Mohon tunggu...
Sugeng Utoyo Tahir
Sugeng Utoyo Tahir Mohon Tunggu... -

Employer Mining Contractor, Specialist Kompetensi Alat-Alat berat (Instructor dan Assessor). Training Specialist, Psychology Interesting,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Karena Saya Warga Negara: (Tinjauan Kisruh 2 Kubu)

31 Oktober 2014   04:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru kali ini saya menulis tentang politik. kata dosen saya dulu, bahwa politik adalah keterlibatan rakyat dalam turut serta dalam memutuskan nasib bangsa, keterlibatan rakyat dalam membangun negara. Yang ke 2..saya adalah Insyaallah pembayar pajak yang taat. mungkin 2 hal diatas yg menyebabkan saya ikut beropini dalam kehidupan politik yg kisruh ini.

Duo Poli kekuatan politik mulai terbentuk dan memuncak ketika hanya ada 2 calon presiden dalam pemilu. hal ini adalah kualatnya pembuat keputusan...bahwa..harus sekian persen perolehan pemilu yang bisa mengajukan calon presiden. baik tunggal maupun suara gabungan yg mensyaratkan. Dengan angka yang menurut saya tidak begitu realistis, mengingat treshold suara pemilu partai masih memungkinkan ada sekitar 8 partai lebih, masih bisa ikut pemilu. dengan demikian partai yang saat ini menangpun suaranya tidak mencukupi untuk maju sendiri. bayangkan 100 persen suara di bagi 12 kontestan pemilu.

Dengan latar belakang tersebut...maka terjadilah hanya duopoli kekuatan politik bertarung dalam pilpres. secara psikologis ini tidak siap untuk bangsa kita. saling serang dan black campaign akan semakin jelas sasarannya. bandingkan bila kontestannya 3 atau 4. bila salah satu kubu bilang jujur...maka kubu sebelah tidak jujur...bila satu kubu bilang merakyat maka kubu satunya berarti tidak merakyat, bila kubu satunya bilang tegas...berarti kubu yang lain tidak tegas. inilah yang mendasari kekisruhan politik mungkin akan berlangsung sampai 5 tahun kedepan, bila tidak ada kerendah hatian para pemimpin bangsa kita.

Kekisruhan terus berlanjut, sehingga dpr yang lama dalam sidangpun otomatis langsung terbelah menjadi 2 kubu. rancangan2 uu yang sudah ada sebelumnya...ketika diputuskan dalam sidang paripurna pun...langsung dipakai ajang kekuatan 2 kubu untuk berebut kepentingan masing-masing. Hal ini terus berlangsung ketika anggota dpr yg baru dilantik. hingga sampai saat ini.

Saran saya sebagai warga, saat ini adalah era presiden yang dikondisikan merakyat, maka sebaiknya adalah sharing kekuatan politik. Bukan jamannya lagi ketika bersebrangan dalam pemilu pileg dan presiden, maka selanjutnya dianggap terus bersebrangan. ada baiknya presiden terpilih (sudah terlambat saat ini), adalah mengambil menteri2 dari partai yg bersebrangan (tentunya yang kompeten melalui sarat ketat), ikut dilibatkan dalam membangun pemerintahan yang kuat. (hal ini pernah juga dikatakan oleh seorang kandidat dalam kampanyenya jika terpilih). Jika itu terjadi..kemungkinan kisruh dpr saat ini tidak akan terjadi. Karena kejadiannya seperti saat ini, maka kubu salah satu koalisipun akan berusaha mengambil kekuatan di dpr, apalagi secara jumlah koalisi lebih besar, mungkin sebagai balasan tidak ada menteri dari kubunya. sekali saaat ini jaman sudah berubah duduk bersama dan saling melibatkan adalah solusi yang paling tepat. (diantara kita tidak ada yang paling hebat, kecuali kita sendiri , kita secara bersama : quote). Ingat semua mengaku bekerja untuk rakyat...lalu kenapa tidak bergandengan dengan mesra...kita semua ini.

Semoga Allah terus memberi kekuatan pada bangsa ini, kita doakan pemimpin bangsa kita agar diberi kekuatan dan hidayah untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa yang MADANI. Mohon maaf ini hanya opini sebagai anak bangsa. Mungkin jauh dari ilmiah..., dan hanya merupakan kacamata pengamatan saja.

(Penulis : Teknisi, Trainer, ).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun