Siapa yang belum pernah mendengar kalimat itu?
Dari awal-awal saya dan pacar jadian, lalu kami harus terpisah selama tiga bulan saat libur kuliah di pertengahan tahun, nyaris semua orang jahil mendengungkan kalimat itu pada kami. Ngeselin kan? Orang sedih dihibur kek, malah dijahilin.
Yahapamau dikata, memang nasibnya harus dipisahkan oleh Selat Sunda dan beberapa provinsi ( rumah saya di Solo, pacar di Palembang ). Saya pribadi bukan tipe yang suka dengan LDR alias long distance relationship alias hubungan jarak jauh. Dulu saya paling bete kalau ingin bicara dengan pacar saja harus menunggu dia senggang dulu, kalau mau tahu kabar pacar juga harus tunggu dia pegang handphone dulu, kalau lagi telepon pun kadang-kadang papa mama dan adik-adiknya ikutan usil memberi backsound di belakang...
Sekarang sih saya harus terbiasa karena dia sudah lulus dan bekerja di Jakarta, sementara saya yang dua tingkat di bawahnya, masih harus menyelesaikan kuliah di Bandung. Sehari-harinya kami juga sudah menjalani LDR, tidak seperti dulu lagi. Tidak ada kebersamaan nyata seperti setahun pertama kami pacaran, yang bisa makan siang dan makan malam bersama, nonton bioskop pasti ada yang nemenin, mau jalan-jalan di mall juga berdua, kalau saya masak ada yang memuji, ada teman untuk berbagi di saat susah maupun senang... Saya harus merelakan semua itu, karena ia harus lebih dulu pergi ke Jakarta mempersiapkan masa depan.
Nah, saya ingin berbagi sedikit saran nih dengan teman-teman yang mungkin seperti saya, tidak suka dengan hubungan jarak jauh, tapi mulai harus membiasakan diri karena situasi dan kondisinya memang mengharuskan begitu...
1. Jangan memperlakukan pacar seperti operator telepon yang harus siap sedia mengangkat telepon dan membalas chat kalian. Bahkan kadang-kadang kita mau mengecek pulsa aja bisa nggak dibalas sama operator, apalagi pacar yang sudah kerja. Percayalah, pacar juga kangen pada kalian, hanya saja memang dia benar-benar sibuk sampai tidak sempat mengecek handphone. Begitu dia punya waktu mengecek hp, dia pasti langsung membalas pesan kalian. Jangan keburu ngambek juga kalau dia bilang "Nanti ya,sayang. Aku lagi rapat."
Kalian cukup membalas "iya, sayang.. Kamu jangan telat makan, vitaminnya diminum. Kabarin ya kalau udah selesai nanti. Love you :)"
Dijamin begitu semua urusannya sudah selesai, dia akan belingsatan mencari hp, menelepon kalian, dan bertanya : "Kamu gimana hari ini,Sayang? Seharian ngapain aja? Cerita dong.."
2. Trust in LDR, is like a foundation for your house
Bayangkan rumah yang tanpa fondasi, pasti runtuh bukan? Sama halnya seperti pacaran jarak jauh yang tidak dilandasi kepercayaan satu sama lain. Begitu sms tidak dibalas sedikit, langsung curiga. Begitu dengar suara cewek di belakangnya ketika kita telepon, langsung marah. Begitu dia bilang mau nonton film X-Men terbaru bersama teman-temannya, langsung deh si dia diberondong dengan pertanyaan : "sama siapa aja? Cewek apa cowok?kalo cewek udah punya pacar belum? Kenalnya kalian di mana?kalau di kantor sering bareng nggak?" Diikuti pesan ( atau ultimatum? ) "jangan genit-genit ya! Kalo dia yang genit, jangan deket-deket! Nanti kalo nonton nggak boleh duduk sebelahan sama dia! Nanti kalau sudah pulang, langsung telepon aku!"
Waduh, rasanya pacar jadi seperti tahanan yang terkena wajib lapor 24 jam kan? Sekali dua kali, pacar mungkin masih senang karena merasa kita cemburu dan memperhatikannya. Tapi kalau setiap kali? Wah, saya tidak akan menyalahkan kalau pacar kalian justru ngacir atau malah menjawab dengan ketus : "Kalo udah nggak percaya lagi sama aku ya sudah!"
Bangunlah kepercayaan di antara kalian sedemikian rupa sehingga bahkan ketika ada cewek cantik yang setiap hari memakai rok mini datang ke kantornya pun, kalian bisa menanggapinya dengan senyum santai sambil berkata : "So what gitu loh?"
3. Tidak ada salahnya memberikan kejutan kecil yang akan menyenangkan hati pacar sekaligus mewarnai hubungan kalian
We're never too old for surprises! Kebetulan pacar saya tipe yang romantis dan hobi merancang kejutan. Pernah ketika saya berulang tahun, saat itu saya berada di Solo, dia juga sedang pulang ke Palembang. Saya sedang bersiap-siap ke gereja, tiba-tiba bel rumah saya berbunyi. Mama saya membuka pintu dan beberapa menit kemudian memasuki rumah sambil memanggil saya dengan heboh. Di tangan mama ada satu buket besar bunga mawar yang cantik dan kartu yang bertuliskan : "Happy 20th birthday. With Love <3."
Walaupun harus tahan mendengar ledekan papa dan mama seharian, tapi saya jujur merasa berbunga-bunga ( saya yakin saya tersenyum-senyum seperti orang tolol seharian ). Saya juga merasa begitu dihargai dan dicintai sebagai seorang wanita.
Saya tidak seromantis pacar, tapi saya hanya berusaha memberikan kejutan kecil yang saya pikir akan bisa mencerahkan hari-hari sibuknya di kantor. Entah dengan mengirimkan short video message penyemangat atau dengan rekaman suara saya. Paling tidak, seandainya banyak hal buruk menimpanya dalam hari itu, dia masih memiliki hal baik yang bisa membuatnya tersenyum dan kembali bersemangat.
4. Have your own life!
Saya baru sadar bahwa hal ini penting sekali untuk mencegah pikiran yang melantur ke mana-mana. Saya lebih cenderung mudah emosi padanya ketika saya sedang menganggur ketimbang pada saat saya memiliki sesuatu untuk dikerjakan. Beruntung semester ini tugas kuliah dan kerja kelompok saya sedang menggila, banyaknya persiapan lomba akuntansi, serta latihan paduan suara sehingga saya lebih banyak sibuk dari pagi hingga malam. Ketika semua sudah selesai, biasanya pacar saya juga sudah selesai lembur, and that's our quality time - via phone or skype, berbagi cerita mengenai aktivitas yang dilakukan seharian. Ini menjadi favorit saya, karena saya tidak pernah tahu kapan dia akan mengatakan hal-hal manis seperti : "I've got a good day, but if you were here, it would be a great one, dear!"
Hubungan jarak jauh memang tidak mudah. Dibutuhkan dua hati yang saling mencintai dan mempercayai, serta komitmen untuk saling menjaga satu sama lain. Jauh di mata boleh... Tapi yang penting jangan sampai jauh di hati juga.
Tidak ada yang mengatakan menjalani hubungan jarak jauh itu mudah, bahkan saya yang menulis ini pun tidak ( I told you, I hate long distance relationship back then ), tapi percayalah, kalian akan menyadari bahwa apa yang kalian perjuangkan ini memang layak. Masing-masing dari kalian akan bertumbuh semakin dewasa ketika terpisah sejenak dari zona nyaman yang selama ini kalian huni berdua. Masing-masing juga akan mulai menyadari untuk berjuang mempersiapkan masa depan yang lebih baik, tentunya untuk kalian berdua pula.
Teruslah percaya, bahwa nanti akan tiba waktunya ketika kalian berdua bisa terus berjumpa setiap hari dan menghabiskan waktu bersama.
Sampai waktu itu tiba, bersabarlah, berjuanglah, dan sekali lagi, percayalah. Jalani masa-masa ini sebagai pendewasaan dirimu. Adalah perasaan yang tiada duanya ketika suatu pagi di akhir minggu, ada yang mengetuk pintu kamar kos kalian dan ketika dibuka, kalian akan melihat sang pangeran tengah menyunggingkan senyum favorit kalian dan berkata : "Hai Sayang, aku pulang!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H