Mohon tunggu...
Generus LDII
Generus LDII Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional Religius

Ini adalah akun yang berisi tulisan dari pemikiran-pemikiran para pakar dan profesional dari lingkungan warga LDII

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Posisi Strategis Ormas Islam dalam Kontribusi Membangun Bangsa

9 Oktober 2020   06:22 Diperbarui: 9 Oktober 2020   07:09 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari definisi civil society tersebut, sejak 1972, LDII selain berdakwah juga membangun karakter anggota atau warganya menjadi SDM profesional religius. Konsep tersebut, mendorong warga LDII memiliki karakter alim-faqih, berakhlak mulia, dan mandiri (Tri Sukses). Mereka memiliki memiliki enam tabiat luhur. Secara persona, tabiat luhur berupa sikap jujur, amanah, bekerja keras dan mengembangkan pola hidup hemat (muzhid mujhid). Sementara dalam kehidupan sosial, mereka dapat hidup rukun, kompak, dan bisa bekerja sama dengan baik di lingkungannya. Dalam membangun masyarakat profesional religius, LDII mengedepankan wawasan kebangsaan -- yang merupakan salah satu program kerja utama LDII selain dakwah.

Program membangun SDM profesional religius tersebut, juga tak terlepas dari kondisi lingkungan strategis (lingstra) yang selalu berubah. Program tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi lingstra. Pada era kekuasaan terkonsentrasi di tangan Orde Baru, seluruh kegiatan ormas harus dipantau dan diawasi. Untuk itu, selain membangun relasi horisontal, LDII juga membangun penguatan relasi vertikal, baik di tingkat pusat maupun daerah. 

Sejumlah program dan kegiatan disinergikan dengan program pemerintah dan melibatkan unsur-unsur pimpinan aparatur dan instansi baik secara seremonial maupun implementasi di lapangan. Untuk itu, LDII selalu mengundang para pejabat pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kegiatan tersebut, tak sekadar program untuk membangun karakter namun juga sebagai etalase kontribusi LDII untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Kegiatan seperti pengkajian Al Quran dan Al Hadits (pengajian asrama), seminar wawasan kebangsaan, seminar wanita, hingga kegiatan perkemahan akhir tahun ajaran (CAI), selalu mengundang pejabat pemerintah.

Namun, saat Era Reformasi, ketika kekuasaan terpolarisasi hingga ke parpol dan ormas, kehadiran pejabat mungkin tetap penting, namun bukan hal yang utama. Sebab, dengan fitrahnya sebagai bagian dari civil society, LDII eksistensinya adalah untuk memberdayakan warganya, sesuai tujuan dan motto berdirinya organisasi. Dengan keaktifan pengurus dan anggota LDII, cita-cita mewujudkan masyarakat yang profesional religius, bisa menjadi program yang berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur.

Upaya membangun SDM yang profesional religius tersebut mulai tampak, dengan munculnya karya-karya warga LDII yang memberi solusi terhadap berbagai masalah, baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Karya-karya warga LDII itu hadir dalam delapan bidang yang sekaligus menjadi program kerja DPP LDII, antara lain Wawasan Kebangsaan, Keagamaan dan Dakwah, Pendidikan, Ketahanan Pangan dan Lingkungan, Ekonomi Syariah, Kesehatan dan Herbal, Energi Terbarukan, dan Teknologi Informasi.

Chriswanto Santoso

Pj. Ketua Umum DPP LDII 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun