ini. Kesembilan gol Indonesia saat itu diciptakan oleh Iswandi empat gol, dan Jacob Sihasale dan Abdul Kadir masing-masing 3 dan 2 gol.

Sementara kekalahan pertama Indonesia atas Vietnam Selatan terjadi pada laga perebutan tempat ketiga King's Cup Thailand yang berlangsung 17 November 1971. Ketika itu, tim nasional Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam Selatan dengan skor tipis 2-3.

Sempat tertinggal, 0-3 terlebih dahulu melalui koleksi hattrick penyerang Vietnam, Tran Tionang, Garuda sukses memperkecil ketertinggalan melalui dua gol dari Ronny Pattinasarany dan Waskito.

Pertemuan pamungkas Indonesia menghadapi Vietnam Selatan terjadi pada ajang Kualifikasi Piala Asia 1976, pada 17 Maret 1975, Indonesia sukses menumbangkan Vietnam Selatan 2-1 melalui dua gol Wibisono, pada laga yang berlangsung di Bangkok.

Berisi Pemain Amatir

Setelah unifikasi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menjadi bangsa sosialis bernama Vietnam, sepak bola Vietnam sempat terhenti perkembangannya. Bukan hanya sepak bola hampir semua cabang olahraga, tidak mendapat perhatian pemerintah militer dan masyarakat Vietnam  di awal kehadiran negara tersebut.

Geliat perkembangan sepak bola di Vietnam baru mulai nampak pada awal 1982. Hal itu ditandai dengan kehadiran tim nasional Irak untuk melakoni laga ujicoba. Akibat kondisi geo sosial dan geo politik yang belum menentu dinegara tersebut, Vietnam tentu tidak memiliki klub dan pemain yang dapat disatukan menjadi sebuah klub nasional untuk menjamu Irak, Alhasil Irak harus  menjalani pertandingan kontra Tim Angkatan Bersenjata Vietnam. Duel antara keduanya dilangsungkan di Ibukota Vietanam, Saigon (kini bernama Ho Chi Minh City) pada Desember 1984.

Tim asal Indonesia, PS ABRI, juga sempat melakukan lawatan ke Vietnam pada 1989, guna menjalani partai ujicoba melawan im Angkatan Bersenjata Vietnam. Lawatan PS ABRI disambut kunjungan balasan Tim Angkatan Bersenjata Vietnam ke Indonesia sekitar akhir Oktober hingga awal November 1991, dan ini merupakan perjalanan perdana tim sepak bola Vietnam ke luar negeri setelah unifikasi antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara.

Aksi Dendy Sulistyawan ketika melawan Vietnam (jpnn.com)
Aksi Dendy Sulistyawan ketika melawan Vietnam (jpnn.com)
Tim Angkatan Bersenjata Vietnam kala itu menjalani tiga pertandingan uji coba selama lawatannya di Indonesia. Capaian tim im Angkatan Bersenjata Vietnam selama lawatan di Indonesia tidak dapat dikatakan buruk, mereka sukses menahan imbang NIAC Mitra Surabaya dengan skor 1-1 di Stadion 10 November, Surabaya, Jawa Timur.

Tim Angkatan Bersenjata Vietnam juga sukses menaklukkan Bandung Raya dengan skor 2-1 di Stadion Siliwangi, Bandung Jawa Barat, sebelum akhirnya menyerah dengan skor 2-1 dari tim nasional proyeksiSea Games Manila 1991 di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.

Pada Januari 1992, Vietnam memastikan untuk ikut serta Kualifikasi Piala Dunia Amerika Serikat 1994 sekaligus merupakan ajang resmi pertama kali yang diikuti oleh Vietnam. Vietnam berada satu grup dengan Indonesia, Korea Utara, Qatar, dan Singapura. 

Kendati Vietnam  saat itu belum berisikan pemain profesional yang secara rutin berkompetisi, nyatanya Indonesia dibuat tidak berdaya ketika kedua tim bertemu di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar, 16 April 1993. Indonesia, yang saat itu diasuh oelh pelatih asal Yugoslavia, Ivan Toplak, terpaksa harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor tipis 0-1.

Indonesia dapat membalas kekalahan atas Vietnam ketika mereka kembali bertemu itu pada duel kedua di Stadion Nasional Singapura, 30 April 1993. Gol dari Putut Wijanarko dan Sudirman memastikan keunggulan Garuda 2-1.

Dua bulan berselang atau tepatnya 9 Juni 1993, Indonesia dan Vietnam kembali bertemu pada ajang Sea Games yang berlangsung di Singapura. Indonesia kembali dapat mengalahkan Vietnam dengan skor tipis 1-0 pada pertemuan tersebut.

Awal Keseriusan

Setelah melakoni Kualifikasi Piala Dunia 1994 dan SEA Games 1993, Vietnam mulai nampak menunjukkan keseriusan mereka dalam meningkatkan kualitas sepak bola negaranya. 

Hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya pelatih asal Brasil Edson Araujo Tavares untuk menangani tim nasional Vietnam. Tavares datang dengan rekomendasi langsung dari Konfederasi Sepak Bola Asia atau AFC saat itu.

Tidak berselang lama, Vietnam kembali diasuh juru taktik asal Jerman, Weigang yang pernah menangani Vietnam Selatan sebelumnya. 

Bersama tangan dinging Weigang, Vietnam mendapatkan julukan "Die Blietzkrieg" yang merujuk metode perang Jerman dengan serangan cepat yang melibatkan kekompakan semua pemain untuk menaklukkan pertahanan lawan.

legenda tim nasional Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto (fandom.id)
legenda tim nasional Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto (fandom.id)
Weigang bersama Vietnam sukses menunjukkan potensi besar dengan berhasil meraih medali perak SEA Games Chiang Mai 1995, bahkan sebelumnya mereka sukses mengalahkan Indonesia dengan skor 1-0 disemifinal. Meskipun akhirnya kalah dengan skor 0-4, dari tuan rumah Thailand di partai final

Pencapaian tim nasional Vietnam kala itu, sukses membuat jajaran pengurus sepak bola Indonesia malu dan meminta maaf ke publik, pasalnya, Indonesia datang ke Sea Games Chiang Mai 1995 dengan target membawa pulang medali emas. 

Tidak tanggung-tanggung, tim nasional Indonesia kala itu berisikan didikan program Primavera di Italia, seperti Kurnia Sandy, Bima Sakti, hingga Kurniawan Dwi Yulianto, selain itu tim nasional Indonesia saat itu juga berisikan pemain-pemain berbakat, seperti Fachry Husaini, Ansyari Lubis, dan Widodo Cahyono Putro. Tidak sampai disitu, tim nasional Indonesia saat itu juga ditangani langsung pelatih dari Italia, Romano Matte.

Ajang Pembuktian

Sejak dikalahkan Vietnam di SEA Games 1995, Indonesia selanjutnya hanya mencatatkan lima kemenangan atas Vietnam dari 22 pertemuan yang berlangsung. Kemenangan terakhir Indonesia atas Vietnam tercipta pada ajang Piala AFF 2016 dengan skor 2-1.

Di era Shin Tae-yong, Indonesia dan Vietnam bertemu sebanyak empat kali, Indonesia menelan dua kekalahan dan dua hasil imbang. 

Garuda juga belum mampu mencetak gol ke gawang Vietnam selama diasuh STY. Sebaliknya, Vietnam sukses mencetak enam gol ke gawang Indonesia dan mempertegas superioritas atas Indonesia.

Pertemuan keduanya di grup D Piala Asia Qatar akan tersaji di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, 19 Januari 2024. Ajang ini dapat menjadi pembuktian skuad Mark Klock dkk dibawah asuhan STY untuk mengakhiri rekor buruk kontra Vietnam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun