Prestasi tim nasional sepak bola putra Indonesia tergolong membaik di 2023, tim nasional Indonesia berhasil mengakhiri dahaga gelar sea games selama 32 tahun melalui raihan medali emas sea games Kamboja lalu, sementara bagi tim nasional senior, berhasil lolos ke Piala Asia adalah capaian membanggakan ditahun 2023.
Tidak hanya itu, hadirnya pemain berlabel bintang dunia di sepak bola putra dan jor-jorannya gaji setinggi langit di ajang BRI Liga 1 juga merupakan kredit sendiri. Sejalan dengan hal ini perbaikan kompetisi mulai dari penggunaan VAR, wasit asing, hingga pelatih berlabel dunia juga terus menghiasi hiruk pikuk BRI Liga 1.
Berbeda 360 derajat dengan sepak bola putra, nasib sepak bola putri justru stagnan dan nyaris tidak ada perubahan kekondisi yang lebih baik. Ketiadaan kompetisi profesional yang terkonsep dan berjalan secara regular disinyalir menjadi asal muasal penyebabnya.
Kendati sepak bola putri Indonesia sukses lebih dulu mengakhiri penantian panjang untuk tampil di level Asia tepatnya pada gelaran Piala Asia Putri 2022. Hal ini belum mendorong perubahan pada federasi untuk menunjukkan tekad nyata dalam hal menjalankan kompetisi sepak bola putri secara profesional dan terkonsep. Sebagaiaman kita ketahui kehadiran liga kompetisi merupakan sebuah tolok ukur berjalannya pembinaan sepak bola disebuah negara. Jika hal ini terus terjadi, maka nasib sepak bola putri akan terus suram di Indonesia.
Suramnya Sepak Bola Putri Nyata Dirasakan
Hanipa Halimatusyadiah Suandi, sosok pemain andalan tim nasional sepak bola putri Indonesia ini merasakan nasib suram selepas sebagai akibat dari situasi sepak bola putri yang tidak kunjung membaik. Hanipa Halimatusyadiah Suandi harus menerima nasib buruk, pasca manajemen Persis Solo Women memutuskan untuk membubarkan tim diawal Oktober 2023.
Hanipa sebenarnya menawarkan negosiasi gaji kepada manajemen Persis Solo Women, namun keputusan manajemen Persis Solo Women sudah final sehingga upaya Hanipa mempertahankan diri tak membuahkan hasil. Hanipa dan rekan tim Persis Solo Women lainnya dengan terpaksa menerima keputusan manajemen.
Hanipa sendiri sadar bahwa manajemen Persis Solo Women telah berusaha semaksimal mungkin serta telah berinvestasi banyak bagi tim dengan skuad "mewah" berlabel pemain timnas putri itu untuk bisa mengarungi kompetisi.
Namun, setelah menyipkan tim melalui program latihan kurang lebih 1,5 tahun, kompetisi profesional tidak kunjung bergulir. Persis Solo Women, yang sebelumnya berlatih untuk persiapan melakoni kompetisi profesional, justru hanya ikut kompetisi amatir dan kompetisi semi-amatir layaknya fun football.
Persis Solo Women sendiri sukses meraih beberapa gelar juara di kompetisi amatir dan semi-amatir yang mereka ikuti, diantaranya Piala Pertiwi Jawa Tengah 2022 dan Piala Ratanika II 2023.
Tidak berbeda jauh dengan Hanipa, sosok Tia Darti turut mengalami hal yang sama. Tia yang sukses mengantarkan Persib Putri menjuarai Liga 1 Putri 2019 ini bahkan telah rela meninggalkan karirnya di sebuah perbankan swasta nasional untuk memilih sepak bola sebagai lahan pekerjaan profesional. Sayangnya kontrak dua tahun dengan "Srikadi Sambernyawa" harus diakhiri lebih cepat karena tidak adanya kejelasan kompetisi profesional di sepak bola putri.